chapter 9

146 18 0
                                    

-selamat membaca-

Selepas para iblis terpukul mundur dan memutuskan melarikan diri, suasana di akademi tidak dapat dikatakan baik-baik saja. banyak terjadi kerusakan dimana-mana, juga banyak korban yang terluka dan tak sedikit yang meninggal dunia.

Di sinilah Yona berada saat ini---disebuah ruangan bergaya klasik yang ia ketahui sebagai ruang khusus para petinggi akademi untuk melakukan rapat-rapat penting. hanya saja, Yona tidak mengerti apa alasan mereka mengikut sertakan dirinya dalam rapat hari ini. jika itu keempat bintang, Yona tidak akan heran, tetapi mereka juga menginginkan dirinya untuk ada di ruangan ini sekarang.

“sebelum itu, saya mengucapkan terimakasih kepada empat bintang yang telah berkontribusi besar mengusir para iblis itu. tak lupa dengan tuan Dareen yang tentunya ikut membantu” kepala sekolah membuka suara ditengah-tengah kesunyian ini.

Tidak ada yang berniat membalas rasa terimakasih kepala sekolah. Mereka yang bersangkutan hanya diam dengan ekspresi berbeda-beda. Yona sendiri tidak perduli dengan apa yang terjadi diruangan ini, tentang apa yang mereka bahas dengan sesekali menyebutkan namanya.

Rasa kantuk selalu mengampirinya setiap kali seseorang berbicara panjang lebar, sama halnya seperti professor yang mengajar dikelasnya. Kali ini pun Yona terlelap di kursinya, oleh karena itu Dareen memawakili dirinya mendengarkan apa yang tengah dibahas oleh para petinggi juga keempat bintang akademi.

“jadi, saya harap kalian berkenan membantu membasmi para iblis itu. tidak perlu saya jelaskan, kalian pun tahu hal buruk apa yang akan terjadi jika kita tidak saling bekerja sama untuk mengembalikan keadaan semula” jelas kepala sekolah.

“mereka hanya sekelompok anak-anak yang bahkan belum lulus dari akademi ini. bayangkan apa yang akan terjadi jika kita mengirim mereka untuk melawan para iblis” salah satu petinggi tampak tidak setuju oleh permintaan kepala sekolah. Beberapa petinggi lainnya pun tampak menyetujui.

“lebih baik kita saja, para orangtua yang melakukannya. Sangat menyedihkan rasannya bersembunyi dibalik punggung-punggung rapuh ini” timpal petinggi lainnya.

Ruangan yang tadinya sunyi seketika dipenuhi perdebatan. Selain merasa malu jika harus meminta perlindungan dari para bintang juga sang tuan putri yang belum memasuki usia dewasa, mereka tidak ingin membuat posisi mereka terancam karena membiarkan para anak dari sosok berpengaruh berada dalam bahaya.

Mereka tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika salah satu dari para bintang ataupun sang tuan putri sendiri mengalami kejadian buruk. Sudah pasti orangtua mereka tidak akan terima dan akan memenggal masing-masing kepala orang yang berani-beraninya memerintahkan untuk melawan para iblis.

“berisik sekali” gumam Yona yang seketika membuat suasana kembali sunyi.

Gadis bersurai merah itu menguap dengan sangat tak elegannya, sama sekali tak perduli dengan sebuah keanggunan yang seharusnya dimiliki seorang tuan putri.

meletakkan boneka kesayangannya, Yona kemudian membenarkan duduknya. Tubuhnya mati rasa akibat tidur dengan posisi terduduk. Setelah mendapat posisi nyamannya, gadis cantik itu menatap satu persatu wajah asing yang ada diruangan ini.

“jadi, bagaimana? Kalian benar-benar akan mengirim kami untuk melawan iblis digaris terdepan?” Belicia mewakili ketiga rekannya untuk bertanya.

Sebetulnya, mereka tidak keberatan jika memang harus melawan para iblis itu. sebab, dari masa depan yang dilihatnya mereka hanya akan berakhir menyedihkan. Dari pada menyesal karena tak melakukan perlawanan, lebih baik untuk mencobanya bukan? Setidaknya, tidak akan ada kata penyesalan setelahnya.

Melihat para bintang tak keberatan, kepala sekolah tersenyum puas. Tetapi tetap saja para petinggi lainnya berusaha mempertahankan rasa gengsi mereka yang membuat Yona merasa jengkel dibuatnya.

“kalian memintaku untuk datang hanya untuk membahas ini? sial, ini hanya membuang waktuku” Yona beranjak dari duduknya. mendengar bagaimana nada suara penuh ketidaksukaan itu terdengar dari bibir mungil Yona, tidak ada yang berani membuka suara.

“tanpa perintah ataupun persetujuan kalian, kami akan melakukannya. Bukan begitu, para bintang?” lanjut Yona setelahnya dan mendapat anggukan dari keempat bintang akademi.

“tentu saja, mengapa tidak? Lagi pula ini adalah perbuatan baik untuk melindungi dan mempertahankan kekaisaran” timpal Abel di setujui oleh ketiga temannya.

“besok kami akan pergi ke wilayah selatan” putus Gabriel sebelum pergi meninggalkan ruangan diikuti teman-temannya.

Melihat kepergian empat bintang, Yona berencana untuk ikut pergi dari ruangan itu. namun, salah satu petinggi menghalanginya. Dari penampilannya, Yona mengetahui petinggi yang dengan berani menghadang jalannya ini merupakan petinggi termuda di akademi.

Dengan tatapan menilai, Yona menatap pria dihadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tidak terlalu buruk dan cukup tampan, hanya saja Yona tidak menyukai tatapan yang pria itu layangkan.

“tuan putri, jika anda merasa ini adalah situasi mengerikan lebih baik anda tidak ikut melawan para iblis dibarisan terdepan” ujarnya yang seketika membuat Yona menatapnya tidak suka.

“minggir, jangan menghalangi jalan tuan putri” perintah Dareen dengan tatapan tajamnya.

“tuan Levon, sebaiknya anda menyingkir” kepala sekolah meminta hal serupa. Tidak akan ada akhir baik jika berani mencari perkara dengan sang tuan putri.

Melihat bagaimana orang-orang ini menyudutkannya, pria yang kini Yona ketahui bernama Levon itu tersenyum sinis.

“aku hanya bermaksud baik untuk menasehati tuan putri. kalian terlalu berlebihan” balasnya tak ingin disalahkan. Sungguh, demi apapun Yona merasa muak.

“cukup dengan drama mu dan menyingkirlah, sebelum angin-angin lembut ini menebas kepala tampanmu”

dengan santai Yona menciptakan semilir angin lembut. Tidak---ini bukan sebuah ancaman, Yona benar-benar akan menebas kepalanya jika masih berusaha menghalangi jalanya. Suasana hati Yona sedang tak baik, ini hari pertama ia mendapatkan ‘tamu tak diundang’ dibulan ini. perutnya terasa sakit dan itu sangat menyebalkan.

“maafkan atas kelancangannya tuan putri” kepala sekolah mewakili Levon untuk meminta maaf. Mau bagaimanapun, Levon adalah keponakannya.

Levon seakan terhipnotis akan sosok Yona yang terlihat begitu cantik dan keren diwaktu bersamaan saat mengancamnya dengan semilir angin yang membuat rambutnya berhembus indah.

“dasar idiot” gumam Dareen saat melewati sosok Levon yang belum juga tersadar dari pesona seorang Yona Rowena.

Dream Come TrueOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz