Chapter 27

266 38 1
                                    

Awal tahun baru Hinata lewati dengan kesendirian. Para pelayan telah kembali bekerja setelah liburan tahun baru selesai. Dan ia pun menyesali tindakannya yang menghapus pesan Sasuke sebelum membacanya. Sejak saat itu, ponsel Sasuke terlihat tidak aktif.

Menurut kabar dari Suigetsu, beberapa hari ini ternyata Sasuke tengah berada di luar negeri. Seperti biasanya suaminya tersebut suka sekali berjibaku dengan pekerjaannya tanpa melirik hari libur. Jika sudah begitu, pria itu menjadi tidak sensitif. Ia seakan lupa kalau dirinya adalah pria yang menjadi seorang suami.

Hinata mendesah, ia semakin menenggelamkan dirinya ke dalam selimut. Ia tak menyangka rasa rindu lebih berat dari berat badannya. Seandainya saja ia tak menolak ajakan rekan-rekan kerjanya untuk pergi liburan main ski , Hinata tak akan mungkin dimakan hidup-hidup oleh kejenuhan.

Sebelumnya ia tak pernah bosan terhadap musim dingin karena ini musim kesukaannya. Akan tetapi, setelah Sasuke masuk langsung ke dalam hidupnya, kesehariannya berubah total. Ia jadi melakukan banyak hal yang baru. Seperti memasak bersama, mengobrol sampai pagi, menonton drama hingga membantu memasangkan dasi pun ia lakukan.

Dan karena momen-momen kecil itulah, Hinata merasa waktu kecilnya bersama Sasuke sungguh berharga.

Hinata sontak mendesah kesekian kalinya pagi ini. Buku yang di tangannya pun hampir belum terbaca sepatah kata pun. Dalam kerinduan yang teramat sangat, ia lantas berbisik, "Sasuke-kun..."

"Hn."

Tanpa harus menebak pemilik suara dengungan tersebut, Hinata yang menahan kerinduannya sontak terbangun dengan cepat. Maniknya kemudian melihat pintu kamarnya yang terbuka lalu beralih pada Sasuke yang melepaskan mantelnya. Bagaimana bisa pria itu masuk tanpa menimbulkan suara?! Dia bahkan tak mendengar langkah kakinya.

"S-Sasuke-kun!?"

Sasuke tersenyum tipis. Wajah terkejut Hinata terlihat lucu di matanya. Ia lantas beranjak duduk mendekati Hinata. Sambil memegang kotak hadiah, ia mencubit pipi istrinya dengan gemas.

"Aku pulang, Hinata."

.

.

.

Hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan Sabaku Corp. Sesuai permintaan si rambut nyentrik -Gaara- Sasuke membawa Hinata bersamanya. Ia tak tahu apa yang direncanakan pria itu terhadap istrinya, yang pasti gerak-gerik Gaara harus ia awasi saat di pesta. Dan yang paling membuat Sasuke makin waspada adalah ketika istrinya -Hinata- menyadari keberadaan Gaara. Bahkan matanya yang seindah bulan itu tak pernah sedikit pun lepas dari pria itu begitu masuk ruangan.

Mendapati hal demikian, hal yang manusiawi jika muncul api cemburu di dalam hati Sasuke. Ia pun tak henti-hentinya melempar tatapan membunuh pada Gaara yang tampak santai mengobrol dengan para tamu undangannya.

"Sasuke-kun." Panggil lembut istrinya mengalihkan atensinya.

"Hn."

Sejenak Sasuke memusatkan dirinya pada Hinata yang tampil lebih cantik dari biasanya. Ia sudah menebak gaun yang ia beli begitu pas di tubuh Hinata yang mungil. Gaun biru langit yang memiliki lengan panjang yang terbuat dari bahan transparan yang berkelap-kelip seperti bintang serta rok yang mekar bak kelopak bunga mawar yang panjangnya di bawah lutut. Di tambah dandanan yang begitu natural dan tatanan rambut yang di buat keriting bertengger manis di satu bahu.

Sasuke pun menatap bangga, malam ini Hinata menjadi pusat perhatian bak ratu, di sisi lain ia tak menafikkan betapa risihnya ketika para pria hidung belang menatap istrinya begitu intens. Apalagi si bungsu Sabaku itu, ia menyadari pria berambut merah itu diam-diam mencuri pandangan ke arah istrinya.

Baby BreathWhere stories live. Discover now