Bab 4

744 80 4
                                    

Galang berlari menuju perhutanan, ia bingung dengan arah dan memilih untuk berlari saja. Saat tenaganya mulai habis, Galang berhenti di sekitar jurang. Ia melihat kiri kanan untuk memastikan jika tidak ada orang di sana. Saat kakinya ingin menyilang, tiba-tiba saja tubuhnya di dorong oleh seseorang namun tangannya di tarik dan alhasil Galang tidak jadi jatuh.

"Halo Galang." Ucap laki-laki berpawakan seperti Galang.

"Aji?" Galang menatap laki-laki itu lega.

"Lo mau nyelametin gue kan? Ji, adek gue dimana? Lo liat dia kan?" Tanya Galang sambil memegang tangan kanan Aji.

Aji tidak membalas pertanyaan Galang, ia hanya menatap Galang tanpa ekspresi.

"Lo tau? Hidup kadang harus memilih, gue selama ini murid terbaik di sekolah. Mungkin gue bakal jadi murid terbaik melebihi lo, bisa dibilang gue jauh lebih baik daripada lo. Tapi lo pernah gak sih liat ke belakang? Di saat semua perhatian tertuju pada lo, tiba-tiba mereka beralih ke temen lo cuman karena temen lo lebih keren atau ganteng gitu?" Aji menepis tangan Galang.

"Kadang ada niat di hati gue buat nyingkirin lo, tapi gue tau kalo semuanya gak segampang itu. Tapi malam ini gue yakin kalo niat itu bisa terwujud." Aji mencengkram kedua pundak galang dengan ekspresi sarkas.

"Maksud lo apa sih, Ji?" Tanya Galang kebingungan.

"Lang, lo harus ketemu sama orang tua kandung lo. Mau gue bantu?" Aji mulai tersenyum lalu mengeluarkan sebuah pistol dari balik jaketnya.

Galang menelan salivanya dan mulai berjalan menjauh.

"Satu tembakan ini bisa ngerubah hidup lo, gue harap lo bahagia setelah ini." Aji mengarahkan pistol ke Galang. Ia berjalan mendekati Galang, merasa dalam bahaya Galang pun berlari menjauh.

Tapi ia tak bisa secepat Aji, kakinya mendadak keram dan membuat Galang terjatuh. Aji tersenyum lalu menarik kerah baju Galang.

"Sorry."

Dorr!!

Badan Galang menegang saat peluru mengenai kepalanya, ia menatap Aji samar. Sementara itu, Aji terlihat melempar pistolnya lalu memapah tubuh Galang agar tetap tegak. Saat itu Galang merasakan hembusan nafas Aji tak beraturan.

Galang belum kehilangan kesadaran sepenuhnya, ia melihat mulut Aji yang sedang mengucapkan sesuatu tapi tidak bisa ia dengar. Hanya dengingan keras yang ia dengar lalu setelahnya ia merasakan tubuhnya di lempar. Galang tak bisa mengingat apapun setelahnya.

®®®

Bima berjalan santai melewati halaman mansion Sanjaya. Ia membuka pintu utama lalu kembali berjalan menuju kamar Andara. Bima berdiri di samping pintu kamar Andara untuk memulai tugasnya.

Ceklek!

Mata Bima dan Andara bertemu saat Andara membuka pintu kamarnya. Acara pandan pandangan itu tak berlangsung lama karena Bima langsung menunduk memberikan salam pada Andara.

Andara hanya mengangguk lalu berjalan pergi diikuti oleh Bima. Mereka saat ini menuju halaman, pagi ini Andara sudah memiliki jadwal memotong rambutnya. Ia di kawal oleh Bima dan satu supir akan menuju salon langganannya.

Pintu mobil di buka oleh Bima, Andara langsung masuk ke dalam mobil. Bima langsung menutup pintu mobil lalu masuk dan duduk di bangku samping supir. Mereka akhirnya pergi meninggalkan mansion Sanjaya.

Di perjalanan suasana mobil hening, Andara sibuk memainkan ponselnya sementara itu Bima terlihat sedang memikirkan sesuatu. Hingga tibalah mereka di lampu merah. Mobil Andara berhenti seperti yang lainnya.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now