14

250 131 58
                                    

••••

Apartment Jevan

Pulang sekolah Jevan mengajak Vera ke apartemennya sesuai janji. Vera menunggu Jevan sedang ganti baju, ia menyalakan televisi sambil mengemil cemilan. Jevan datang langsung mencomot cemilan yang di makan Vera lalu memakannya dan duduk di sebelah Vera.

Spontan Vera menggeplak telapak tangan Jevan. "Kalo mau tuh bilang jangan langsung ngambil." tegur Vera menatap Jevan kesal.

"Iya siap." Jevan membalas dengan cengiran lalu melayangkan pilus ke udara dan mengarahkan ke mulutnya lantas mengunyahnya.

Jevan mengibas-ngibaskan kedua tangannya sambil menelan pilus sehabis dirinya kunyah. "Gua mau omongan empat mata sama lo."

Antensi Vera beralih menatap Jevan sambil sesekali mencomot cemilan. "Apasih tinggal ngomong juga." jawab Vera seraya menyilangkan kedua kakinya di atas sofa.

"Tatap gua." Jevan menangkup wajah Vera dengan seksama pandangan mata mereka saling bertemu dan mendadak menjadi hening, Jevan berdumel dengan isi hatinya sedangkan Vera menunggu apa yang ingin di ucapkan oleh Jevan pada dirinya.

Jevan menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan tenang. "Jevan sayang Vera!" ucap Jevan to the points, ia sudah sangat yakin jika harus confes sekarang sebelum Vera di miliki lelaki lain walaupun caranya tidak romantis.

Deg! 

Seketika jantung Vera berdegup kencang antara percaya atau tidak bahkan jantungnya sudah berdisco. "H-hah? lu bercanda?!" ia sangatlah terkejut saat Jevan mengungkapkan perasaannya langsung di depan matanya tanpa berbasa-basi. Ia masih tak yakin apa yang diucapkan oleh Jevan, ia tidak boleh keGR-an.

"Gua serius emang wajah gua keliatan bercanda?" tanya Jevan dengan wajah memastikan jika ia tidaklah berbohong. Soal cinta dirinya tak berani bergurau dan dirinya benar-benar cinta dengan Vera saat ini.

"Ya enggak, masa lu suka sama gue? what the fuck!" Vera agak ragu namun sedikit percaya terhadap Jevan tapi dirinya masih bingung Jevan suka sama dirinya karena apa? gak mungkin kan kalo dirinya di jadiin bahan pelampiasan? sakit cuy rasanya seperti di tusuk beribu-ribu duri ayam.

"Gak percaya? mau bukti?!" tanpa banyak lama Jevan langsung mencium kening dan hidung Vera. Kalo cium bibir langsung mana berani dia? kan sayang anak orang jadi tak boleh berlebihan.

Vera terdiam sejenak pikirannya blang, ia juga mencintai Jevan sebenarnya namun kehalang gengsi. Waktu mulai Jevan memberikannya perhatian dan dirinya selalu di tatap oleh sang empu dengan penuh arti, jadi lama-lama dirinya menaruh rasa suka pada pangeran Jevan. Ohok!

"Gimana masih gak percaya?" Jevan mengecup bibir Vera beberapa detik langsung melepaskannya. Eh ternyata berani cium bibir dia, author sangat terkejut.

Hatinya begitu lega saat sudah mengungkapkan perasaannya pada wanita yang dirinya suka,  ia masa bodoh jika respon Vera berbeda dengan ekspektasi, mau tidak mau dirinya harus menerima jika cintanya di tolak oleh Vera walaupun itu sangat menyakitkan, epribadiihh! dan jika cintanya di terima dirinya akan bersorak gembira dan selalu tersenyum tujuh hari tujuh malam.

Vera salting sekaligus menahan malu sampai pipinya kelihatan memerah, baru kali ini dirinya di cium cowok apalagi itu Jevan, crush orang yang dirinya cintai selama beberapa bulan ini. First kiss nya berhasil di ambil oleh Jevan, itu yang membuat hatinya sangat senang.

Untung saja dirinya tak berhalusinasi di kejar-kejar oleh cowok India seperti di film-film antv.

"Kalo lu cinta sama gue buktiin kesetiaan lu." ujar Vera, ia harus memastikan jika cowo di depannya ini benar-benar mencintainya setulus apa? dan tidak membuatnya sakit hati, jika dirinya sudah mulai percaya pada Jevan.

LOVE PROCESS (tahap revisi)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant