09🍦

10 5 0
                                    

Parkiran SMANCA sudah di penuhi motor yang berjejer di sana, Murid semua akan masuk ke kelas setelah lolos dari pemeriksaan dari petugas Osis dan guru BK.

"Rapikan baju kamu, rambut kamu juga"

"Dasi di pakai yang benar"

"Langit bawah geng kamu ini kesini!" Ujar pak Arif.

Inti dari Black Wolf menghadap ke pak Arif untuk melakukan pemeriksaan.

"Kalian itu sudah besar apa tidak bisa memakai pakaian dengan rapi" ucap pak arif dengan mambawa stik panjang andalannya.

"Langit dasi itu di pakai di leher bukan di ikat di kepala"

"Kamu juga davit ,abiza lepas dasi kamu pakai yang benar"

"Bagus, kamu itu anak teladan di sini kenapa ikutan dengan mereka harusnya kamu mengikuti OSIS saja"

"Nggak minat pak" jawab bagus

"Ck! dasar kamu ini, Kamu juga Damar, gunakan kepintaran kamu untuk ke arah yang benar"

"Jadi bapak kira saya sesat gitu"ujar Langit merasa tidak terima,disini juga dia  tidak kalah pintar dengan dua temanya ini, justru mereka di bawah Langit hanya karena Langit bebal tapi pak Arif jadi melupakan kepintaran Langit

"Sadar diri saja Langit"sarkas pak Arif

"Saja juga pintar kali pak,nilai saya juga di atas mereka berdua"adu Langit dengan sombong

"Tapi kamu mines akhlak, kerjaan kamu bikin saya darah tinggi terus"

"Itu si salah bapak sendiri lah" celetuk davit pelan tapi masih di dengar oleh pak Arif

Untung saja stok sabar pak Arif itu segunung  Untuk menghadapi mereka ini butuh kesabaran yang tinggi supaya bisa nurut.

"Dimana teman yang satunya?" Tanya pak Arif.

"Bapak cari saya?" Ujar jefri berjalan santuy seperti tidak ada beban, padahal dia sedang menghadapi guru killer dan sebentar lagi pasti akan mendapat hukuman karena telat.

"Lihat teman kamu ini memang tidak ada yang benar, Jefri kamu telat 10 meit lari 15 kali"

"Banyak banget 5 kali aja lah pak" tawar Jefri dengan memohon.

"Ya sudah jadi 20 kali, laksanakan cepat!" Ucap pak Arif dengan penegasan.

Takut jika hukuman nya di tambah Jefri langsung melaksanakan tugasnya, beruntung pagi ini mendung jadi tidak terlalu menyiksa dirinya.

Akhirnya mereka bisa memasuki kelas mereka masing-masing untuk damar, bagus dan davit mereka satu kelas yaitu, XI Ipa 3 dan untuk langit XI Ipa 2.
Guru sengaja memisahkan mereka ber enam supaya tidak ribut saat pelajaran namun tetap saya tidak berlaku untuk kelas langit. Jefri di satukan dengan Abiza semua jadikan lawakan.

"Saya lihat kalian berdua dari tadi tidak mendengarkan saya jefri , Abiza coba kalian jelaskan apa yang tadi saya terangkan" perintah bu Ika guru Bahasa Indonesia.

"Jefri aja deh bu,tadi dia yang ngajak saya bicara" dasar abiza tidak tau diri padahal dirinya yang mengajak adu mulut.

"mana ada, lo yang ngajak gue ngegosip duluan" Ucap Jefri tidak mau di salahkan.

"Maju ke dapan kalian berdua" teriak bu Ika dengan raut wajah jengkel.

Mereka berdua mengikuti perintahnya, tanpa rasa malu justru mereka berdua berjalan bak model dengan melambaikan tangannya  ke murid lain. Bu Ika mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku muridnya ini.

"Jelaskan!" Ucap Bu ika penuh penegasan.

"Baik temanku semua saya di sini akan menjelaskan apa itu drama, drama adalah ..." Jefri diam begitu lama.

"Bantu jawab dong jangan planga plongo doang"lanjutnya.

"Drama adalah menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak" jawab abiza dengan lantang.

"Nah iya itu bu, benarkan jawaban kita berdua" kata jefri.

"Benar tapi percuma benar tapi tidak pemikiran sendiri,Langit saya tau kalian ini setia kawan tapi teman kamu tidak akan pintar kalau kamu membantunya terus" karena menang jawaban itu dari Langit, bu Ika sempat melihat Langit mengerahkan bibirnya dan Abiza seperti mencerna apa yang di katakan Langit.

"Saling membantu kan dapat pahala bu"kata Langit.

"Termasuk tidak membangunkan teman kamu saat jam pelajaran, itu maksud kamu Langit"bu Ika berjalan ke meja Langit dengan mengebrak mejanya kencang.

Brakk

"Eh Ayam , Ayam"Eliza kangen dengan ulah gurunya ini, semua murid menertawakan tingkah Eliza ini apa lagi dengan mata memerah khas bangun tidur.

"Enak sekali waktunya pelajaran tapi malah tidur" ucapnya sinis.

"Maaf bu" ucapnya lirih.

"Eliza, dan kalian berdua keluar dari pelajaran saya" sepertinya bu Ika benar-benar marah lebih tepatnya muak dengan kelas ini.























Langit Sanjaya ( on going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang