Chapter 15

150 39 0
                                    

Kesenangan berjalan begitu cepat seperti halnya hari libur yang melesat ke hari sibuk. Belum lagi dengan kepenatan yang mereka rasakan. Saat sepasang suami-istri itu telah sampai pada rumah peristirahatan, langit telah dihiasi warna jingga yang begitu indah. Setelah menikmati udara segar di luar, mereka melepas penatnya dengan berendam di onsen bersama. Perasaan canggung kala pertama kali berendam bersama itu kini tidak ada lagi.

Hinata dan Sasuke lantas memandangi langit di atasnya. Suasana hening itu lalu menghantarkan mereka pada memori akan ketenangan hutan bambu di Arashiyama. Di mana manik mereka seakan ditarik oleh dunia yang tanpa huru-hara.

Di sepanjang jalan hanya warna hijau yang mempesona. Warna yang seolah-olah akan memeluk tubuh mereka yang penuh dengan debu, bagaikan dekapan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Lalu bunyi alam yang ramah di telinga, serta singgungan antara bambu yang tertiup angin itu bak melodi kampung halaman yang dirindukan. Kini masa itu telah berlalu berubah menjadi kenangan. Kenangan yang tentunya akan sukar dilupakan dengan mudah. Sehingga tak ada tahu bahwa hari buruk telah menimpa diri mereka.

"Harusnya kita menunggu saat malam tiba... "

Sasuke menilik kepalanya ke arah kiri, di sana ada Hinata yang duduk dengan jarak sepanjang telunjuk jarinya.

"Aku lihat di tv, pemandangan malam Arashiyama tak kalah bagus."

"Apa kau mau kita ke sana lagi?" ujar Sasuke yang tersenyum simpul.

"Mungkin kapan-kapan juga boleh,"

Kini Hinata memijat pundaknya yang terasa pegal. Sudah lama ia tidak pergi lama dan jauh dari rumah. Terakhir yang dia ingat, ia jalan-jalan ke kebun binatang bersama mendiang Itachi dan Madara empat tahun yang lalu.

"Sini aku pijat." Tawar Sasuke yang beranjak menaikkan kedua tangannya ke atas bahu Hinata.

Spontan Hinata yang cukup terkejut akan kontak fisik pun itu lantas memunggungi Sasuke. Walaupun kulit mereka bersentuhan langsung tetapi Hinata malah memberikan akses posisi yang nyaman kala Sasuke memijitnya. Belum lagi tekanan jari pria itu pada pundaknya membuat bulu kuduknya berdiri. Serta sengatan yang mengalir pada kulit jari Sasuke dan kulit punggungnya membawa kekakuan akan kontak fisik mereka.

"Apa ini?" tanya Hinata yang menutupi kegugupannya.

"Tentu saja ini layanan spesial."

Meskipun mereka pernah pegangan tangan hingga berciuman, rasanya tak sama kala kulit Sasuke menyentuh area yang belum pernah ia sentuh dari Hinata. Di tambah istrinya malah menampilkan kulit punggungnya yang putih nan mulus, lalu panjang lehernya yang tengah meringkuk itu bak angsa betina yang kesepian. Seakan semua itu pemandangan indah itu sedang menantang Sasuke dalam ujian kesabarannya.

"Ya, hampir di bagian itu..." Hinata mencoba menuntun Sasuke, jari-jarinya sontak bergerak menyentuh jari milik Sasuke.

"Agak ke kiri sedikit."

"Bagian ini."

Saat bagian yang pegal itu tersentuh oleh pijatan Sasuke, itu adalah area bahu yang mendekat pada leher, dan Hinata menyambut kenikmatan itu dengan meringis pelan.

"Ya, ya itu Sasuke-kun!"

Awalnya memang canggung karena Sasuke tak pernah melakukan ini sebelumnya padanya. Akan tetapi, lama-lama Hinata menikmati pijatan yang diberikan oleh pria itu. Layaknya orang yang profesional, pijatan Sasuke bisa dibilang sangat pas. Wajar kalau mendiang kakek Madara selalu memujinya, karena Sasuke seorang jenius yang bertalenta.

"Sepertinya kau harus pergi ke home massage, Hinata."

Hinata hanya bisa bergumam, pikirannya kabur oleh kenikmatan pijatan Sasuke. Sedangkan mendengar hal itu Sasuke hanya bisa tersenyum tipis.

Baby BreathWhere stories live. Discover now