chapter 17

116 13 2
                                    

-Selamat membaca-

Sebagai tempat beristirahatnya, Yona memutuskan untuk menghirup udara segar di sebuah hutan yang menjadi perbatasan antara wilayah selatan dan utara. Rasanya sudah cukup lama Yona tidak merasakan udara segar dan asri hutan, sebab telah dijelaskan sebelumnya bahwa wilayah selatan ini sangat kering dan gersang semenjak kedatangan para iblis yang membuat keributan.

Yona menghela napas dalam-dalam, menikmati udara segar menyejukkan hati dan pikiran. Angin lembut itu menerpa wajahnya, hingga membuat helai demi helai surai berwarna merah itu berterbangan dengan indahnya.

Pandangan Yona kemudian tertuju pada satu-satunya pondok di hutan ini. perlahan namun pasti Yona mendekati pondok yang terlihat tua dan sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. entah mengapa Yona tiba-tiba merasa tertarik untuk sekedar melihat penampilan dalam pondok itu. namun, alangkah terkejutnya ia saat mendapati suara-suara aneh saling sahut-menyahut. Yona bergidik ngeri, suara itu terdengar ambigu baginya.

Yona pikir tak seharusnya ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi didalam sana. Yona mengurungkan niatnya untuk memasuki pondok dan kembali memutar tubuh berencana pergi meninggalkan tempat itu. namun langkahnya kembali terhenti saat mendengar suara familiar di dalam pondok itu.

“Dareen, aku sangat mencintaimu”

“aku juga mencintaimu”

Jika saja Yona tidak mendengar suara familiar itu menyebut nama Dareen, mungkin Yona tidak akan kembali mendekati pondok dan melihat kedalam sana dari balik celah jendela. Yona membekap mulutnya dengan kedua tangan saat melihat kedua orang yang dikenalnya tengah berciuman dan tampak sangat menikmati satu sama lain. Yona dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya saat Dareen tampak tergesa-gesa melucuti pakain Abel.

Ya, mereka yang berada didalam sana tak lain dan tak bukan ialah Dareen dan Abel. Seusai menjauhi pondok itu, Yona memijit pelipisnya yang berdenyut sakit. Maksud hati ingin menenangkan diri sembari menikmati sejuknya angin di hutan ini, Yona malah mendapatkan pemandangan yang mampu membuatnya menggelengkan kepala saking tak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi.

Walaupun belum terlalu lama mengenal sosok Abel Wingston, Yona mengetahui bahwa pangeran dari kekaisaran Valcke yang bersahabat baik dengan kekaisarannya ini adalah seorang genit yang memiliki banyak kekasih di luar sana. Bahkan, beberapa kali Abel sempat menggodanya secara terang-terangan. Yona telah salah menilai sosok Abel, Yona pikir pria itu menyukainya sebab setiap kali bertemu, Abel selalu melayangkan tatapan tak biasa untuknya.

Sekarang Yona mengerti akan maksud tatapan itu. Yona merasa dirinya terlalu percaya diri karena berfikir Abel menaruh hati padanya, padahal jelas tatapan itu adalah tatapan kecemburuan. Sudah jelas siapa target yang selama ini Abel cemburui—yaitu Dareen, sebab Abel menyukainya. Dareen lah yang pria itu sukai, bukan Yona.

Baiklah, jika itu Abel rasanya tidak terlalu heran jika Yona tak mengetahui bagaimana perangai aslinya. Tetapi Dareen? Rasanya sangat mengejutkan setelah mengetahui ternyata pria itu penyuka sesama jenis. Yona pikir dirinya telah mengenal baik sosok Dareen lebih dari siapapun dan itu cukup membuatnya kecewa, namun menyadari dirinya tak berhak marah hanya karena Dareen tak memberitahunya.

Yona jelas mengetahui kekhawatiran Dareen jika sampai dunia luar mengetahui kelainannya. Sudah pasti ia akan di usir dari kekaisaran karena hal menyimpang seperti itu sangat di tentang oleh hukum kekaisaran Rowena.

Suasana hati Yona seketika memburuk. Yona berencana pergi meninggalkan hutan, tak ingin membuat Dareen dan Abel terkejut saat mengetahui keberadaanya di hutan ini. seketika matanya memicing memastikan sosok lain yang tengah di lihatnya yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini.

Dari kejauhan, Yona dapat melihat Gabriel dan Levon tengah berdebat. Samar-samar Yona mendengar namanya ikut serta dalam perdebatan kedua pria tampan itu. namun apa perduli Yona? mengingat kejadian beberapa saat yang lalu saja sudah membuatnya pusing, alhasil gadis itu melewati kedua orang yang tengah asyik berdebat dengan ekspresi malas.

Lagi pula, setahunya Gabriel adalah sosok pendiam yang bahkan tidak akan perduli meski seseorang memancing amarahnya. Namun, melihat Gabriel yang kini tengah membalas Levon dengan tatapan tajam mampu membuat Yona menghela napas panjang. lagi dan lagi, Yona salah menilai mereka.

Mereka yang menyadari keberadaan Yona seketika terdiam, tidak lagi berdebat dan membalas satu sama lain. Levon yang tadinya menatap tajam dan sinis pada Gabriel seketika tersenyum manis setelah melihat sosok cantik bersurai merah itu semakin mendekat.

Sedari tadi, Levon memang mengikuti Yona, tetapi malah kehilangan jejak dan berakhir bertemu Gabriel. Sama halnya dengan Gabriel, pria itu mengubah ekspresinya menjadi datar dan dingin seperti biasa.

“tuan putri, kemana saja anda pergi? Saya khawatir karena tak bisa menemukan keberadaan anda” Levon segera mendekati Yona yang telah berlalu melewati mereka tanpa menoleh sedikit pun. Gabriel pun mengikuti langkah dua orang di depannya dalam diam.

“tuan putri, apa anda baik-baik saja? apakah anda merasa lelah? Saya bersedia menggendong anda"

melihat bertapa gencarnya Levon berusaha mendekatinya membuat Yona teringat akan sosok Abel. Seketika langkahnya terhenti. Yona menatap Levon dan Gabriel secara bergantian dengan seksama, kemudian menggeleng prihatin.

“bukan hal baik saling membenci, kita tidak tahu kapan cinta akan datang dan kalian akan saling mencintai”

Mendengar ucapan Yona, Levon dan Gabriel tidak bisa untuk tidak menyembunyikan ekspresi terkejut mereka. Kedua pria itu saling melemparkan pandangan sebelum Levon lebih dulu memutuskan kontak mata mereka kemudian bertingkah seolah-seolah menahan muntah.

Tak jauh berbeda, Gabriel pun bergidik ngeri. Mereka tidak habis pikir akan Yona yang dengan mudahnya berkata sedimian rupa. Gadis itu bahkan tak mengetahui penyebab mereka bertengkar adalah karena dirinya.

“tuan putri, saya tidak memiliki kelainan. Saya benar-benar pria sejati dan nor---“ ucapan Levon terhenti saat menyadari Yona telah menghilang mengikuti semilir angin. Begitu juga dengan Gabriel yang telah berjalan lebih dulu meninggalkannya seorang diri.

“sialan!” umpat Levon penuh kekesalan.

Dream Come TrueWhere stories live. Discover now