03🍦

12 10 6
                                    

Jam weker membangunkan dua pemuda yang sedang tertidur pulas, eliza membuka mata menyingkirkan tangan  yang berada di perutnya, ternyata posisi semalam tidak berubah langit tetap memeluk dengan erat.

"Lang bangun udah subuh" Eliza menarik selimut yang menutupi tubuh Langit.

"5 manit lagi el" balas Langit masih memejamkan matanya.

" Dalam hitungan 5 lo nggak bangun gue siram ya " ancam eliza

Langit berusaha membuka matanya , dia masih ngantuk berat apa lagi baru tidur tiga jam.

" Gue mandi di sini ya " ujar Langit akan memasuki kamar mandi tapi langsung di tarik eliza keluar kamar.

" Nggak! sana lo pulang, mandi dirumah "  Eliza mengunci pintu kamar

Akhirnya Langit pasrah pulang, dia memasuki rumahnya masih sepi hanya ada pembantu yang sedang memasak di dapur,mungkin kedua orang tuanya masih di kamar apa lagi ini masih terlalu pagi.

" Langit panggil eliza buat sarapan di sini " perintah Bunda saat tau langit menuruni tangga

" Nanti juga kesini bun, nah tu kan suaranya " ujar Langit.

" Pagi om , bunda " sapa Eliza

" Sini sarapan bareng " ajak om Bumi,ayah dari Langit
Kenapa eliza panggil bulan dengan sebutan bunda sedangkan bumi di panggil om, sebenarnya Bumi sudah menyuruh Eliza untuk memanggil ayah tapi Eliza lebih nyaman dengan memanggil om.

" Kenapa muka kamu lebam gitu?" Tanya Bunda kepda Langit.

" Kepentok pintu bun " jawab Langit asal.

" Pasti tawuran lagi kamu ya " tuduh Ayah Bumi.

"Enggak Ayah Bunda " namun mereka tidak akan percaya

" Bunda izinin kamu ikut geng motor, tapi jangan sampai kamu kenapa - napan lang, apa lagi terlibat tawuran"

" Buat geng motor kamu itu kegiatan yang bermanfaat , dan satu lagi jangan sampai nilai kamu turun " Ayah Bumi menimpali

" Iya yah, kami selalu buat acara amal kok sebulan sekali entah itu ke panti atau orang - orang yang tinggal di jalanan " Langit.

Mungkin kata geng motor itu terlihat seperti membuat onar dan masalah, tapi untuk Black Wolf dia tidak akan mengusik kalau tidak di usik lebih dulu, walaupun di pandang kejam oleh geng lain, tapi Black Wolf  mempunyai sisi baik seperti yang di katakan langit tadi.

" Ayo lang berangkat, udah mau jam 07:00 nih" ajak Eliza

" Kita berangkat dulu ya bun yah " mereka berdua menyalami orang tua tersebut.

Mereka bersekolah di SMANCA atau SMA Pancasila , sekolah elit yang menjadi incaran para murid yang baru saja lulus dari SMP, selain fasilitas terpenuhi, kedisiplinan disini juga nomer satu. Namun masih banyak sekali murid yang melanggar aturan seperti Langit saat ini.

"Kamu mau jadi preman pasar, masukin baju kamu!" perintah pak Arif sebagai buru BK, walaupun usainya sudah hampir berkepala 5 tapi wibawa dan aura awet mudanya terpancar.

"Harusnya kamu ingetin sabahat kamu ini, mau sekolah tapi pakaian tidak pernah rapi" ujar pak Arif kepada Eliza.

"Iya pak" ucap Eliza

"Bagus ,Davit sini kalian" panggil Pak Arif

"Wah ada pa ini pak?" Tanya  davit

Pak Arif menghela nafas bisa mendapatkan murid tidak pernah mau menaati peraturan "rapikan baju kalian, pakai dasi yang benar"

Semua mengikuti perintah pak Arif supaya bisa cepat memasuki kelas, apa lagi masih pagi tapi matahari sudah terik sekali.

Mereka berjalan memasuki kelas yang berada di lantai tiga, untuk menuju kelas tersebut memang sangat membutuhkan banyak tenaga.

"Jauh banget si kelas kita lang" keluh Eliza

"Masih pagi udah ngeluh terus" balas langit.

Untuk Inti dari Black Wolf hanya Jefri dan Abiza yang satu kelas dengan Langit, Eliza pun sama apalagi Eliza satu bangku dengan Langit walaupun mempunyai sahabat cewek namun tidak membuat Eliza duduk dengan nya.

"Eliza gue pinjam buku matematika" ujar bunga

"Nggak salah lo minta sama Eliza, dia juga pasti belum ngerjain" kata jefri

"Dia kan pasti udah ngerjain sama Langit" balas Felixia

" Yaudah coba lo minta sama Langit aja" tantang Abiza

"Nih ,sana kerjain bentar lagi masuk" eliza

Beberapa menit kemudian guru yang mereka tunggu datang juga, Bu Nunung merupakan guru matematika , jika saja tidak mengerjakan tugas atau berisik di dalam kelas hukumnya pasti membersikan toilet, jadi mereka memilih untuk diam fokus ke papan tulis.

"Selamat pagi anak - anak" salam bu Nunung.

"Pagi buuuu" mereka serentak.

"Buka halaman 125 ,kerjakan yang esai saja" perintah bu Nunung.

"Baik buu"

Semua mengerjakan dengan tenang tanpa ada yang protes .









Langit Sanjaya ( on going )Where stories live. Discover now