Bab 13

375 54 7
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima sedang duduk santai di kursi taman sambil menikmati sebotol minuman dingin pemberian Mahesa. Mereka terlihat menikmati pemandangan taman yang diselimuti oleh semilir angin.

"Gue sering gini sama Marsya, kita liatin anak kecil main-main." Ucap Mahesa lalu meneguk minumannya.

"Kalo Bima gimana? Apa kenangan indah yang lo inget?" Tanya Mahesa dengan memandang Bima.

"Gak ada, gue benci anak kecil dan semua yang berbau anak-anak. Mereka harusnya gak ketemu gue, lo tau sendiri kalo tangan gue udah bunuh banyak orang." Jawab Bima.

"Tapi lo bukan bunuh dengan sengaja." Sangkal Mahesa.

"Kalo kita ketemu di situasi berbeda, apa masih bisa lo ngomong gitu? Lo masih kaget waktu liat gue bunuh orang bahkan sampe sekarang." Ucap Bima lalu tersenyum.

Mahesa kikuk, ia tak bisa menjawab lagi. Jujur selama ini saat menemani Bima mengeksekusi korban, dia masih saja kelakuan dan terkejut. Bima pernah memperingati jika Mahesa takut tunggu saja fi luar tapi di tolak oleh Mahesa. Ia tak mau jika Bima lepas kendali dan membunuh dengan cara diluar rencana. Selama beberapa tahun bekerjasama dengan Bima, Mahesa paham jika anak itu memiliki sifat yang sulit diduga. Kadang Bima bisa menjadi sangat sabar atau tempramen.

"Ekhm! Jadi lo ketemu dimana yayasan ayah lo dipindahkan?" Tanya Mahesa mencoba untuk mengalihkan topik.

"Iya, gue butuh bantuan lo untuk itu." Jawab Bima.

"Pulau Carnavero, itu dekat sama desa Jati. Dulu nama pulau itu adalah pulau mati karena gak berpenghuni, tapi tiba-tiba ada orang yang beli dan di situ yayasan dibangun. Orang yang beli pulau itu adalah Andri Sriwijaya, tapi atas nama Jiko. Kepemilikan pulau itu jatuh ke Jiko. Entah apa yang bikin dia sebodoh itu ngasih pulau ke anjing yang ditelantarkan itu. Yang jelas, gue butuh akses ke sana." Jelas Bima.

"Bukannya pulau itu cuman bisa di akses sama kapal yang berasal dari pulau itu juga? Cuman kapal itu aja karena keamanan di pulau itu ketat bahkan kata temen gue di sana ada semacam bom buat meledakkan kapal asing di sekitar pulau." Jawab Mahesa.

"Aneh kan? Itu cuman pulau, sebenernya yayasan itu beroperasi di bidang apa?" Ucap Bima dengan senyum tipis.

"Oke, gue bakal coba nyari akses buat kita masuk ke pulau itu." Bima mengangguk setuju.

Setelahnya mereka pun terdiam cukup lama, keduanya menikmati kesejukan sore hari di taman tersebut. Mahesa tersadar saat melihat es krim tak jauh dari tempatnya duduk, ia langsung berpamitan dengan Bima untuk membeli es krim tersebut lalu pergi.

"JANGAN DIPUKUL!" Tiba-tiba teriakan anak laki-laki terdengar di telinga Bima.

Ia mencari keberadaan suara itu dan menemukan 2 anak laki-laki tengah bertengkar. Mereka terlihat saling memukul, tak ada yang mau memisahkan kedua anak itu. Mereka yang dekat dengan anak tersebut memilih untuk fokus pada ponselnya bahkan ada juga yang mem video kejadian tersebut.

"Ponsel merusak segalanya." Bima yang sudah tak tahan dengan teriakan anak tersebut langsung berjalan menuju mereka dan berniat memisahkan keduanya. Saat tangan Bima menyentuh salah satu anak, tiba-tiba ada tangan lainnya yang menyentuh anak di depannya. Bima menatap orang itu sejenak lalu berdecak kesal.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now