Bab 8

450 75 8
                                    

SEBELUM BACA UTAMAKAN VOTE & KOMENNYA UNTUK PERKEMBANGAN CERITA INI.

BTW KALIAN DATENG DARI MANA AJA NIH? OHYA JANGAN MANGGIL AKU 'KAK' PANGGIL AJA 'LIDI' WHY LIDI? GATAU LUCU AJA WKWK.

SEMANGAT MEMBACA SEMUANYA

®®®

Bima duduk di bangku depan ruang mayat, dia menunduk tak kuat dengan kenyataan. Saat di bawa ke rumah sakit, Rani dinyatakan meninggal di ambulance. Saat Bima menyalahkan petugas, mereka hanya minta maaf dan bilang jika kemacetan yang membuat mereka terlambat.

"Kamu ke sini lagi?" Tanya dokter wanita yang menangani Bima beberapa waktu lalu.

"Dia bener ditembak? Mau nunggu hasil otopsi?" Tanya dokter tersebut.

"Muka kamu kaya mayat hidup Bima, mari makan dulu." Dokter itu memegang tangan Bima tapi segera Bima tolak. Ia menatap sang dokter tajam, saat ini Bima tidak mau diganggu siapapun.

"Hah..." Dokter itu menghela nafas panjang, ia frustasi dengan perlakuan Bima.

"Seenggaknya biarkan saya membelikan kamu makanan, kalo ini harus mau." Ucap dokter itu lalu pergi.

"Gak ada gunanya di sini." Bima berdiri lalu berjalan pergi. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Smith.

Bima terus berjalan keluar gedung, ia melihat kiri dan kanannya lalu berhenti di trotoar jalan dekat rumah sakit.

"Jadi apa yang harus gue lakuin?" Tanya Smith.

"Kevin Sanjaya bakal ke Italia malam ini, bisa ledakin pesawat yang dia naikin?" Jawab Bima.

"Lo gila? Gue gak bisa jalani perintah lo buat kali ini." Bima menghela nafas mendengar jawaban Smith.

"Gue tau kalo anggota BIN gak bisa bunuh warga yang gak bersalah, biar gue aja yang bajak pesawat dia. Gimana cara biar pesawat itu meledak?" Tanya Bima.

"Lo mau ikut mati di sana? Penumpang pesawat yang lain juga bakal mati, mereka gak bersalah Bima."

"Gak masalah, kalo pesawat meledak pemerintah juga kena dampaknya. Gue gak akan mati konyol di sana, jadi bisa jelasin gimana cara gue ledakin pesawat?" Tanya Bima lagi.

"Kali ini dengerin gue aja, gimana kalo kita buat Kevin Sanjaya kecelakaan lalu lintas?" Smith mencoba bernegosiasi dengan Bima.

"Belum tentu dia meninggal saat itu juga." Jawab Bima.

Hening seketika, Bima melihat segerombolan mobil yang masuk ke dalam gedung. Saat ia mencoba mengintip, ternyata mobil-mobil tersebut adalah wartawan. Bima melihat para wartawan bingung, ia mencoba mendekat ke untuk mengetahui berita yang mereka liput.

"Berita terkini, terjadi penembakan oleh oknum yang tidak dikenali kepada seorang wanita berusia 20 tahun. Korban segera dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal saat di ambulance. Saat ini korban berada di rumah sakit Siaga Harapan dan akan di makamkan besok siang. Sampai saat ini polisi masih belum menemukan pelaku dan akan menghentikan kasus ini untuk sementara." Ucap salah satu wartawan.

Bima mengerutkan keningnya, ia melihat ponselnya lagi lalu menjauh dari para wartawan tersebut.

"Apa maksudnya dihentikan?" Tanya Bima.

"Setau gue yang tanganin kasus ini detektif Audrey, dia tiba-tiba mau nutup kasus ini buat beralih ke kasus adeknya yang di culik. Bima lo gak sadar sesuatu? Seolah ada orang yang ngerencanain semua ini biar kasus Rani gak di sentuh dulu, kemungkinan mereka bakal ngilangin jejak sebelum polisi buka kasus lagi." Jelas Smith.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now