Bab 6

554 80 10
                                    

SEBELUM BACA UTAMAKAN VOTE & KOMENNYA UNTUK PERKEMBANGAN CERITA INI.

BTW KALIAN DATENG DARI MANA AJA NIH? OHYA JANGAN MANGGIL AKU 'KAK' PANGGIL AJA 'LIDI' WHY LIDI? GATAU LUCU AJA WKWK.

SEMANGAT MEMBACA SEMUANYA

®®®

Neva berlari memasuki rumah sakit dengan membawa sebuah buku tebal di tangannya. Neva berhenti saat berada di resepsionis lalu duduk di bangku yang tersedia. Ia melihat sekelilingnya dengan cemas. Terlihat seorang dokter menghampirinya, Neva langsung senang dan berdiri saat dokter itu di hadapannya. Tapi ketika sang dokter menggelengkan kepala, Neva kembali duduk dengan wajah lesu.

Dari arah pintu masuk, terlihat Jessi berlari sambil membawa sebuah ransel. Ia melihat ke arah Neva lalu menghampirinya. Saat melihat wajah lesu gadis itu Jessi mulai paham dengan situasinya. Ia melihat dokter di hadapannya begitupun sebaliknya.

"Kalo kamu kasih nama mba yakin bisa nyariin dia buat kamu." Ucap Jessi.

"Gak perlu mba, lagian ini kali terakhir aku nyari dia." Jawab Neva dengan senyuman.

"Yasudah, mba antar pulang ya?" Neva mengangguk lalu berdiri. Ia dan Jessi membungkuk untuk memberi salam pada dokter lalu pergi.

Sementara itu di sebuah gedung kontruksi, Kevin sanjaya sedang duduk di sebuah ruangan sambil membaca beberapa berkas di tangannya. Vino yang berada di samping Kevin hanya bisa diam, ia lebih memilih memperhatikan sekitarnya.

"BAJINGAN KEVIN SANJAYA! LEPASIN GUE DARI SINI!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan.

Kevin menghentikan kegiatan membacanya, ia menatap Vino dengan ekspresi tak senang. Vino yang sepertinya paham dengan kode itu langsung berjalan keluar ruangan. Ia berjalan di lorong lalu memasuki sebuah ruangan lain yang hanya berjarak 2 ruangan saja dari ruangan yang Kevin singgahi.

Vino menghampiri sebuah sel dan melihat seorang laki-laki yang di borgol bagian kakinya bak anjing. Laki-laki itu nampak sangat kusam, hanya ada darah di sekujur tubuhnya. Rambutnya panjang tapi berantakan.

"KEVIN SEMUA PERBUATAN LO AKAN TERBONGKAR KALO WAKTUNYA TIBA, TUNGGU AJA SAMPE WAKTUNYA TIBA." Teriak laki-laki itu dengan memandangi Vino seperti mengejek.

Vino tak berekspresi apapun, ia berjalan ke arah meja yang terdapat sebuah kaleng berisi sereal anjing. Vino mengambil sebuah mangkok kosong lalu diisi sereal tersebut. Ia menghela nafas sejenak lalu membawa sereal anjing tersebut ke laki-laki tadi. Laki-laki itu tak menolak, ia langsung memakan sereal tersebut dengan lahap. Vino melihat laki-laki itu masih tanpa ekspresi.

"Tetap tenang jika sayang nyawa." Ucap Vino lalu pergi.

Vino kembali ke ruangan tempat Kevin singgah, ia melihat Kevin yang semulanya duduk sekarang sedang berdiri menghadap jendela. Kevin terlihat diam memandang luar jendela.

"Bagusan di semen atau di buang laut? Ah, dibakar hidup-hidup juga keren kan?" Tanya Kevin lalu tertawa.

"S-siapa?" Tanya Vino ragu-ragu.

"Siapa lagi? Semua tahanan kita, jika dibiarkan makin lama mereka akan menemukan cara untuk kabur. Saya sudah cukup sabar dengan hilangnya 5 orang di sana. Dan lagi, kenapa masih belum ketemu dua anak itu?" Kevin mulai berjalan mendekati Vino.

"Kamu tidak tau perbuatan apa yang mereka perbuat di perusahaan? Haruskah saya turun tangan untuk mencari mereka sendiri?" Tanya Kevin lalu menepuk-nepuk jas bagian pundak milik Vino.

"Coba kita hitung, umurnya 23 sekarang. Apa susahnya cari laki-laki berumur 23 tahun?" Kevin kini mencengkram bahu Vino.

Vino merasa sakit namun ia tahan, saat ini dia hanya bisa menunduk mendengarkan ocehan Kevin. Ia mengakui jika mencari sosok anak yang Kevin bilang tadi cukup susah.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now