34. serabi kuah kinca

797 114 8
                                    

Esok paginya.

Sunghoon dan Jake sudah siap dengan sepeda yang akan membawanya jalan-jalan.

Entah keinginan sang bayi, atau memang calon ibu muda itu yang menginginkannya mengendarai sepeda sembari keliling komplek. Terlihat jelas, betapa bahagianya lelaki itu, seraya memeluk lingkar pinggang suaminya dari belakang.

Setelah berhasil membujuk suaminya yang sempat menolak juga dan akhirnya, dia pun mau menuruti keinginan Jake, yang di akuinya sebagai bawaan bayi.

Ya, itu alasan paling ampuh bagi sebagian ibu hamil yang ingin dimanja. Walau fakta medis menyatakan, ngidam aneh-aneh yang apabila tidak dituruti maka akan membuat sang anak ileran itu adalah mitos.

Sunghoon masih bergeming di atas sepedanya. Ia belum juga mengayuh pedal yang menjadi pijakannya saat ini.

Omong-omong, ia memang sudah lama tidak pernah bermain sepeda lagi semenjak menginjak usia remaja. Itulah alasan keraguannya di awal. Hingga sebuah helaan nafas terdengar, setelah debat panjang dalam kepalanya.

"Okay!" Pelan-pelan kakinya mulai mengayuh. Terlihat sangat kaku dan hati-hati apalagi sembari memboncengkan sang istri yang tengah hamil, agak sedikit membuatnya lebih was-was.

"Mas, kita naik sepeda sampai depan komplek 'ya? Habis itu jajan serabi kuah kinca." Pinta Jake.

"Hah, serabi apa?"

"Serabi kuah kinca, cinta.." Jake mengulangi.

"Mana ada serabi di depan komplek ini? Ada-ada saja. Lagi pula komplek ini sangat panjang sayang. Aku tidak yakin akan sanggup sampai ke depan." Sunghoon sudah mulai kelelahan, padahal jarak mereka belumlah terlalu jauh. "Kita naik mobil saja, bagaimana?" Usulnya kemudian.

"Aku tidak mau! Pokoknya, aku mau mas Varo mencarikan ku serabi itu dengan sepeda ini, dan aku harus ikut. Kau tahu aku tengah ngidam 'kan, mas?"

Sunghoon mendesah lelah, "ini sebenarnya anak kita apa ibunya yang sedang mengerjai ku, sih?" Ngos-ngosan dengan kaki yang masih terus mengayuh.

Jake pun terkekeh tanpa suara, tangan kanannya menutup mulutnya.

"Ayo semangat suami ku! Kau pasti bisa!"

"Haaah... Enaknya, yang hanya menyemangati dan duduk di belakang. Ckckck, lihat saja akan ku cium sampai habis nanti!" Gerutunya kesal, Jake pun kembali cekikikan tanpa suara.

Memang, mereka berdua bersepeda. Namun di belakang ada sebuah mobil mewah nampak berjalan lambat, mengikuti. Ya, hanya untuk berjaga-jaga saja. Khawatir jika terjadi sesuatu, maka akan cepat penanganannya.

Sudah separuh jalan dari tempat tinggalnya, sampai ke depan komplek. Sunghoon masih terus membawa sang istri dengan sepedanya itu. Keringat di kening pun sudah menetes beberapa kali, yang sesekali di seka menggunakan handuk kecil oleh sang istri.

"Sayang, sungguh aku lelah sekali."

"Semangat cinta, sebentar lagi kok." Yang di belakang masih terus menyemangati.

"Andai ada William, kau pasti sudah di marahi. Gara-gara menyuruhku mengayuh sepada sampai sejauh ini."

Dasar, bos kesayangan sekertaris William. Ancaman mu selalu sama saja, sekaranglah saatnya aku memanfaatkan situasi hehehe.

"Sayang, kan itu sebabnya juga aku berani. Karena tidak ada sekertaris William, makanya aku mau kau naik sepeda. Biar sehat sayang.."

"Pintar sekali 'ya mencari alasan." Masih terus mengayuh, walaupun gerakannya semakin melambat. Hingga akhirnya mereka berhasil sampai keluar komplek.

Unexpected | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang