Bab 18

325 47 13
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima dan yang lainnya sudah sampai di gapura desa Jati. Mereka di sambut oleh 3 laki-laki yang tak lain adalah teman Mahesa. Mereka berlima tersenyum pada ketiga laki-laki itu.

"Selamat datang di desa Jati, sebelumnya gue bakal kenalin diri dulu. Jadi, nama gue Rafa Pratama. Panggil Rafa aja, ini di samping kanan gue ada Gaga dan samping kiri gue namanya Fatur." Ucap laki-laki bernama Rafa tersebut sambil tersenyum.

"Kita perlu kenalan nih?" Tanya Mahesa.

"Gak perlu, gue udah tau nama-nama mereka Hes." Jawab Rafa.

Setelah itu, Bima dan yang lainnya di tuntun untuk masuk ke dalam desa. Suasana Desa bisa dibilang lumayan damai, banyak anak-anak berkeliaran. Ada juga para ibu-ibu yang sedang berkumpul atau beli sesuatu di warung. Udara di desa ini juga cukup segar, mungkin karena dekat pantai.

"Di kota pemandangan kaya gini jarang banget." Ucap Reza.

"Karena di kota semuanya manusia sibuk." Saut Yaksa.

Reza mengangguk setuju, ia kembali memperhatikan sekitarnya dengan tersenyum bahagia. Saat melewati beberapa anak yang bermain, tiba-tiba saja ada satu anak yang berlari ke arah mereka. Anak itu melihat Bima dengan wajah kagum.

"Kenapa Raka?" Tanya Rafa lalu berjongkok menyamai tinggi anak kecil bernama Rafa tadi.

"Kak mereka siapa?" Tanya Raka.

"Mereka? Mereka anak kota yang berkunjung di desa kita." Jawab Rafa.

"Kakak itu kelihatan mirip banget." Raka menunjuk Bima.

Semua orang di sana bingung begitupun dengan Bima sendiri.

"Gak mirip, main aja sana." Ucap Fatur pada Raka.

Raka mengangguk lalu berjalan pergi menuju teman-temannya. Bima melirik ke arah Fatur sejenak, ia tak paham dengan yang mereka bicarakan.

"Dia kalo di perhatiin daritadi emang diem." Ucap Bima dalam hati.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju tempat yang akan di tinggali oleh Bima dan para sahabatnya.

"Yah gini lah di kampung, sehari-hari kalian bakal liat pemandangan yang sama. Setiap hari bakal kecium bau amis karena sebagian besar profesi di sini nelayan." Jelas Rafa.

"Gak masalah sih, di sini ada tukang kayu buat bangun kapal?" Tanya Mahesa.

"Kalian mau bangun kapal?" Tanya Gaga yang akhirnya ikut bersuara.

"Kita..." Mahesa melihat Bima sejenak.

"Mau tanya aja jenis-jenis kayu yang bagus buat kapal, penelitian soalnya." Jawab Mahesa.

"Gue mau liat laut." Bima berpisah dari rombongan. Tak lama setelahnya, Fatur juga pergi meninggalkan rombongannya.

Mahesa terlihat memperhatikan Fatur dengan serius, ia juga melihat ke arah Bima yang berjalan ke arah laut. Entah kenapa, saat melihat Fatur ia seperti melihat kloningan Bima.

"Dia emang gak sopan gitu, tapi anaknya baik." Ucap Rafa merasa tak enak.

"Maaf juga tentang Bima, dia gak bisa dikekang hehe." Tambah Mahesa lalu tersenyum.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now