20

217 92 117
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Di sore hari dalam rumah Irwan Mahendra sekarang tengah berkumpul di ruang tengah sedang saling mengobrol. Keluarga itu tidak tinggal bersama anaknya di karenakan anaknya ingin tinggal sendiri di sebuah apartemen dan hubungannya tidak terjalin dengan baik.

"Om, apa Jevan mau kesini?" tanya Bella, mantan kekasih Jevan yang pernah menjalin hubungan selama dua tahun waktu pertengahan kelas delapan sampai lulus SMP.

"Bentar ya mumpung jam segini mungkin udah jam istirahat di kelasnya." ucap Irwan.

Irwan segera mengambil ponsel dan membuka kontak Jevan (anaknya) lalu memencet telepon untuk menghubungi. Irwan sudah menghubungi tiga kali namun tidak di angkat oleh Jevan dan berakhir panggilan di tolak begitu juga dengan Irwan ia tidak menyerah untuk menghubungi sang anak, setelah ia menghubungi lagi akhirnya berhasil di angkat oleh sang anak.

Jevan sedang mengobrol dengan temannya merasa terganggu setelah ponselnya beberapa kali berdering, setelah melihat sang papah yang telepon ia mengabaikan dan berakhir di tolak. Ponsel itu kembali berdering dan ia memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut  Irwan.

"Ada apa?" tanya Jevan to the poin, ia tidak suka basa-basi apalagi ini menyangkut papahnya.

"Cepet kemari nak temui papah di rumah, gak kangen?"

"Ada urusan apa, anda menyuruh saya ke rumah anda? jika anda tidak menjawab saya akan mematikannya."

"Kami kangen sama kamu, cepet kesini ada sedikit kejutan."

Setelah Jevan mendengar ucapan sang papah, ia langsung mematikan dan menaruh ponselnya kembali ke dalam saku. Ponsel miliknya nampak beberapa kali bergetar, ia tahu bahwa sang papah mengirimkan beberapa pesan tapi ia acuh dan mengabaikannya.

"Siapa jev yang lu ajak telponan tadi?" tanya Relvin sambil memainkan bolpoin di jarinya.

"Si tua bangka, uda diem ae gak usah banyak tanya." bantah Jevan setelah mengetahui komuk temannya penuh tanda tanya itu, ia sangat malas untuk membahasnya.

"Siapa yang lu maksud?" tanya Relvin sekali lagi.

"Gua bilang diem!"

"Elah santai ngape ngegas amat tong kalo ada masalah tuh cerita jangan di pendem sendirian, gue liat tadi kayak gak suka banget lu di ajak telponan sama ntu orang. Lu lagi gak macem-macem kan? jangan-jangan yang lu sebut 'tua bangka' itu sugar Daddy lu?" tukas Relvin menatap Jevan penuh kecurigaan.

"Anjing lo!" umpat Jevan tak terima lalu memukul pipi Relvin sedikit keras.

"Aduh gusti pipi bening gue! noh liat, sakit anjing!" amuk Relvin dengan menunjuk lukanya menggunakan jari telunjuknya lalu ia perlihatkan di depan wajah Jevan.

"Woi! sama temen sendiri ribut terus, gue kurung lu berdua buat adu tinju terus penontonnya gue sama Saga ntar kita biarin sampek mampus!" celutuk Justin tak sengaja melihat mereka ribut, ia memasuki kelas bersama Saga sambil membawa tiga jajan dan dua botol di tangannya.

LOVE PROCESS (tahap revisi)Where stories live. Discover now