33

180 52 74
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Di sisi lain Jevan tengah di kepung oleh musuhnya. Ia tadi tertidur pulas sampai lupa acara ultah Tasya, hingga ia mendapat beberapa pesan dari sang kekasih namun saat ia menelpon tidak di angkat. Hal itu membuatnya panik dan ada sesuatu yang janggal di pikirannya lantas ia buru-buru ke tempat acara Tasya tapi naasnya di tengah jalan ia di ganggu oleh musuh bersama antek-anteknya.

Jevan turun dari motor mendekati Vero yang sedang berdiri tegak bersama antek-anteknya, "Mau lo apa?!"

Vero berdecih menampilkan muka songongnya, "Mau gue? gue belum puas ganggu hidup lo sampai lo mati di tangan gue, itu keinginan gue dari lama— anjing." desis nya.

"Gua gak punya banyak waktu buat debat bahkan nanggapi omongan sampah dari mulut lo!" sarkas Jevan.

"Ck! bilang aja lo takut." cibirnya.

"Gak usah ngimpi! udah dari lama lo pengen hancurin hidup gua sampai mati kan? tapi buktinya sampai sekarang lo gagal sedangkan lo hanya mencari kesempatan buat nyerang gua itupun minta bantuan antek-antek lo!"

"Ck! lakik pecundang!" maki Jevan.

"Bacot lo, sini maju, baku hantam!"

"Bikin gua tumbang kalo bisa." tantang Jevan seraya terkekeh sinis.

Vero maju menatap Jevan dengan intens dari balik jaketnya dirinya mengeluarkan pisau tajam namun sudah berkarat. Vero bersmirk licik tanpa aba-aba memberi satu sayatan pada pipi tirus Jevan bagian kanan.

Ssrettt!

"Akhhh!"

Jevan tersontak kaget saat merasakan perih menjalar di sekujur pipi tirusnya, ia menyentuh pipi  yang terluka dan mendapatkan darah di tangannya lumayan banyak.

Jevan tak terima lalu menarik baju salah satu dari antek-antek Vero dan merobeknya dengan kasar, ia pun memberhentikan darah dengan mengelap pipinya melalui kain baju tersebut.

"ANJING LO DODOL!" pekiknya tak terima saat bajunya di sobek hingga tubuh seksinya nampak kelihatan, jika sekarang kondisinya seperti anak gembel.

Bughhh!

Jevan memberi pukulan keras pada wajah Vero hingga jatuh tersungkur ke aspal, ia terus memukul Vero membabi buta hingga Vero kuwalahan. Setelah puas Jevan berjongkok mengambil pisau dari genggaman tangan Vero secara paksa lantas mengarahkan pisau itu pada wajah sang musuh dan—

Srettt!

"Akhhh... shttt!" Vero meringis kesakitan.

LOVE PROCESS (tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang