Bab 16

315 54 9
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima sedang tengkurap di sofa ruang tamu rumah Adi. Reza terlihat sedang mengobati punggung Bima dibantu oleh Mahesa. Sementara itu Adi hanya berdiri di depan Bima sambil memperhatikan laki-laki itu. Bima sadar kehadiran Adi, ia tak menatap anak itu melainkan melihat kaki Adi yang menggunakan kaos kaki biru.

"Sebenernya ini ada apa?" Tanya Neva benar-benar penasaran.

"Cuman salah paham, lo mau sampe kapan nginep di rumah ini?" Tanya balik Smith.

"Kak Neva bakal nemenin Adi selama kak Bima pergi, kak Bima udah setuju juga." Saut Adi.

Smith menghela nafas lalu menatap tubuh Bima yang penuh luka. Ia berjalan memasuki kamar Bima dengan mengambil kunci di saku jaket Bima. Neva melihat Smith dan berniat ingin menghampirinya, tapi tangannya di tahan oleh Yaksa.

"Kenapa?" Tanya Neva pada Yaksa dengan berbisik.

"Kamar Bima area terlarang di rumah ini, gak sembarang orang bisa masuk ke sana. Smith pengecualian bahkan Adi juga gak boleh masuk, kalo lo mau baik-baik aja mending diem." Jawab Yaksa dengan berbisik juga.

Neva mengangguk paham lalu kembali duduk di samping Yaksa, pandangan matanya tertuju pada pintu kamar Bima yang terbuka dan memperlihatkan Smith.

"Sebenernya ada apa sama kamar itu?"

Smith tersenyum pada Bima lalu memberikan hoodie coklat. Bima mengubah posisinya menjadi duduk setelah pengobatan selesai, ia mengambil hoodie pemberian Smith tadi lalu memakainya. Adi yang sejak tadi berdiri akhirnya duduk di samping Bima lalu memeluk laki-laki itu.

"Laki-laki yang namanya Saga itu keliatannya obsesi sama lo deh." Ucap Mahesa sambil menata peralatan P3K.

"Dia homo ya?" Tanya Reza yang langsung di beri jitakan oleh Mahesa.

"Dia normal, cuman emang obsesi banget sama Bima." Jawab Mahesa.

"Gak usah jitak juga kali, lo pikir gak sakit apa!" Kesal Reza sambil mengelus kepalanya.

Bima hanya bisa tersenyum, "Arga namanya." Ucap Bima mengkoreksi nama yang Mahesa sebutkan. Ia mengelus rambut Adi lalu melihat Neva yang ternyata memperhatikannya sejak tadi.

"Adi besok sekolah, bukannya lo harus bawa dia tidur?" Tanya Bima pada Neva.

Neva mengangguk lalu berdiri dan menuntun Adi menuju kamarnya untuk menidurkan anak itu.

"Kalo gitu mending lo bayar aja tuh cewek." Ucap Yaksa yang sejak tadi memainkan ponselnya.

"Gue tau yang dorong Denis siapa." Ucap Bima yang berhasil membuat keempat temannya menatapnya serius.

"Dia cewek, tapi suaranya mendadak jadi cowok pas ngobrol sama Denis." Lanjut Bima.

Smith mengerutkan keningnya, ia berfikir sejenak lalu mengambil ponselnya. Sementara itu Yaksa dan yang lainnya menatap Smith heran.

"Ada teknologi pengubah suara, tapi ini teknologi yang di kembangkan. Gimana mungkin bisa di gunain padahal belum diluncurkan? Apa pelakunya ahli teknologi?" Tanya Smith.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now