"𝐎𝐮𝐫 𝐠𝐫𝐞𝐚𝐭 𝐦𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐝𝐨𝐞𝐬 𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐚𝐤𝐞 𝐬𝐢𝐝𝐞𝐬, 𝐬𝐡𝐞 𝐩𝐫𝐨𝐭𝐞𝐜𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐧𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐥𝐢𝐟𝐞."
Tärä, gadis biasa yang terbawa arus ketertarikannya hingga membuatnya bangun di tempat aneh nan indah yang disebut, "...
Bangsa air yang tinggal di sebuah kepulauan, pagi ini orang-orangnya dikejutkan dengan sosok gadis yang tiba-tiba saja muncul.
Kepala suku, Tonowari, juga sama terkejutnya dengan penemuan ini. Begitu juga dengan istrinya, Ronal.
"Dia seorang Metkayina." Ucap Ronal, dia langsung mengenali corak khas Na'vi perenang yang tampak di tubuh Tärä.
"Tapi jarinya aneh. Kenapa ada lima?" Tanyanya lagi sambil mengecek tangan Tärä. "Kau memiliki darah iblis?" Tanyanya curiga pada Tärä.
Tärä tidak menjawab. Baru kali ini dia mendengar berjari lima artinya berdarah iblis.
'Yang aneh itu kalian. Kenapa jari kalian kurang satu?' pikir Tärä melihat jari para Na'vi yang memang pada dasarnya hanya empat.
"Siapa namamu?" Tanya Ronal,
"Aku Tärä."
"Darimana asalmu?"
"Tidak tahu." 'Ya iyalah anjir, masa gue bilang kalo asal gue itu dari masa depan.'
"Bagaimana caranya kau bisa sampai ke sini?"
"Tidak tahu." 'GUE TERJUN DARI LANGIT ANJIR'
Tonowari memandang Tärä sebentar, kemudian berpaling dan menatap istrinya, tampaknya mereka bercakap-cakap dengan batin.
'Dia meminta uturu.' batin Ronal kepada suaminya, 'kita terima?'
'Tidak mungkin kita tolak.' jawab Tonowari tegas, 'Dia seorang Metkayina.'
Ronal memandang tajam kepada Tärä, kemudian menghela nafas. "Baiklah."
Tonowari tersenyum, kemudian menghadap kearah orang-orang.
"Gadis ini akan tinggal bersama kita!" Serunya, "Ajari dia tentang cara hidup kita. Anggaplah dia sebagai saudari kita sendiri. Karena dia seorang Metkayina, tulen.." ucapnya sedikit berbisik di akhir.
"Ini putriku, Tsireya. Dia sebaya denganmu. Bertemanlah baik-baik dengannya." Ucap Ronal, dari belakang tubuhnya, muncul gadis kecil yang tersenyum malu-malu.
"Namamu Tärä, kan? Kau bisa memanggilku Reya. Itu nama kecilku." Balas Tsireya ramah. Dia mengantar Tärä ke salah satu maruis, rumah khas suku Metkayina.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka menjadi dekat. Tsireya yang anggun dan Tärä yang manis.
Mereka sering bermain bersama. Bedanya, Tsireya senang memainkan permainan yang tenang. Sedangkan Tärä lebih senang permainan laki-laki. Perang-perangan, contohnya.
Selain itu, Tärä juga berkenalan dengan anak-anak lain dari suku Metkayina.
Namanya Ao'nung.
Dan juga Rotxo.
Dua-duanya sama-sama nyebelin.
Tärä selalu kesal saat dua laki-laki bermuka ikan itu mengganggu waktu bermainnya dengan Tsireya.
Tapi Tärä juga senang bermain dengan mereka, karena mereka sangat jago dalam kejar-kejaran dan perang-perangan.
Kadang Tärä suka berpikir, kenapa kelakuannya begitu kekanakan di tubuh Avatar ini?
...
"Ini namanya Ilu,"
Tärä memperhatikan mahluk perenang yang memiliki empat sirip itu. Saat ini salah satu pemuda dari suku Metkayina sedang mengajari caranya mengendarai ilu.
Dibantu oleh Ao'nung, Tärä naik ke punggung reptil itu. Kemudian mengusap-usap tengkuknya.
"Saat berenang dibawah air, pastikan ambil posisi yang tepat." Ucap Ao'nung, kemudian menunjuk kearah leher ilu. "Pegang disini supaya tidak jatuh nanti."
"Oke, mengerti." Balas Tärä mantap
Tärä mengambil kepangan rambutnya yang paling panjang, kemudian menghubungkannya pada ilu itu.
"Berenanglah bersamaku, mahluk manis." Bisik Tärä. Kemudian menarik nafas, dan memacu ilu-nya untuk berenang.