chapter 4

194 19 0
                                    

~Selamat membaca~

Oke, bagus sekali. Di hari pertama memulai kelasnya, Yona berserta pelayan pribdinya itu datang terlambat. Bukan tanpa alasan, keterlambatan mereka di sebabkan oleh Yona yang tidak ingin datang tepat waktu dan memaksa Dareen untuk menemaninya menuju tempat penjual berbagai hidangan di akademi ini berada.

Selain memang tidak ingin datang terlalu pagi, Yona tidak berbohong akan rasa laparnya. Dari kemarin sore, gadis cantik itu belum mengonsumsi apapun. Yona tidak perduli dengan hukuman yang akan diberikan professor yang mengajar di kelas sihirnya hari ini. Selain itu, Yona percaya mereka tidak akan bisa memberikan hukuman apapun padanya.  rasanya kemarahan mereka tidak akan jauh lebih menyeramkan dibadingkan amukan sang ibu tercinta.

“selamat pagi professor, maaf atas keterlambatan kami” dari balik punggung lebar Dareen, Yona dapat melihat tatapan intimidasi dari seorang pria tua dengan rambut penuh uban itu.

“meski anda seorang putri kekaisaran ini, bukan berarti anda bisa bersikap seenaknya”

Yona mengangguk paham dengan ekspresi santai, sama sekali tak takut dengan tatapan tajam sang professor tersebut. Meski begitu, ia cukup tersanjung sebab baru kali ini ada yang berani berkata seperti ini padanya. Professor ini sangat professional, Yona cukup menyukainya.

"ini hari pertama saya memulai kelas, saya harap professor berbaik hati memaafkan saya” jelas Yona dengan senyum manisnya.

Dareen hanya dapat menggelengkan kepala, ia tahu betul akan jalan pikir sang tuan putri yang jelas tak ingin terkena hukuman.

Professor memijit pelipis nya yang berdenyut sakit. Inilah sebabnya ia tak suka jika ada anggota keluarga kerajaan berada dikelasnya. Mereka suka bertindak sesuka hati, sebab akademi ini pun memandang tingkatan kasta. Jelas apapun yang terjadi, Yona lah pemenangnya. 

Sembari menunggu keputusan professor, Yona mengedarkan pandangannya menatap ruang kelasnya untuk beberapa tahun kedepan. Tetapi pandanganya malah terjatuh pada teman-teman sekelasnya yang juga tengah menatap dirinya. Kelas ini sangat sepi, Yona bahkan hampir tak menyadari keberadaan 38 anak bangsawan didalamnya. Berbagai tatapan mereka layangkan. Beberapa menatap kagum, beberapa menatap takut, dan sisanya menatap tak suka. Masa bodoh, Yona tidak perduli.

“baiklah, karena memang ini adalah hari pertama anda berada dikelas saya maka saya akan memberikan keringanan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“baiklah, karena memang ini adalah hari pertama anda berada dikelas saya maka saya akan memberikan keringanan. Saya dengar kekuatan anda berelemen angin, oleh karena itu bisakah anda melayangkan meja itu? jika anda bisa melakukannya anda bisa duduk dikursi yang telah tersedia” jelas professor.

Tanpa menunggu lebih lama, Yona melaksanakan permintaan professor dengan senyum manisnya. Salah satu tangannya sibuk memeluk Clausel, sementara satunya lagi mulai bergerak mengeluarkan sihir angin yang dikuasainya.

Teman-teman sekelasnya pun merasa tak sabar melihat kekuatan sang putri secara langsung. Kabar yang beredar, Yona payah dalam pengendalian sihir dan hanya menghabiskan waktunya seharian dengan bermain bersama boneka lapuk di pelukannya saat ini.

“kyaa!!”

“turunkan kami!”

Di luar dugaan, Yona malah mengangkat semua yang berada dikelasnya, juga termasuk Dareen. Kecuali Professor tentunya. Lagi dan lagi, professor memijit pelipisnya. Maka dari itu dengan cepat beliau memerintahkan Yona untuk menurunkan mereka semua ketempat semula, setelah itu mempersilahkan Yona duduk dikursinya.

Professor sendiri tak mengerti apa alasan Yona memasuki kelas dasar ini, dari auranya saja ia mengetahui Yona tidak seperti rumor yang beredar---Putri pemalas tak tahu aturan dan tak memiliki bakat dalam sihir.

Tingkatan di akademi terdiri atas kelas 1 sampai dengan 6 dan  Yona berada di kelas 3. Seharusnya, dengan kemampuan yang ia miliki, Yona dapat bergabung dengan para senior dikelas 6---kelas tertinggi.

~Dream Come True~

“jangan bercanda! Jelas tadi pagi buku itu masih ada, tidak mungkin ada yang mencurinya” 

Yona menatap Dareen dihadapannya tak percaya. Jelas-jelas ia mengingat buku novel itu tadi pagi masih berada di kamarnya, beberapa jam saja di tinggal buku itu sudah tak ada.

“anda bisa memastikan nya sendiri jika tak mempercayai ucapan saya, putri”
Jika Dareen berkata demikian, Yona tak bisa lagi berkata apa-apa. sudah pasti tak mungkin Dareen berbohong padanya. Lagi pula, jika di pikir-pikir tidak ada gunanya Dareen menyembunyikan buku itu. Dareen adalah sosok pertama yang menemukannya.

“sudahlah, tak penting juga. Mungkin aku yang lupa menaruhnya dimana”
Dengan perasaan jengkel Yona berjalan meninggalkan Dareen dibelakangnya. Kelas pertamanya telah usai sejak beberapa menit yang lalu.

Akibat pikirannya yang tak fokus sebab memikirkan isi cerita di buku itu, Yona hampir saja terjungkal dengan tidak elitnya. Beruntungnya seseorang menyelamatkannya. Yona pikir itu Dareen tetapi dugaannya salah. Sosok tampan ini terlihat tidak asing, tapi Yona yakin ini adalah pertemuan pertama mereka.

“salam pada bulan kekaisaran, Yona Rowena”

“terimakasih” tepat setelah Yona mengucapkan rasa terimakasihnya, pria itu berlalu begitu saja. Yona tidak tinggal diam, gadis itu menghentikannya.

“tunggu! Siapa namamu?”

Pria itu tampak menimang beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Yona. ia pikir Yona mengenalnya, karena memang mereka telah berjumpa beberapa kali saat ada perayaan besar di istana. namun, nyatanya gadis itu sama sekali tak mengingatnya.

“Gabriel Howard”

Tanpa ingin menunggu lebih lama lagi, Gabriel melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti setelah membungkuk kan sedikit tubuhnya tanda penghormatan. Yona yang ditinggalkan begitu saja memicingkan matanya tak suka, namun setelah mengingat sesuatu yang penting segala rasa dongkolnya pun hilang.

Didalam buku yang tadi malam dibacanya, pria bernama Gabriel Howard merupakan salah satu bintang akademi Flowering. Bersama dengan ketiga rekannya, namun sayang mereka semua akhirnya tewas akibat melawan para iblis yang memiliki kekuataan lebih besar.

“ck, menjengkelkan” decak Yona sembari menatap langit biru di atas sana dengan tatapan rumit.

“Tuan putri, tega sekali anda meninggalkan saya”

Dareen datang dengan napas tersengal-sengal. Pria itu cukup lelah mengerjar Yona yang meninggalkannya dengan menggunakan kekuataan anginnya, Pantas saja dirinya tertinggal jauh dibelakang sana.

“kau saja yang lamban. Apa gunanya sihirmu jika tidak digunakan? Bodoh” gumam Yona yang jelas-jelas masih dapat Dareen dengar. Pria itu hanya diam dengan tatapan sinisnya, sebab merasa urusannya akan jauh lebih panjang jika beradu argument dengan Yona yang jelas tidak akan mengalah padanya.

Dream Come TrueWhere stories live. Discover now