chapter 16

121 13 0
                                    

-Selamat membaca-

Silaunya cahaya mentari membangunkan tidur nyenyak gadis cantik bersurai merah itu. Reflek kedua tangannya menekan pelepis yang berdenyut sakit.

Yona mengingatnya dengan jelas bahwa ada sosok pria yang selama ini sering menyelinab ke kamarnya---baik itu kamar di istana, akademi, bahkan di kediaman Duke Enermis ini. Yona pikir selama ini ia hanya berhalusinasi setiap kali merasakan elusan, bahkan kecupan di dahinya di malam-malam tertentu. Tak tahu ternyata itu benar-benar nyata dan mampu membuat bulu kuduk Yona berdiri tegak.

“dasar pria mesum! Akh!” teriak Yona kesal sembari melempar bantal di atas ranjang sembarangan.

Yona merasa kesal dengan dirinya sendiri yang malah jatuh pingsan di waktu yang tidak tepat. Namun, detik berikutnya gadis itu berhenti mengacak-acak rambutnya sendiri. matanya terbelalak kaget saat menyadari ia kini berada di atas ranjang tak lupa selimut yang menutupi tubuhnya dengan rapi.

“apa pria itu yang melakukannya?” Yona tidak mengerti apa sebenarnya tujuan pria itu sangat rutin mengunjunginya, karena selama ini Yona cukup sering mengalaminya di hari-hari tak menentu.

Mengenyahkan pikirannya, Yona beralih menatap Clausel di sampingnya kemudian memeluknya dengan ekspresi suram. Yona tidak menyangka selama ini seseorang dengan nekat menyelinap ke kamarnya.

-My Devil Dol-

Kini Yona berada di sebuah pohon apel menjulang tinggi yang berada di belakang kediaman Duke Enermis. Melihat buah apel yang berwarna merah menyala membuat Yona tiba-tiba berkeinginan untuk memetiknya.

Sekaligus menjernihkan pikirannya, Yona menatap pamandangan sekitar dengan bosan sebelum akhirnya tertuju pada sosok tampan yang tengah berjalan mendekati pohon apel tempatnya berdiri saat ini.

Senyum jahil seketika terbit kala melihat Kaiden duduk di kursi yang berada tak jauh dari tempatnya berada saat ini.

Yona sudah cukup menahan rasa kesalnya setiap kali Kaiden mencibirnya. Walau terlihat dan terkesan tidak perduli, tetap saja Yona juga tetap seorang gadis biasa yang mempunyai rasa dongkol saat seseorang terus mengatainya tanpa sebab yang jelas.

tuk!’

Yona tersenyum senang melihat Kaiden mengaduh kesakitan saat sebuah apel dengan satu gigitan itu mengenai kepalanya. Ekspresi sakit bercampur kesal milik Kaiden benar-benar menghibur Yona.

“sialan! Orang gila mana yang berani melemparku?!” Kaiden berteriak marah dengan kepala bergerak cepat mencari pelaku yang telah melempar kepalanya dengan apel.

“aku lah orang gila itu”

Yona turun dari pohon apel itu dengan sekali loncatan. Sembari memeluk Clausel, gadis itu mendekati Kaiden dengan senyum manisnya. Tampak tak merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya.

“salam pada bulan kekaisaran, Yona Rowena”

Melihat sosok Yona, Kaiden dengan cepat memberi salam sembari membungkuk hormat. Tentu saja, melihat tingkah tak biasa seorang Kaiden Stewart yang selama ini sangat suka mencibirnya membuat Yona bingung seketika.

“wah…tumben sekali kau sopan padaku”

sindir Yona sinis, membuat Kaiden menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan canggung. Pria itu tidak berani menatap iris zamrud Yona dan memilih menatap arah lainnya. Gelagat aneh Kaiden semakin membuat Yona curiga.

Hanya saja, Yona tak mengetahui bagaimana pandangan Kaiden padanya saat ini. semenjak Yona menunjukkan bagaimana kemampuan dirinya yang sebenarnya, Kaiden benar-benar terpana. Yona yang terlihat sangat keren dan cantik di waktu bersamaan terlihat begitu santai menghadapi tangan kanan raja iblis yang begitu sulit di kalahkan. Namun, ketika di hadapkan dengan Yona seketika iblis itu kehilangan harga dirinya dan itu membuat Kaiden tak berkedip melihatnya.

“kalau begitu saya pamit undur diri, tuan putri”

Bukannya menjawab, Kaiden malah pamit undur diri dengan wajah bersemu merah. Yona sendiri menatap kepergian sosok tampan itu dengan sebelah alis terangkat. Memilih tidak perduli, Yona kembali menaiki pohon apel sembari bersenandung senang. Tanpa tahu Kaiden yang tenyata masih berada di sana dan diam-diam mengamatinya sembari memegang dadanya yang berdegup tak karuan.

-My Devil Dol-

Seperti dugaanya Yona, para iblis kembali datang dan membuat ulah. Pembangunan perbaikan wilayah selatan terpaksa di hentikan dan para penduduk yang berencana pulang ke wilayah ini seketika mengurungkan niatnya.

Pasukan elite, petinggi akademi, dan para penyihir hebat kekaisaran kembali berkumpul di kediaman Duke Enermis. Kaisar kembali membagi kelompok untuk mereka melawan para iblis. sama seperti sebelumnya, Osvaldo tidak menyebutkan nama Yona untuk masuk ke dalam tim manapun.

Tentu Yona sendiri tidak ingin terlihat bodoh dengan memperdebatkan keputusan ayahnya. Tanpa tim pun, Yona masih bisa ikut membantu melawan para iblis itu nanti.

Kali ini Yona berhasil mendapatkan seekor kuda untuk dirinya sendiri---tentu tanpa sepengetahuan Osvaldo dan Sky, karena kedua pria itu telah melesat pergi melawan para iblis di barisan terdepan. Yona bersama para petinggi akademi kembali mengelilingi wilayah selatan.

Namun, anehnya para iblis seketika melarikan diri setiap kali melihat sosok Yona Rowena. Hal itu membuat Yona berdecak malas, ingin mengejar pun rasanya terlalu malas. Berbeda halnya dengan para petinggi yang menatap dirinya kagum. Mereka merasa Yona telah di takuti oleh kaum iblis setelah mengetahui bagaimana mengerikannya kekuatan sang tuan putri.

“tuan putri, anda sungguh mengagumkan. Para iblis itu bahkan berlari ketakutan saat menyadari keberadaan anda” puji kepala sekolah di setujui oleh mereka semua yang mendengarnya.

“tentu saja, mereka harus tahu dengan siapa mereka berurusan” balas Yona sembari menggibaskan rambutnya angkuh, kemudian kembali memacu kudanya dengan cepat meninggalkan para petinggi akademi di belakangnya.

“aku semakin menyukainya” gumam Levon sembari menatap kepergian Yona dengan tatapan mendamba. Melihat bagaimana kegilaan keponakannya, kepala sekolah menggelengkan kepala.

“jangan terlalu banyak berharap, jelas kau tidak akan bisa bersama dengan yang mulia”

Seketika senyum Levon memudar, di gantikan dengan delikan tajam.

“tampaknya paman sangat tak suka melihatku senang barang sedikitpun” balas Levon, kemudian ikut memacu kudanya, menyusul Yona.

Dream Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang