"My sister and her baby have been murdered by the sky people!"
Satu perkataan itu cukup untuk membuat para warga yang berkumpul di tempat itu menjadi terkejut dan ricuh.
"This war has come to us! Kita sudah tahu mengenai perburuan terhadap para tulkun. But it was over the horizon, far away! AND NOW, IT'S HERE!!" Timpal Tonowari dengan lantang.
Pernyataan itu pun langsung membuat para warga geram. Melihat itu, Jake Sully dengan cepat langsung maju kedepan. Berniat untuk menghentikan kericuhan ini.
"Kalian tidak mengerti bagaimana cara manusia langit berpikir!" Ucap Jake maju.
"They don't care about The Great Ballance!!" Lanjut Jake mencoba menenangkan warga.
Tapi hal itu malah membuat para warga makin terbakar amarah. Sehingga situasinya semakin runyam.
"No, listen to him!" Ucap Neteyam ikut membela ayahnya.
"Manusia langit tidak akan berhenti. Ini baru permulaan!" Jelas Jake, "You gotta tell your tulkun to go away! You gotta tell them to go far away!!"
"Leave!?" Pekik Ronal dengan marah, "You live among us, and you learn nothing!!"
"We will fight to protect our brother and sister!!" Timpal salah satu warga yang langsung disoraki oleh yang lainnya.
"No, no!! Jika kalian menyerang mereka, jika kalian melawan— mereka akan menghancurkan kalian!!" Jelas Jake nyaris putus asa dengan situasi yang makin tak terkendali.
"THEY WILL DESTROY EVERYTHING THAT YOU LOVE!!" Teriak Jake lagi.
Para warga tak peduli dan semakin ribut.
Sementara Tärä, dia tak mengacuhkan situasi yang ricuh itu. Entah apa yang dia pikirkan.
Pandangannya kosong dan tangannya terus bermain dengan pelatuk senapan laras panjang yang dulu dibuatnya.
Dia menatap ke arah laut Selatan sambil terus bergumam sendiri. Sementara situasi disana makin tak terkendali.
"Kalian tak mendengar perkataanku!!" Pekik Jake dengan putus asa.
"Listen, listen to him!!" Teriak Neteyam juga.
Sementara warga seolah tak peduli dengan perkataan Jake dan Neteyam. Mereka malah berteriak-teriak semakin ribut.
"Dengarkan perkataanku!!"
"Hey, listen to—!"
Kebisingan yang memenuhi tempat itu membuat telinga Tärä menjadi sangat terganggu. Warga yang berdesak-desakan dengan saling berteriak, membuat Tärä menjadi tak nyaman.
"Hafyon..." Gumamnya lirih, saat ini dia sedang mencoba mempertahankan akal sehatnya.
Setiap kali dia mengingat sensasi tubuh Hafyon yang sudah mendingin serta mata saudarinya yang sudah memutih, rasanya membuat dirinya begitu marah.
Marah karena dirinya tak bisa menjaga Hafyon. Marah karena tak bisa menyelamatkan nyawa saudarinya. Marah atas kebodohannya sendiri.
CZYTASZ
TÄRÄ. AVATAR 2: THE WAY OF WATER
Fantasy"𝐎𝐮𝐫 𝐠𝐫𝐞𝐚𝐭 𝐦𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐝𝐨𝐞𝐬 𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐚𝐤𝐞 𝐬𝐢𝐝𝐞𝐬, 𝐬𝐡𝐞 𝐩𝐫𝐨𝐭𝐞𝐜𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐧𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐥𝐢𝐟𝐞." Tärä, gadis biasa yang terbawa arus ketertarikannya hingga membuatnya bangun di tempat aneh nan indah yang disebut, "...