Sesi latihan berlanjut

876 149 15
                                    

"Aku sudah suka dia!"

Tuk mengelus-elus lembut ilu yang diberikan Tärä padanya. Tampaknya reptil itu juga menyukai kehadiran Tuk. Dia mengeluarkan suara memangus yang lembut.

"Kau mau coba memberinya makanan?" Tawar Tärä, dalam hati, dia masih kepikiran mengenai Neteyam yang ditinggalkannya.

'SEBENARNYA AKU GAK TEGA NINGGALIN NETEYAM!' Batin Tärä menangis dalam batin.

"Ilu itu mahluk yang manis sekali, ya, Tärä?" Ucap Tuk membuyarkan lamunan Tärä. "Lihat, betapa lucunya mereka saat makan!" Lanjutnya,

"Mereka memang manis," kata Tärä tersenyum mengamati Tuk. "Kau suka yang manis-manis, Tuk?"

"Iya! Apalagi permen! Dulu, ibu pernah membuatkanku permen dari madu yang sudah dibekukan." Jelas Tuk.

"Makanan manis memang enak." 'Tapi sayangnya terlalu banyak makanan manis bisa berbahaya bagi kesehatan.' lanjut Tärä

Tanpa sengaja, mata Tärä menangkap sosok Neteyam yang sedang memberi makan ikran-nya.

'Dia juga manis. Mungkin lebih manis dari permen.' batin Tärä diam-diam tersenyum saat menatap Neteyam.

"Tärä, Tärä," Tuk menarik-narik tangan kiri Tärä, "Aku ingin menungganginya! Ajari aku, please?" Pinta Tuk.

Tärä mengalihkan pandangannya dari Neteyam, lalu tersenyum pada Tuk.

"Kau baru boleh menunggang ilu sekitar 1-2 tahun lagi. Kalau sekarang, kau masih terlalu kecil. Tenagamu lemah." Ucap Tärä sambil mengelus pucuk kepala Tuk.

Tuk merasa tidak senang, tapi dia  tidak marah. Tampaknya dia anak yang pengertian.

"Aku akan bermain dengan ibuku saja." Ucapnya sambil berjalan pergi.

'Aduh, kasihan.' batin Tärä, 'Dia merajuk.'

Setelah Tuk pergi, Tärä kembali memperhatikan Neteyam. Pemuda itu berdiri sendiri bersama ikran-nya diatas bukit kecil di dekat desa.

Tärä berjalan mendekatinya, tampaknya Neteyam tidak sadar akan kehadiran Tärä.

Tärä berjalan semakin mendekat, sampai benar-benar dibelakang punggung Neteyam. Namun pemuda itu tetap tidak sadar, sedangkan Tärä asyik memperhatikan bagaimana cara Neteyam menyuapi Ikran itu.

"Jadi itu yang namanya Ikran?" Ucap Tärä tiba-tiba, yang langsung membuat Neteyam meloncat kaget.

"Siapa— Oh... Tärä?"

Tärä memberikan senyum manis, lalu berjalan mendekati reptil terbang itu.

"Hati-hati. Dia bisa menggigit." Ucap Neteyam dan menahan Tärä supaya tidak berdiri terlalu dekat dengan Ikran miliknya.

"Dia kelihatannya baik, Neteyam."

"Iya. Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa Ikran ini bisa membunuhmu dalam satu kali gigit."

"Aku tidak akan digigit, Neteyam."

"Dia mahluk buas. Dan juga ganas."

"Neteyam, dia jadi sedih karena kau bicara seperti itu."

"Jangan bodoh. Dia tidak paham bahasa kita."

Tärä memutar bola matanya malas, tiba-tiba dia mengelus kepala Ikran itu—sebelum Neteyam sempat menghentikannya.

"Jangan lakukan!" Seru Neteyam langsung menarik tangan Tärä menjauh.

"Kenapa?"

"Nanti kau digigit. Aku tidak mau kau terluka."

TÄRÄ. AVATAR 2: THE WAY OF WATER Where stories live. Discover now