Chapter 13

183 40 9
                                    

Hari mulai diselimuti gelap ketika mereka tiba. Saat Hinata terbangun dari tidurnya mobil Sasuke ternyata baru selesai terparkir. Seperti anak ayam yang mengekor pada induknya, Hinata mengikuti Sasuke tepat di belakangnya.

Kala sarapan tadi pagi Sasuke telah bercerita bahwa tempat ini adalah rumah tua yang telah dibelinya setahun yang lalu. Sasuke telah merenovasi rumah ini menjadi tempat peristirahatan pribadinya yang dilengkapi private onsen. Awalnya Sasuke berniat menjadikan rumah ini tempat penginapan ladang bisnisnya, namun melihat pemandangannya yang bagus membuatnya mengurungkan niat.

"Sasuke-sama... Hinata-sama, selamat datang!" Sapa seorang pelayan begitu mereka memasuki ruangan.

Sambil membawa bawaan mereka sang pelayan kemudian mengikuti sampai ke depan kamar. Begitu dibuka ruangan seketika menguarkan aroma lavender yang Hinata sukai, dan hal itu telah juga membawa kenyamanan bagi mereka.

Hinata sejenak meregangkan otot, lalu menatap pemandangan di luar jendela yang memiliki taman yang bagus. Rumah bergaya tradisional ini sungguh membuatnya merindukan periode Edo yang tak pernah dialaminya. Kemudian ia menoleh Sasuke yang langsung membuka laptopnya.

Di lihat dari wajahnya, raut masam itu tampak jelas bahwa ada sesuatu yang mengganggunya. Sampai saat ini Sasuke juga masih tak berbicara padanya. Akan tetapi, Hinata tak mau ambil pusing, dan ia justru mempersiapkan sesuatu sebelum berendam.

Sebelum pergi berendam Hinata membersihkan tubuhnya. Onsen yang kini ia tuju memiliki tempat dengan alam terbuka. Lalu pemandangan alam terbuka itu memiliki kolam kecil dengan suara ketukan bambu yang mengalirkan air itu membawa ketenangan batin. Di tambah beberapa pohon bonsai yang tertata rapi serta pohon bambu kuning yang menjulang.

Setelah memasuki bak kolam, seraya memejamkan mata Hinata mendesah lega, ia sungguh menikmati air hangat yang menyentuh bagian kecil kulit polosnya. Bibir yang senantiasa tersenyum itu kini bermekaran bak bunga di pagi hari. Dalam hati, ia memuji Sasuke yang memiliki selera yang bagus.

Jika surga dunia adalah sebuah ketenangan seperti ini, maka Hinata tak mau keluar daripadanya. Segala masalah hidupnya yang bagaikan benang kusut itu seketika menghilang. Beban di pundaknya pun terasa tidak ada apa-apanya dibandingkan ketenangan ini. Jika Hinata bisa membeli ketenangan ini, maka ia rela menyerahkan seluruh hartanya.

"Ini seperti mimpi," gumam Hinata yang menyandarkan kepalanya pada batu alam itu.

"Sepertinya kau sangat menikmatinya?"

Lagi, ini sudah kedua kalinya Sasuke membuatnya kaget hari ini. Hinata mengintipnya dari balik pundaknya. Jantungnya berdegup sangat kencang saat tahu penampilan pria itu sama polosnya dengannya, kecuali selembar handuk yang menutupi bagian-bagian intim mereka.

"Sa-sasuke-kun, apa yang kau lakukan disini?"

Meskipun berusaha tenang, Hinata yang tahu Sasuke akan mendekatinya menjadi kalang kabut. Sekarang, kaki Sasuke telah turun ke dalam kolam menjadi jawaban atas pertanyaannya.

Seketika Hinata memalingkan wajahnya ke arah lain kala tahu Sasuke akan duduk berendam dekat di sampingnya. Ia memegang dadanya yang bergemuruh. Soal pipi yang merona pun untungnya sudah di tutupi oleh reaksi kulit dari panasnya air onsen.

"Aku tahu kau cukup pintar untuk apa kita ke sini, Hinata?"

"T-tapi, apa kita harus berendam bersama?"

Hinata yang sudah menetralkan detak jantungnya, kini memutar menghadap Sasuke yang telah menutupkan matanya dengan selembar handuk kecil yang basah.

Sasuke mendesah nikmat, "Hhaaa, segarnya~"

Baby BreathWhere stories live. Discover now