06🍦

10 8 4
                                    

Eliza melingkarkan kedua tangannya di perut Langit, menikmati angin sore yang mulai dingin,Setelah sampai di parkiran rumah sakit ternyata Black Wolf masih berada di sana belum ada yang masuk.

"Lama banget si bos, mampir kemana dulu nih" ujar davit seakan menggoda Langit.

"Hehehe sorry ya gaes ada problem dikit" ucap Eliza

Abiza merangkul Eliza untuk berjalan ke lorong rumah sakit "slow aja kali El" namun baru saja beberapa langkah ada intruksi yang mengerikan.

"Kayanya gue pingin mutilasi tangan lo Bi" tekan langit.

"Gue si bodoh amat" balas Abi tanpa ragu.

Jawaban Abi justru membuat semua orang tertawa seakan mengejek peringatan yang Langit lontarkan.

"Sahabatan doang nggak usah terlalu posesif gitu lah"celetuk Jefri

Langit mendengus kesal seperti tertampar kenyataan bahwa memang mereka berdua ini hanya sebatas sahabat.

Mereka telah sampai di kamar Faisal, di sana sudah ada ke dua orang tuanya yang menjaga ,sedangkan faizal tangan kirinya mengalami pergeseran tulang dan ada luka memar di sudut bibirnya.

"Assalamualaikum om tante" mereka mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam" jawab ibu dari faisal.

"Bagaimana keadaan faisal om? Tanya Langit.

"Kata dokter luka di tangan kirinya membutuhkan beberapa minggu untuk bisa di gerakan" jelas ayah faisal.

"Apa ada luka yang lain om, selain di tangan nya?"  Bagus.

"Alhamdulilah tidak ada nak"

Semua bersyukur dengan keadaan faisal tidak terlalu parah, tapi tetap saja ini tidak boleh terjadi lagi, mungkin saat ini juga ketua Cobra sedang terkapar di rumah sakit karena ulah Langit waktu itu.

"Om sama tante tidak usah memikirkan biaya, semuanya sudah kami tanggung" ucap bagus.

"Terimakasih nak"  ungkap kedua orang tua faisal

Karena menang faisal bukanlah dari orang berada, kedua orang tuanya bekerja serabutan ,faisal juga bekerja di sebuah cafe milik Damar salah satu inti dari Black Wolf.

"Terimakasih ya bang, sorry gue udah ngerepotin kalian padahal gue baru aja masuk" ujar faisal merasa tidak enak.

"Santai aja yang penting lo cepet sembuh" davit.

Tidak terasa matahari yang terik di gantikan dengan gelapnya malam, satu persatu dari mereka berpamitan untuk pulang, hanya beberapa orang yang memang di khususkan dari Langit untuk menjaga Faisal.

"Kita duluan ya" pamit Eliza.

"Hati-hati El" ujar bagus.

Di perjalanan mereka hanya diam, lagian percuma saja bicara pun pasti tidak akan dengar,Langit fokus pada jalan sedangkan Eliza memeluk erat perut Langit tidak lupa kepalanya bersandar di bahunya.

Eliza sempat menoleh ke belakang seperti ada yang tidak beres " Lang itu di belakang kaya ngikutin kita deh" ujar Eliza.

Langit langsung melihat dari spion motor dan benar anak buah Cobra mencoba mengikuti.

"Pegangan gue mau ngebut"katanya.

Mereka yang melihat Langit menambahkan kecepatan, langsung menyusul terjadi aksi kejar-kejaran untung saja jalanan sedikit sepi jadi tidak terlalu menganggu pengendara lain.

Karena skill Langit sangat handal, akhirnya mereka tertinggal jauh.

"Sial!" Geram salah satu anggota Cobra.

"Kita pantau besok, sekarang kita cabut"

Beruntung mereka bisa kabur,bagi Langit itu hal biasa apa lagi dia sebagai ketua disini pasti banyak yang mengincarnya, namun saat ini posisinya sedang bersama Eliza ,dia tidak mau Eliza sampai terluka sedikitpun.

"Hampir saja Lang" ucap Eliza bernafas lega

"Udah sana masuk" Langit.

"Lo ikut gue masuk ya, ayo lah" ucap Eliza dengan nada dibuat selembut mungkin.

Melihat Eliza seperti itu mana bisa dia nolak,akhirnya langit mengikuti Eliza berjalan memasuki rumah, ternyata tidak ada siapa-siapa rumah sangat sepi.

"Bik,bik Rumi" panggil Eliza

Bik Rumi datang dari belakang sepertinya baru mencuci piring karena masih ada sisa busa sabun di lengan tangannya.
"Iya non ada apa?" Tanya bik Rumi

"Kok sepi banget, Mamah sama Papah kemana?"

"Anu non, mereka pergi ke Bandung lagi,tadi habis magrib" jawab bik Rumi merasa kasihan dengan anak majikanya ini dari kecil sudah tidak di perhatikan.

"Tu kan,mereka itu emang nggak peduli sama gue" Eliza menghentakkan kakinya kesal, dia meninggalkan Langit memasuki kamarnya, mood nya sangat buruk.

"Udah nggak usah sedih, masih ada gue disini" Langit memeluk Eliza dari belakang.

















Langit Sanjaya ( on going )Where stories live. Discover now