19. bertemu dengan teman baru

864 123 49
                                    

Di gelapnya langit ibu kota, setelah Jake menutup warungnya. Ia pun memutuskan untuk pergi, walau hanya sekedar jalan-jalan saja. Karena di rumah ia hanya akan semakin merindukan suaminya, karena hadiah-hadiah kecil yang ia lihat di kamarnya, pemberian sang suami yang di titipkan kepada seorang kurir setiap harinya.

Iya, hari ini dia mendapat kiriman bunga untuk yang kesekian kalinya, dengan kata-kata yang indah. Hal itu semakin membuat Jake bingung, sebenarnya suaminya itu siapa? Dan sedang apa dia di sana, hingga selama ini tak kunjung kembali. Padahal waktu terus berjalan hingga Minggu ke dua, tetap saja tidak ada jawaban pasti tentang pertanyaan itu.

Dengan langkah kaki lunglai ia terus berjalan, hingga sampai pada halte busway. Berdiri di dekat pintu menunggu bus tiba. Entah mau kemana dia di waktu yang masih sore ini, yang pasti Jake ingin jalan saja, mengikuti langkahnya.

Hingga bus pun datang, Jake mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam bus yang pintunya sudah terbuka, beberapa orang mendorong bahunya karena ingin masuk lebih dulu, hingga lelaki itu pun tak kebagian tempat duduk.

Jake menghela nafas, ia berdiri di depan pintu yang sudah tertutup. Perlahan ia menyandarkan kepalanya di dinding bus. Melamun sendirian, bahkan riuh suara orang-orang pun seperti tak terdengar baginya.

Sedang apa sih dia? Memangnya dia tak merindukan ku apa? Apa hanya aku yang merasakan ini sendiri? Bergumam dalam hati, yang seperti tengah ada perdebatan di sana. Seperti keyakinan untuk tetap bertahan, atau lebih baik berusaha melupakan.

Sedikit kabur pandangannya, bahkan kini tubuhnya mulai oleng, ia hampir saja jatuh, hingga seseorang yang duduk di dekatnya langsung menahan tubuh Jake.

"Apa anda baik-baik saja?" Tanya lelaki itu.

"Oh, terimakasih, iya saya baik-baik saja." Ia tersenyum dengan bibirnya yang sedikit pucat.

"Kau terlihat pucat, sini biar ku bantu dan duduklah di bangku ku," Jake melihat bangku yang kosong di dekatnya, bangku yang tadi di duduki lelaki itu.

"Tapi, apa anda tidak ingin duduk juga?" Tanya Jake pada lelaki yang sedang mengemut permen lollipop dengan berpenampilan rapi dan terlihat manis, terlebih dengan Snelli putih yang menggantung di lengannya, dan komik yang jika tidak salah berjudul Inuyasha.

"Tidak apa, santai saja," ia tersenyum ramah.

"Terimakasih," ucap Jake lirih sembari menghempas bokongnya di kursi, "maaf, anda dokter ya?"

"Iya, dokter kandungan," jawabnya. Jake pun manggut-manggut.

"Oh, kau mau kemana?"

"Entahlah,"

"Entahlah? Kau pergi tanpa tujuan? Bagaimana sih?"

"Iya, hanya ingin pergi saja membuang jenuh," jawab Jake.

Dia ini seperti sedang ada masalah gumam lelaki itu, "emm, mau ku temani? Kebetulan aku juga sama sedang jenuh,"

Jake menatap ragu.

"Hei.. hei.. jangan melihatku seperti itu, jadi bagaimana? Mau tidak? Ku traktir deh, kita makan Shabu, mau ya?"

"Shabu?"

"Iya, makanan daging rebus kalo ku bilang hahaha di restoran Jepang,"

"Anu, maaf ya. Aku tidak bisa,"

"Kenapa? Kau takut aku akan menculik mu ya?" Tanya lelaki itu.

"Bukan begitu, tapi-"

"Ahh, lihat kita sudah sampai di pemberhentian. Yuk, kita makan malam, ayo lah," Ia menarik tangan Jake, walau Jake sedikit menahan tapi dua akhirnya mengiyakan.

Unexpected | SungjakeWhere stories live. Discover now