chapter 6

158 18 0
                                    

~Selamat membaca~


Seantero akademi dibuat heboh dengan kejadian tadi siang---dimana mereka yang menonton pertarungan di arena pertempuran semuanya dibuat tertidur pulas oleh Yona. selagi keributan terjadi, tersangka utamanya malah asik menikmati susu coklat hangat di balkon kamarnya. Tak lupa dengan ditemani oleh boneka usang yang sangat disayanginya.

Tok! Tok! Tok!

“silahkan masuk”

Setelah Yona mempersilahkan, terlihat Dareen memasuki kamarnya dengan piyama nya. Yona melayangkan tatapan datar, sebab merasa Dareen menganggu waktu santainya di larut malam seperti ini.

“salam pada bulan kekaisaran, Yona Rowena”

“ada perlu apa?” tanya Yona, tidak sabar mengusir Dareen dari kamarnya.

“bintang flowering ingin bertemu anda besok. Apakah anda berkenan untuk bertemu mereka? Sebenarnya saya tidak ingin berkunjung larut malam seperti ini, tetapi gadis bernama Belicia itu terus merengek dan memaksa untuk segera menyampaikannya kepada anda, tuan putri”

Mendengar penjelasan Dareen seketika ekspresi Yona berubah. Dahinya berkerut samar, memikirkan apa tujuan para bintang akademi itu sangat ingin bertemu dengannya.

“baiklah, katakan pada mereka untuk datang ke kelasku setelah kelas pertama berakhir” setuju Yona setelah terdiam cukup lama.

Mendengar nama Belicia rasanya Yona sudah tak asing lagi, karena memang Belicia termasuk salah satu tokoh penting dalam buku berjudul ‘Demon' itu walau akhirnya meninggal dunia.

“hanya itu saja yang ingin saya sampaikan. Mohon maaf karena telah menganggu waktu istirahat anda”

Dareen bersiap pergi meninggalkan Yona, namun dengan cepat gadis itu mencegahnya. Ada hal lain yang ingin Yona pastikan.

“tunggu, ada yang ingin ku tanyakan”

“tentu, anda bisa menanyakan apa saja”

“apakah ayah berhasil mengatasi makhluk-makhluk mengerikan itu?” tanya Yona sedikit ragu. Lain halnya dengan Dareen yang seketika terdiam. Tak tahu harus memberitahu tuan putrinya atau tidak.

Bukan apa-apa, Dareen hanya takut Yona bertindak gegabah atau mengacaukan strategi yang telah disusun oleh kaisar. Selama kurang lebih 14 tahun bersama dengan Yona, Dareen mengenal baik bagaimana perangai gadis itu. jangan sampai karena rasa penasarannya, Yona diam-diam malah kabur ke wilayah selatan untuk melihat bagaimana rupa makhluk yang di duga sebagai iblis.

“ayolah Dareen, aku hanya ingin memastikannya saja” Yona kembali menyakinkan.

“ayah belum mengirimkan surat sejak terakhir kali. Saya rasa keadaan disana tidaklah baik” aku Dareen.

Diam-diam Yona meramas ujung gaun tidurnya. Ia tahu betul sosok Benard---ayah Dareen itu. beliau sangat menyayangi putra satu-satunya, bahkan jika perlu ia akan setiap saat memastikan kondisi anaknya baik-baik saja.

Benard memiliki peran penting bagi kekaisaran Rowena ini. dirinya sebagai panglima perang pasukan elite disegani banyak orang, akan tetapi tidak ada yang mengetahui bahwa sebenarnya panglima keji di medan perang itu akan bersikap seperti hello kity jika dihadapkan dengan Daren, putranya.

Melihat Benard tidak lagi mengirimi surat, sepertinya pria paruh baya itu benar-benar sibuk dengan tugasnya. Selama Yona mengenal mereka, ingin sesibuk apapun dirinya Benard tidak akan lupa mengirimkan kabar dan memberikan perhatian.

“baiklah jika begitu, hanya itu yang ingin ku tanyakan” dengan perasaan tak karuan akhirnya Yona mempersilahkan Dareen kembali ke kamarnya.

-My Devil Dol-

Tak tahu mengapa, setiap kali kelas dimulai Yona selalu merasakan kantuk berat menyerangnya. Gadis itu berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan kesadarannya.

Untuk mengalihkan rasa kantuknya, Yona meraih Clausel yang tergelak di atas meja. Sementara itu, Professor diam-diam mengamati gerak-gerik Yona dari tempatnya mengajar saat ini.

sebenarnya professor merasa cukup  risih dengan boneka usang yang selalu Yona bawa kemanapun gadis itu pergi. Hanya saja, ia tak bisa melakukan apa-apa selain menahan rasa gatal ditangan untuk membuang boneka dengan energi negative itu.

“entah kapan tuan putri akan terlepas dari boneka itu, mengingat umurnya yang semakin dewasa” gumam professor sembari menggeleng pelan.

Tak jauh berbeda, teman-teman kelasnya juga diam-diam menahan perasaan yang sama seperti sang professor, akan tetapi mereka tidak berani melakukan apa yang ada di pikiran mereka saat ini—yaitu membuang boneka lusuh itu ke tempat sampah.

Andai saja Yona bukan seorang putri kekaisaran, maka sudah dapat dipastikan dirinya akan menjadi objek perundangan dengan berbagai olokkan yang orang-orang dengki itu layangkan.

Menjadi objek perundungan? Entahlah, mengingat bagaimana karakter Yona yang tidak suka di tindas mungkin tidak akan ada yang sanggup melakukannya meski dirinya tak memiliki gelar ‘tuan putri’ di belakang namanya. Selain itu, Yona terlihat menggemaskan setiap kali memeluk ataupun bermain dengan bonekanya. Tidak ada yang bisa memasuki dunia penuh fantasynya.

Terkadang Yona terlihat bak anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru setiap kali bersama Clausel. Di satu sisi menjengkelkan melihatnya bermain bersama boneka itu, tetapi di sisi lain juga terlihat menggemaskan. Apakah ada yang mengerti dengan penjelasan tak jelas ini?

TING! TING! TING!

Kelas pertama hari ini berakhir. Terdengar banyak sorakan senang dari mereka yang memang telah lama menantikan jam istirahat tiba, juga termasuk dengan Yona yang kini bersiap beranjak dari kursinya tak lupa memeluk Clausel, serta Dareen yang setia berada di sisinya.

Hanya saja, Yona melupakan para bintang akademi Flowering yang menunggunya didepan kelas dengan pose keren---mampu membuat para murid terpekik histeris.

Ketenaran para bintang Flowering yang terdiri atas 3 pria dan 1 wanita itu tak perlu diragukan lagi. melihat keberadaan mereka berada didepan kelas dasar yang sering kali dianggap sebelah mata benar-benar sebuah kejadian langkah.

Tak ingin membiarkan para bintang akademi itu semakin berpose angkuh, Yona akhirnya melangkahkan kaki mungilnya keluar dari kelas yang memang hanya tersisa dirinya dan Dareen.

“kami memberi salam pada bulan kekaisaran, Yona Rowena” salam keempat bintang akademi dengan kompak setelah melihat kedatangan sang tuan putri Rowena.

Akhirnya berbagai pertanyaan para murid pun terjawab. Alasan para bintang rela meluangkan waktu mereka untuk berkunjung ke kelas dasar yang jaraknya sangat jauh dari kelas tertinggi akademi berada. Ternyata tujuan mereka tak lain dan tak bukan adalah untuk menemui sang bulan kekaisaran yang kini menekan gemas pipi bonekanya. Tampak tidak perduli dengan keberadaan keempat bintang.

Dream Come TrueOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz