Chapter 2

20 7 7
                                    

Johnny

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Johnny

***

Yuta sedang duduk di atap sebuah gedung, itu kebiasaannya. Dia suka terpaan angin di ketinggian, mengibaskan poninya yang kadang menutupi matanya.

Dia suka angin, yang terkadang membawa suara dari kejauhan, suara orang tertawa, menangis, musik, mesin konstruksi dan sebagainya. Dia bisa memilih-milihnya. Seandainya dia tidak suka suaranya, dia melambaikan tangan menyuruh angin segera menjauhinya.

Tiba-tiba dia mendengar bunyi sirene pemadam kebakaran, agak bising ditelinganya. Sebenarnya dia tidak tertarik akan peristiwa kebakaran, dia bisa merasakan mana peristiwa kebakaran karena kecelakaan atau karena disengaja. Dan sepertinya ini disengaja.  Yuta melihat arah mobil pemadam tersebut dan melihat ada kepulan asap disuatu tempat.

"Bukankah itu rumah Hanna" Batinnya
.
.
.
.

Ya, dia Yuta si pengendali angin, apapun bisa di lakukannya dengan bantuan angin, misalnya mengambil benda (kalau dia sedang malas bergerak). Tapi yang lebih sering dia lakukan adalah menyuruh angin untuk mengendalikan tubuhnya.

Contohnya seperti saat ini, dia melompati gedung satu ke gedung lain seolah-olah itu hanyalah lompatan jarak dekat, dan tiba di gedung terakhir dia segera melompat kebawah, mendarat dengan mulus...

Yuta berlari kencang, hatinya tidak tenang, dia tau Hanna dalam bahaya, dan dia sungguh sangat berharap ini bukan ulah seterunya.

Sesampainya di lokasi rumah Hanna, dia melihat sudah banyak orang berkerumun

"Sial" Gumamnya. Ia tidak bisa mendekati rumah tersebut, terlalu banyak orang dan terlalu menarik perhatian jika dia menerobos masuk.

Api baru berhasil dipadamkan satu jam kemudian, petugas medis membopong 2 jenazah keluar rumah membuat orang-orang terkejut

"Siapa mereka?" Gumam salah satu ibu-ibu yang berdiri di dekat Yuta

Tak lama petugas medis juga mengeluarkan satu orang, bukan...bukan kantung jenazah

"Ya ampun, itu putri mereka" gumam ibu-ibu itu prihatin. "Berarti yang dua tadi apakah tuan dan nyonya Lee? Astaga..." Ucapnya lagi

Yuta bernafas lega, ia melihat Hanna yang tak sadarkan diri, dia terlihat baik-baik saja, tidak terluka, hanya tubuhnya yang basah. Yuta tersenyum

"Gadis pintar" ucapnya sambil terkekeh.

Pada saat itulah Yuta melihat seorang pria yang berdiri agak jauh dari lokasi rumah yang sudah habis terbakar, pria tersebut melihat kearah Yuta. Raut muka pria tersebut terlihat datar ,tidak bisa ditebak.

GUARDIANS [End]Where stories live. Discover now