chapter 3

244 20 0
                                    

~Selamat membaca~




Yona tak mengetahui pukul berapa saat ini sebab di kamar barunya tak tersedia jam. tapi rasanya suasana begitu sunyi, hanya ditemi oleh rembulan diatas awan gelap sana. Yona memperkirakan dirinya terlelap hingga larut malam.

“apa hanya perasaan ku saja? rasanya tadi seperti ada yang mengelus rambutku” gumam Yona sembari menatap pantulan dirinya dicermin besar yang tersedia, meneliti penampilan berantakannya.

“pintu dan jendela tertutup rapat, tidak mungkin ada yang bisa masuk ke sini” lanjutnya lagi, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran negatif itu.

Merasa bosan, Yona memutuskan melihat-lihat keluar. Hanya sekedar menikmati semilir angin malam dari balkon kamarnya. Walau masih terasa asing, karena balkon yang ada dikamarnya dulu menghadap ketaman istana, hingga Yona dapat menikmati pemandangan bunga sekaligus juga dengan pemandangan ibu kota kekaisaran Rowena. Tentu saja, karena kamarnya yang terletak di lantai tertinggi istana.

Namun kini semua pemandangan itu berubah. Balkon kamarnya di akademi ini menghadap hutan mengerikan yang mengelilingi akademi. merasa ngeri lama-lama menatap hutan gelap itu, Yona akhirnya kembali masuk kedalam kamarnya setelah mengunci kembali pintu balkonnya.

Yona berusaha kembali memejamkan matanya, berharap ia akan kembali terlelap. Namun sayangnya itu tidak terjadi, matanya sekarang benar-benar segar dan itu membuat Yona kesal. Ia tak tahu harus melakukan apa. namun sedetik kemudian iris zamrud itu tertuju pada benda berbentuk persegi panjang yang terletak di atas meja.

Jujur saja, Yona tak gemar membaca. Tidak seperti Sun---kakak keduanya yang sangat hobi membaca hingga ayah mereka membangunkan perpustakaan pribadi untuknya. Hanya saja, Yona tidak punya pilihan lain. Rasanya benar-benar membosankan, jadi dengan perasaan malas Yona meraih buku bertuliskan 'Demon' itu.

Halaman pertama bertulisan,

"Siapapun kau, percayalah bahwa buku ini adalah gambaran masa depan yang akan terjadi. Jika hanya berpasrah, lebih baik tak usah membacanya"

kening Yona mengerut ketika membacanya. Memangnya apa yang harus ia percayai? Pikir Yona.

Yona pikir dirinya tidak akan sanggup membaca habis buku yang cukup tebal itu. tapi ternyata dugaannya salah. Ia hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk menyelesaikannya. Bukan tanpa sebab, semua itu ia lakukan karena ia sendiri bahkan tidak bisa untuk berhenti membacanya. Semakin lama cerita di buku itu semakin membuatnya bingung dan tak mengerti, jadi Yona terus melanjutkan kegiatannya.

buku itu menceritakan tentang kehancuran kekaisaran ini? terlebih dengan kematian tragis keluarganya. Rasanya Yona benar-benar marah, ia akan mencari sosok gila yang membuat khayalan seperti ini. rasanya sudah sangat keterlaluan  membuat sebuah cerita yang menyangkut pautkan kaisarnya sendiri bahkan membuat akhir yang tragis. Kekaisaran ini hancur tak tersisah apapun akibat ulah para iblis.

Iblis? Yona tertawa mencemooh. Beribu-ribu tahun kekaisaran ini berdiri, tidak pernah ada yang namanya makhluk mengerikan seperti iblis. 

kekaisaran Rowena memang bukan sekedar kekaisaran biasa, kekaisaran lain menganggumi kekuatan sihir Rowena yang mengagumkan. Meski tidak semuanya memiliki sihir, mereka yang terpilih dan beruntung biasanya akan menuruni sihir dari leluhur mereka. Akan Tetapi hanya sebatas sihir saja, tidak pernah ada cerita apapun tentang iblis.

Bagi Yona, iblis hanya sebuah mitos yang sering kali digunakan orangtua untuk menakut-nakuti anaknya, agar mau menuruti mereka. Sama halnya dengan dirinya yang dulu sering ditakut-takuti oleh Saviera ketika bersikeras tidak ingin pulang bermain hingga hari petang.

Lalu bisakah Yona mempercayai cerita di buku itu? disana, dikatakan Osvaldo mendapat gelar kaisarnya karena berhasil mencuri suatu benda berharga milik raja iblis hingga mampu mendirikan sebuah kekaisaran.

Yona mengetahui lebih dari siapapun, bahwa gelar kaisar ayahnya didapat karena memang sebagai penerus tahta selanjutnya. Sebab ia adalah penerus sah kaisar terdahulu, sama dengan kakak pertamanya—Sky Rowena.

Selain itu, sama sekali tak ada sedikitpun diceritakan tentang dirinya. Yona terlewatkan oleh penulis yang dicap gila oleh Yona. semua anggota keluarganya dijelaskan sedemikian rupa, hanya dirinya seorang yang terlewat. Di akhir cerita pun, kekaisaran rata dengan tanah dan dikuasai oleh para iblis-iblis itu. Yona benar-benar tak habis pikir oleh sosok bajingan yang membuat cerita, baginya ini sudah kelewatan.

Bruk!

Dengan perasaan jengkel Yona melempar buku yang mampu membuat suasana hatinya semakin buruk. Yona berencana akan menceritakan apa yang dibacanya kepada Dareen, setelahnya memerintahkan pria itu untuk mencari dalangnya. Jika perlu, Yona akan mengadukan hal ini pada ayahnya. Tak tahu mengapa, Yona benar-benar marah. Di sisi lain ia tak ingin mempercayainya, tetapi disisi lain ia juga takut hal mengerikan itu akan benar terjadi.

~Dream Come True~

Sepanjang perjalanan menuju kelas pertamanya akan dimulai, tak henti-hentinya Yona menjadi pusat perhatian. Setiap orang yang berlalu lalang, sudah pasti akan berhenti untuk memberi salam. Tak sedikit dari mereka berusaha mencari kesempatan untuk berteman, namun sayang beribu sayang ada sosok Dareen yang setia mengawal sang putri Hingga para lalat-lalat busuk tidak akan bisa mendekat, apalagi menghinggap.

Pagi ini penampilan Yona terlihat luar biasa dengan balutan seragam resmi akademi Flowering. Dengan rambut merah mencoloknya, semua orang juga dapat langsung mengenalinya sebagai bulan kekaisaran Rowena yang terkenal akan kecantikannya.

-Seragam akademi Flowering-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Seragam akademi Flowering-

cih, menyebalkan sekali. Tuan putri manja itu akhirnya bersekolah di akademi ini. benar-benar mimpi buruk”
Mereka---bintang akademi Flowering sedari tadi mengamati Yona dari  kejauhan.

“jaga ucapanmu Kaiden, jika ada orang lain yang mendengar kau tamat” Belicia, satu-satunya perempuan disana angkat suara.

“kau lihat baik-baik. tuan putri sangat cantik, tak seharusnya kau berkata seperti itu” Abel menimpali.

“percuma cantik jika tidak bisa melakukan apa-apa selain berlindung di bawah ketiak kaisar” cibir Kaiden tidak ingin kalah.

“lihat! Gadis manja itu terus memeluk boneka jelek dan bau! Menggelikan. Dia bukan lagi anak-anak” lanjutnya.

Memang benar adanya, Yona sama sekali tak malu membawa boneka kesayangannya itu ikut kemanapun dirinya pergi. Seantero kekaisaran mengetahui bahwa Yona tak bisa terlepas dari bonekanya itu sejak balita. Hanya saja, tidak ada yang berani mengomentari gaya hidup putri kesayangan kaisar Rowena. Kaiden termasuk dalam segelintir orang yang berani melakukannya.

“Gabriel, mau kemana kau?” tanya Abel setelah melihat temannya yang paling pendiam---Gabriel beranjak dari duduknya.

“ku rasa sudah cukup lama kita berteman, namun sikap dinginnya tidak kunjung hilang"  Belicia menatap punggung kokoh Gabriel dengan malas. Pria itu memang sangat sulit diajak bicara.

Dream Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang