29. usaha mendapatkan restu

1.5K 158 53
                                    

Jake lagi-lagi di panggil oleh sang ayah mertua untuk menemuinya di rooftop. Terlihat pria itu tengah duduk bersandar dengan kaki di luruskan, menikmati mentari pagi di sana.

"Saya datang tuan," membungkuk sopan. Tuan Pandawa pun melempar sesuatu ke arahnya, sebuah gunting kuku yang membuatnya gelagapan menerima itu.

"Kuku di kaki ku mulai panjang, sudikah kau memotong nya?" Tanya tuan Pandawa.

"Tentu.. tentu tuan," Jake bersemangat. Ia pun mendekati kaki sang ayah mertua, lalu meraih salah satunya, meletakkan kaki itu di pangkuannya.

"Kuku anda sangat indah tuan,"

"Tidak usah memuji, kuku ku itu sudah keriput, sama persis seperti kulit ku."

"Tapi sungguh masih bagus dan rapi," ucapnya tersenyum.

"Kubilang jangan memuji. Dan lagi, tidak usah tersenyum di hadapanku, jelek!"

"Ah, iya maaf tuan."

Taakk taakk

"Sudah selesai tuan!"

Tuan Pandawa pun mengulurkan satu tangannya, "Sepertinya tangan ku juga butuh di potong kuku nya."

"Oh, baiklah tuan," Jake berpindah posisi duduknya. Kakek tua itu pun sepertinya menikmati di manjakan oleh menantunya. Terlihat dari senyum samar yang tersungging di bibirnya.

"Hei!"

"Iya tuan?" Mengangkat kepalanya.

"Kau lahir di tanggal dan bulan apa?"

"Tanggal lima belas dan bulan lahir ku November tuan," Tersenyum ceria.

"Ku bilang jangan tersenyum!" Seru tuan Pandawa, dan Jake pun langsung mengulum senyumnya itu.

"Maaf tuan."

"Cih! Sudah cukup, keluarlah. Dan buatkan aku Oliebollen."

Jake mematung, "Oli?" Mencoba mengulangi itu namun lidah kampungnya tidak bisa menyebutkannya.

"Oliebollen! Pasang telinga mu baik-baik makanya."

'hiks, apa lagi sih itu?' ia merengek dalam hati.

"Dengar tidak apa yang ku suruh tadi?" Seru tuan Pandawa. Sementara sekertaris Jovan pun terkekeh tanpa suara seraya menutup mulutnya.

"I-iya, dengar tuan," ia menangis dalam hati karena tidak hanya susah menyebutkan namanya, namun ia juga tidak tahu makanan aneh apa lagi itu.

"Kenapa diam? Sana masuk dan buatkan itu untukku, cepat!" Jake beranjak cepat, dan baru beberapa langkah sang ayah mertua sudah berseru lagi.

"Harus enak ya? Jika tidak, kau tahu sendiri kan apa yang akan ku lakukan padamu!"

Jake sempatkan memutar tubuhnya hanya untuk mengangguk lalu berlari kecil keluar. Tuan Pandawa pun menoleh memastikan lelaki itu sudah masuk, lalu tergelak setelahnya.

"Jovan!"

"Iya tuan?"

"Kau harus punya menantu, agar kau tahu rasanya mengerjai menantu mu sendiri, hahaha." Tergelak lagi, sekertaris Jovan pun menutup mulutnya turut terkekeh. "Haaah, makanan sulit apa lagi ya untuk tugasnya besok?"

Benar-benar seperti anak kecil yang tengah mengerjai baby sister nya, tuan Pandawa itu. Sehingga membuat sekertaris Jovan geleng-geleng kepala. Usia tuan besar memang tak jauh berbeda dengan beliau, namun sepertinya tuan besar lebih cepat kembali ke pemikiran anak-anak ketimbang dia.

Sementara di dapur Jake kembali sibuk membuat makanan yang diinginkan oleh ayah mertuanya itu, dengan dibantu pak Edy pastinya, karena hanya pak Edy yang bisa membuat makanan khas negara kincir angin itu.

Unexpected | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang