02🍦

19 12 7
                                    

Markas Black wolf sangat rame, semua anggota berada di ruangan untuk menyusun strategi pembalasan penyerangan mengenai salah satu anggotanya yang di keroyok oleh geng lain.

"Gue harap kejadian ini jagan sampai terulang lagi" ujar Langit

"Kita jadi turun tangan nggak di bos?" Tanya Fikri salah satu anggota black wolf

"Jadi, hubungin ketua Cobra  , kita tunggu di lapangan 45" perintah Langit kepada wakil black wolf Bagus prayogi

"Semua udah beres bos"  ujar Bagus

"Ok, cabut" intruksi dari sang Leader

Semua menuju motor mereka, jumlah geng Black wolf sekitar 200 orang jadi bisa di bayangkan deruman suara motor bersautan di jalan raya, walaupun mereka di cap anak nakal atau berandalan tetapi mereka tetap menaati aturan jalan.

Lapangan 45 terletak jauh dari pemukiman warga hanya terdapat gedung tua terbengkalai bekas pabrik benang,  lapangan ini sering di pakai geng-geng lain untuk adu jotos.

"Gue kira takut buat dateng kesini"  ujar Langit terkekeh

"Gue bukan pengecut" jawab Raditya Adinata ketua geng Cobra.

"Tapi gue pikir lo itu pengecut, mainnya keroyokan cih" Langit

"Anak buah lo aja yang lemah" cibir salah satu anggota Cobra.

"Satu lawan sepuluh , lawak lo!" Sentak Bagus penuh emosi.

"Banyak bacok , serang!" Intrusi  Radit

Mereka berambisi saling mengalahkan, suara pukulan begitu terdengar jelas di sana .

Bugh
Bugh
Bugh

"Geng payah lo itu nggak akan bisa ngalahin kita"  seru Langit di telinga radit.

"Lihat aja nanti, gue bakalan menang , bugh" Radit memukul langit tepat di rahangnya.

"Mimpi lo terlalu tinggi kawan" Langit meremehkan 

Disisi lain semua fokus mengalahkan musuh mereka, geng cobra hanya tinggal beberapa yang masih mampu melawan lainya sudah tumbang tergeletak di tanah.

"Abiza awas" teriak Jefri lalu menendang punggung musuh dengan kencang, kalau sampai dia tidak melihatnya pasti kepala Abi sudah bocor terkena balok kayu .

"Thanks bro"ucap Abi setelah itu dia menghabisi orang tadi dengan brutal.

Bugh bugh "Sialan lo! Tangan kosong kalau berani!" Abi menginjak perut orang tersebut sangat lama.

"Ini bayaran buat lo karena udah keroyok sabahat gue" Langit membanting tubuh radit dengan keras lalu menendang punggungnya.

"Lang! Udah bisa mati nanti" Bagus mencoba memperingati karena memang keadaan Radit sangat mengenaskan

"Bawa ketua letoy kalian, sebelum di bikin mati sama Langi " sarkas Bagus

Mereka segera mengangkat radit ,karena apa yang mereka dengar itu bisa saja terjadi, langit itu kejam tidak pernah main-main dengan perkataanya.

Black wolf bersorak atas kemenangannya, cobra selalu mencari masalah tapi cobra juga yang kalah.

"Gue cabut dulu, gue udah siapin dokter di markas, kalau ada yang parah bisa  kerumah sakit" ujar Langit

"Ok bos, hati - hati" ucap Jafri

Langit mengacungkan jempol ,setelah itu pergi meninggalkan mereka, tujuan saat ini adalah rumah sahabatnya ,dia akan meminta Eliza untuk mengobati luka yang ada di wajah maupun tangan.

Kenapa nggak pulang kerumah ?  jawabnya langit pasti akan kena marah oleh orang tuanya, mungkin pulang larut sudah wajar tapi dengan keadaan seperti ini pasti Bunda akan ngamuk besar. Langit biasanya menginap di markas atau ke apartemen tapi berhubung rumah sahabatnya ini  lagi di rumah sendiri lebih baik kesana.

Eliza membuka mata peralahan,merasa ada yang menganggu tidurnya "ugh "

"El bangun, obati gue" papar Langit menunjuk - nunjuk ke dua pipi eliza

"Ck! Lo ganggu banget si lang" jawab Eliza berusaha duduk mengumpulkan nyawanya yang masih melayang.

Saat Eliza melihat jam ternyata pukul 02:00 ,astaga sahabat tidak tau diri memang , bukan pertama kalinya langit seperti ini seenak jidat membangunkan tengah malam hanya untuk mengobati lukanya.

"Gue ambil kotak obat dulu, sama air buat kompres luka lo" kata Eliza

Langit meletakan jaket kebanggaannya di ujung sofa ,lalu langit merebahkan tubuhnya di sofa tersebut.

" Sampai bonyok gini, kalah lo " ejek Eliza

"Black wolf nggak akan terkalahkan" jawab langit sambil menutup matanya , sedikit merasakan perih saat eliza menekan lukanya.

"Bagus deh, jadi nggak malu gue punya sahabat kaya lo"

"Lo tu harusnya bersyukur punya sahabat ganteng, baik hati ,good looking , ketua geng terkuat lagi" Langit membanggakan dirinya

Eliza yang mendengar hanya memutar matanya lalu menekan lukanya dengan keras.

"Sakit anjing" sentak Langit .

"Gitu aja sakit , nih lanjutin sendiri, gue mau lanjut tidur"  Eliza pergi ketempat tidurnya kembali.

Bukanya mengikuti perintah Eliza, Langit justru ikut merebahkan tubuhnya di kasur bersama Eliza, langit memeluk Eliza seperti guling, mau berontak percuma Langit sangat keras kepala.


















Langit Sanjaya ( on going )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz