13. pagi hari yang indah

863 130 32
                                    

Sinar temaram masih menyelimuti langit di kota itu, akibat sang mentari masih belum mau beranjak dari tempat peraduannya.

Dengan sejuknya hembusan angin pagi selepas hujan tadi malam, menimbulkan tetesan air di setiap ujung dedaunan yang basah itu, terjatuh menghempas di genting-genting rumah milik insan yang sebagian masih terlelap dalam mimpi indah mereka.

Menggeliat tubuh Jake, berada pada pelukan pria yang masih dengan erat mengungkung tubuh mungilnya.

Samar-samar pandangannya yang buram itu semakin jelas, menangkap wajah pria yang masih terpejam disebelahnya.

Jake tersenyum sembari mengusap punggung Sunghoon pelan, "aku pikir ini mimpi. ternyata tidak, kamu memang tidur di sebelahku mas Varo." gumamnya, ia tersenyum senang.

Seolah masih merasa nyaman dia, bahkan dirinya tidak ingin beranjak dari posisinya, menunggu sang suami terjaga saja, sembari merasakan kehangatan ini, begitu pikirannya.

Menanti dan menanti, hidung yang sangat dekat dengan dada Sunghoon, membuatnya mendengus dengan senang, bahkan tanpa sadar sudah memberikan kecupan singkat disana, lalu terkekeh sendiri.

'hihihi, kapan lagi aku bisa seperti ini kan? Bisa saja saat terjaga nanti dia kembali sadar akan status ini dan malam nanti ia kembali tidur di kamarnya lagi, jadi sekarang aku akan berpuas diri dulu, hehehe' ia mencari kesempatan saat pria itu masih terlelap.

Hingga kepalanya mulai terangkat, dan mendapati pria itu sudah membuka matanya sembari tersenyum membalas tatapannya.

Jake terbelalak, secepat itu pula ia menurunkan wajahnya.

'sejak kapan dia terjaga?' batin Jake yang merasa terpergok.

"Senang ya? Diam-diam mengecup dada seorang pria?" Ujar Sunghoon dengan suaranya yang masih serak, namun ia sebenarnya tengah tersenyum senyum sendiri juga.

Pemuda itu mendongakkan kepalanya kembali.

"Aku tidak sengaja kok mas, kan saking dekatnya jadi kecium," Dustanya.

Tapi memang benar sih, karena posisi itu sangat dekat membuatnya dengan mudah mengecup bagian itu.

"Oh, begitu ya? Berarti jika wajah kita dekat seperti ini," Sunghoon menurunkan posisi tubuhnya sedikit hingga wajah mereka benar-benar dekat bahkan sangat dekat, tepatnya dibagian bibir masing-masing.

"Apa kamu akan memberikannya kecupan juga sekarang, tepat didekat bibir mu?" Mata Jake mengerjap cepat, melirik kebawah, karena tinggal sesenti lagi bibir mereka akan bertemu.

"Kok diam?"

"Aku-"

"Tidak apa sih jika kamu mau, saya akan mengijinkannya," Sunghoon tersenyum sembari memejamkan mata, Ia menanti sebuah kecupan manis mendarat disana.

Pemuda itu pun beringsut, karena dia tidak mungkinkan memberikan kecupan diarea tersebut, apalagi jika dirinyalah yang memulai, itu akan meruntuhkan harga dirinya.

Jake sedikit tertawa canggung, "sudah semakin terang langit diluar, aku harus membuka gorden dan mematikan lampu teras mas."

Kedua tangannya mulai mendorong dada bidang itu, karena tangan Sunghoon masih betah pada posisinya, melingkari pinggang Jake.

Air wajah kekecewaan mulai mencuat disana, teringin sekali pria itu mendapatkan hadiah kecupan diarea yang ia tunjukkan tadi, namun ucapan itu sudah menjadi sebuah bukti penolakan, jika Jake tidak ingin memberikan itu padanya.

Hingga sang istri mulai beranjak dari ranjangnya, Sunghoon masih tidak bergeming dan memilih untuk membiarkan pemuda itu keluar dari kamarnya.

"Haaaahh.." ia menghela nafas, entah ala yang saat ini ada dipikiran Sunghoon, yang pasti pria itu masih diam saja disana.

Unexpected | SungjakeWhere stories live. Discover now