Bab 20

469 40 8
                                    

Bima dan Kevin saling berpandangan, mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya Kevin berjalan mendekati Bima. Hingga sampailah ia di depan Bima. Kevin tersenyum pada Bima, ia menepuk pundak Bima dengan bangga.

"Apakah ini akhirnya?" tanya Kevin.

"Kamu tidak perlu mengotori tanganmu untuk membunuh orang-orang di sini Galang." Kevin berjalan ke arah bunga krisan lalu memetik bunga tersebut dan diberikan ke Bima.

"Mau kerja sama?" tanya Kevin.

Bima tak paham dengan ucapan Kevin, ia melihat bunga krisan di tangannya dengan serius.

"Sebelumnya, apakah kamu tau jika ayahmu itu sebenarnya saya?" tanya Kevin.

Bima tak terkejut sedikitpun, ia melihat ke arah Kevin lalu membuang bunga krisan tersebut.

"Anda ayah terburuk." ucap Bima.

"Jangan sampai kamu mengira jika saya membuang kamu Galang." Kevin terlihat serius.

Bima mengerutkan keningnya, ia tak suka dengan panggilan Galang sejak tadi. Tapi ia mencoba untuk menahan amarahnya karena bisa saja akan mengundang banyak orang.

"Saya tidak tahu jika kamu memiliki dua kepribadian seperti ini, hingga akhirnya saya bertemu dengan orang yang menyelamatkanmu. Pak Harto, dia masih hidup dan aktif menjadi penjaga sekolah."

Beberapa jam sebelum Kevin berada di pulau, ia dan Vino sempat mengunjungi sebuah sekolah di desa Jati. Mereka bertemu dengan salah satu penjaga sekolah yang tak lain adalah pak Harto. Karena takut dan terkejut, pak Harto sempat akan pergi hingga akhirnya ditahan oleh Kevin.

"Menyembunyikan anak 8 tahun lalu adalah perbuatan penghianat bukan?" lirih Kevin tapi masih bisa terdengar.

Pak Harto nampak ketakutan dengan menelan salivanya. Ia memandangi Kevin dan Vino bergantian tanpa tau harus berkata apa. Hingga akhirnya ia mau membuka suara.

"Anak itu bukan anak yang dulu di kenal, dia memiliki 2 kepribadian. Satu Galang dan satu lagi Bima." ucap pak Harto yang masih membekas jelas di kepala Kevin.

Bima yang mendengar penjelasan tersebut langsung tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu melihat sekelilingnya dengan seksama.

"Jadi untuk apa anda menceritakan hal seperti itu?" tanya Bima.

"Ayah, sekali saja bisakah kamu memanggil saya ayah?" tanya Kevin.

Bima kembali menatap Kevin, "tidak dan tidak akan pernah!" jawabnya.

"Galang! Saya selalu melihat perkembangan kamu dari kecil sampai insiden tersebut belum terjadi. Kamu sekolah, kamu bermain atau hobimu saya tau. Tapi saya juga marah karena ternyata Pandegas menjadikanmu bahan percobaan dia. Saya membantai mereka tapi kenapa kamu malah dendam dengan saya!" hardik Kevin.

Bima menatap Kevin nyalang, ia mengepalkan kedua tangannya bersiap untuk menonjok Kevin detik itu juga.

"Salah siapa? Jangan membenarkan hidup anda sendiri padahal anda juga salah karena membuang saya!" kesal Bima.

"Ayah hanya ingin melindungi kamu." lirih Kevin.

Bima terdiam cukup lama, ia muak tapi juga tak bisa memukul laki-laki tua di depannya.

"Saat itu saya bertugas di BIN, saya bertemu dengan salah satu agen BIN yang membelot dan berusaha mengebom kantor sekretariat. Saya khawatir dengan kamu Galang, saya pikir dengan menitipkan kamu sementara di sana bisa membuatmu aman. Hari itu saya dan ibumu berasa di TKP, agen itu ternyata sudah memasang bom dan ayah terjebak di sana beserta rekan ayah. Hanya ayah yang selamat dan setelah itu ibumu bercerai dengan ayah." Kevin menarik nafas dalam-dalam.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now