27. membuat hidangan makan malam

561 73 12
                                    

Dalam sebuah kamar remang-remang yang hanya bercahaya lampu tidur, Jake tidur dalam dekapan suaminya.

Sebenarnya belum tidur juga, mata itu masih terbuka dengan lebarnya, menatap kosong ke depan. Sementara tangan Sunghoon mengusap-usap kepala sang istri.

Jake pun semakin mempererat pelukannya, serata mendesah lirih di atas dada bidang, ia menoleh ke atas.

"Ku pikir kamu sudah tidur," ia mengecup kening Jake.

"Aku tidak bisa tidur mas, masih kepikiran yang tadi."

Sunghoon diam saja, karena apa yang Jake rasakan itu pun dia rasakan, terlebih kata-kata sang ayah yang memerintahkan sekertaris Jovan untuk mengurus sesuatu, itu lah yang menjadi pertanyaan yang ada di benaknya.

"Mas Varo?"

"Emm?" Sunghoon menempelkan bibirnya, di pucuk kepala sang istri. Terasa wangi rambut Jake, membuatnya betah pada posisi itu.

"Kita pulang saja ke rumah ku yuk, aku takut disini."

"Jangan sayang, aku mau kita tetap disini."

"Kenapa? Eumm jelas saja sih, rumahku kan berkali-kali lipat jauh tidak nyaman." Ucapnya murung.

Sunghoon pun meraih dagu Jake, mengangkatnya sedikit. "Berapa lama aku tinggal di rumah itu, Arkana?" Tanya Sunghoon.

Jake pun berfikir, "mungkin ada sebulan lebih, hampir dua bulan sebelum kepergian mu mas."

"Selama itu, apa aku pernah mengeluh tidak nyaman?" Tanya Sunghoon mengusap-usap bibir itu dengan ibu jarinya, Jake pun menggeleng pelan, karena memang Sunghoon tidak pernah mengeluhkan apapun kepadanya.

"Kau tahu aku sampai berbuat seperti itu karena aku merasakan kenyamanan, dan yang membuatku nyaman adalah kau. Hanya untuk saat ini yang ku pikirkan bukan itu, melainkan keselamatan mu." Ucap Sunghoon lembut, pria itu masih menatap istrinya dengan lembut.

"Aku masih trauma dengan para warga di sana, yang membuat istriku tersiksa," lanjutnya.

"Tapi bi Yanti, Sandra dan bang Fatur kan sudah masuk penjara," ujar Jake polos.

"Aku tidak mau kau merasa tidak nyaman di sana sayang, aku ingin kau hidup bahagia. Tidak sengsara seperti sebelumnya."

Jake tersenyum, ia mengusap lembut pipi suaminya, "memangnya selama ini mas Varo tahu aku sengsara?"

Sunghoon turut tersenyum, "menurutmu? Kau pikir suamimu ini tidak pernah memantau mu apa, walaupun dari jauh?"

"Dengarkan aku sayang, aku berjanji akan terus menjaga mu. Aku akan tetap ada untukmu, karena apa? Karena, aku akan merasa sangat bersalah jika sampai aku tidak bisa melindungi mu lagi. Makanya untuk saat ini, aku akan tetap berusaha berdiri di depanmu, sebagai benteng mu. Karena aku tidak ingin orang lain menyentuh mu untuk melukai, termaksud ayahku sendiri."

"Aku percaya padamu," Jake segera melingkari leher sang suami, lalu mengecup bibir tersebut. "Aku mencintaimu mas Varo, terimakasih untuk cinta tulusmu." Ucapnya dengan haru, Sunghoon tersenyum, ia pun menurunkan sebuah kecupan manis pada bibir itu.

.....

Langit yang masih temaram, namun sudah mulai riuh di rumah belakang, dimana para pelayan sudah mulai sibuk menyiapkan sarapan pagi dan berbenah rumah.

Sementara di kamar Sunghoon, mata Jake mulai mengerjap. AC kamar itu benar-benar membuatnya menggigil, mungkin karena ini hari pertamanya di rumah Sunghoon. Ia belum terbiasa tidur dengan pendingin udara seperti itu, berbeda dengan suaminya.

Unexpected | SungjakeWhere stories live. Discover now