18. bukan janda bodong

738 117 42
                                    

Mentari pagi yang menyembul seperti tengah menyimbolkan suatu undangan keceriaan untuknya, agar mampu menjadikan awalan hari ini menjadi suatu kenikmatan hidup, dalam keluguan dan kesederhanaan.

Setelah berkelana dalam dunia mimpi yang entah apa. Jake baru saja terjaga, dengan kepala yang sedikit berat akibat kurang tidur.

Ia pun segera meraba meja meraih ponselnya, berharap paling tidak ada pesan singkat disana. Namun nyatanya sama sekali tidak ada satu pesan singkat pun yang masuk ke ponselnya.

Hingga sebuah ketukan pintu terdengar. Ia pun terperanjat dan berlari cepat, meraih jubah mandi dan memakainya, karena saat ini pakaian yang dikenakannya adalah sebuah piyama tipis yang menerawang.

Di depan pintu Jake sempatkan menata rambutnya. Semoga mas Varo, semoga mas Varo. Ia tersenyum semangat, hingga ia pun membuka pintu itu dengan senyuman manisnya.

"Selamat pagi, tuan?" Sapa seorang kurir di depan pintu, yang mana seketika meredupkan senyuman Jake.

"I-iya, selamat pagi." Ia kecewa, karena orang yang datang bukan lah, seseorang yang ia harapkan. "Ada apa ya mas?"

"Ini, ada paket. Untuk anda, Tuan Arkana, mohon diterima." Sang kurir meyebutkan nama Jake setelah membaca nama dalam paket.

"Ah, terimakasih mas." Meraih paket yang tidak terlalu besar itu.

"Sama-sama tuan, kalau begitu saya permisi." Ucapnya, pria itu lantas melenggang pergi.

Sementara Jake langsung melangkah masuk, dan kembali menutup pintu.

Kini dia sudah duduk di sofa ruang tamu, dan melihat satu catatan kecil di luar paket. "Untuk kesayanganku?" Gumamnya, Jake tersenyum tipis.

Ia pun membuka paket itu segera. Dan mendapati sebuah telfon genggam model terbaru, sangat cantik dengan warna gold yang elegan, dan pasti harganya bisa mencapai lebih dari puluhan juta. Mata Jake terbelalak, kala melihat ponsel yang menurutnya mahal itu berada di genggamannya.

Namun, sepertinya perhatiannya teralihkan dengan adanya sepucuk surat di dalamnya. Ia pun meletakkan ponsel baru tersebut dan meraih kertas di sana, lalu membacanya dengan perlahan.

Halo canduku, kesayanganku, Arkana. Kamu pasti terkejut ya? Hehehe aku menepati janjiku untuk membelikan mu ponsel baru kan?

Sampai sini Jake sudah menitikkan air matanya, jika saja Sunghoon ada di sini, mungkin ia akan memeluknya sembari mencium pipinya.

"Padahal aku tidak butuh ponsel ini, yang aku butuhkan hanyalah dirimu, mas Varo." Ia mengusap air matanya, lalu melanjutkan untuk membaca surat dari suaminya.

Sebenarnya, aku sudah menyiapkan ini dan akan ku berikan langsung padamu pagi ini. Namun, aku malah justru pergi meninggalkanmu. Sayang, kamu tahu? Saat kamu tengah membaca ini, mungkin saja aku tengah melakukan perjalanan yang jauh.

"Perjalanan jauh? Apa mas Varo pulang kampung? Dia pernah bilang kampung halamannya diluar Jawa." Jake masih saja berfikir positif akan suaminya, kembali ia membaca surat itu.

Ku harap kamu bisa menjaga dirimu baik-baik saat aku tidak ada, dan menjaga hati mu hanya untukku, karena aku akan melakukan hal yang sama. Maaf, aku harus pergi secara mendadak Arkana, walaupun sebetulnya aku tidak mau.

Harapanku, tetaplah menjadi lentera ku di tengah malam yang gelap dengan senyuman mu itu, tetaplah menjadi selimut yang menghangatkan dikala bekunya hatiku.

Percayalah akan satu hal sayangku, semua hanya perkara waktu, yang membuat kita jauh. Namun kamu perlu tau bahwa ada cinta yang akan membawaku kembali kepadamu, ataupun sebaliknya.
Aku mencintaimu Arkana ku, kecupan sayang ku dari jauh untukmu.

Unexpected | SungjakeWhere stories live. Discover now