Bab 9

418 81 16
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia terkejut saat tangannya di tarik oleh Kevin Sanjaya di rumah sakit. Dengan penampilan yang berlumuran darah, Kevin keluar dari rumah sakit menolak untuk ditangani jika bukan di rumah sakit Sanjaya. Dengan terpaksa Bima harus mengantarkan Kevin ke rumah sakit Sanjaya menggunakan mobilnya sendiri.

"Apa anda belum melihat berita kecelakaan saya?" Tanya Kevin.

"Saya tidak perduli dengan berita." Jawab Bima.

"Apa anda tahu wanita yang anda selamatkan itu salah satu dari anak pembantaian 8 tahun lalu?" Tanya Kevin.

"Saya tidak perduli dengan masa lalunya." Bima terlihat menaikkan kecepatan mobilnya.

"Apa ini? Apakah dia pacar anda?"

Bima tak menjawab, ia memilih fokus berkendara agar cepat sampai tujuan. Dia menyelip setiap mobil di depannya bahkan memilih jalan pintas.

"Tidak usah terlalu cepat, jika tabrakan lagi saya benar-benar mati." Ucap Kevin sambil bersandar.

"Lantas bagaimana dengan orang-orang yang anda bunuh?" Kevin menatap Bima bingung.

"Anda terlihat takut dengan kematian tapi anda membunuh mereka, apa anda tidak berfikir kematian yang mereka hadapi seperti apa? Menurut saya mati tertabrak sangat menyenangkan daripada mati dengan cara di tembak atau di tusuk." Lanjut Bima.

"Hidup terlalu menyenangkan untuk orang-orang seperti mereka, daripada menikmati hidup yang tidak abadi lebih baik mati dan menikmati hidup abadi di atas sana." Jawab Kevin.

Bima melihat Kevin lewat kaca, ia hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan suara.

®®®

Audrey duduk di ranjang Lian yang sedang terlelap. Ia mengelus rambut sang adik lalu membenarkan selimutnya. Audrey mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Saya sedang kerja."

"Bima mengenai penembakan itu say-"

Tutt.. Tutt...

Panggilan di putus sepihak, Audrey melihat layar ponselnya lalu memanggil Bima lagi tapi tidak di angkat. Ia berdiri dari tempatnya lalu keluar ruangan. Di luar, terdapat 2 anggota polisi yang ditugaskan untuk menjaga kamar rawat Lian serta Hisam yang sedang duduk fokus ke laptopnya. Audrey menghampiri Hisam lalu duduk di sampingnya.

"Halo bolehkah saya memeriksa pasien bernama Lian sekarang?" Tanya dokter wanita pada Audrey.

Audrey terkejut saat melihat dokter tersebut, "Loh anda dokter di rumah sakit Sanjaya kan? Kenapa bisa ada di rumah sakit ini?" Tanya Audrey.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now