Transmigrasi?!

39.3K 3.6K 94
                                    

Renata membuka matanya secara perlahan-lahan saat terbangun dari pingsannya. Ia menyipitkan matanya karena merasa pusing dan penglihatannya masih kabur saat melihat objek yang ada didepannya.

"Sshhh.." Ringis Renata.

Memejamkan matanya kembali, Renata menghembuskan nafasnya untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya. Lalu, ia mulai membuka matanya kembali dan mencoba untuk duduk diatas ranjang brankar.

"Nay." Panggil Renata lemah.

Tidak mendapatkan sahutan, Renata memandang sekitar. Ia mengernyitkan keningnya karena merasa tak asing dengan ruangan ini.

"Ini?" Gumam Renata.

Melihat kearah pakaiannya, Renata membulatkan matanya. Ia menyibak selimut yang menutupi kakinya dengan mulut yang menganga lebar.

"Anj- apaan nih?!" Teriak Renata.

Panik, Renata langsung melompat dari atas brankar dan berlari ke depan cermin yang ada didekat pintu. Ia menahan nafasnya karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya dicermin itu.

"Apa-apaan?! Kenapa gue pake seragam sekolah?! Perasaan gue mainnya ke tempat ajep-ajep, trus nyungsep ke got pas pulang! Lah, trus kenapa gue nyasar ke sekolah gue dulu?!" Teriak Renata panik.

Memegang wajahnya, Renata meringis karena ia memakai bedak yang sangat tebal. Ia juga melihat rambutnya yang terang benderang seperti teriknya matahari.

"Ini.. gak mungkin gue bertransportasi kan? Yang kayak di film-film itu?" Gumam Renata.

Melihat kembali ke cermin, Renata tersenyum seperti orang bodoh dan dalam sekejap langsung merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Ya kali gue balik lagi jadi anak kemaren sore?! Gue kan udah tuwir! Mana baliknya ke zaman perang lagi! Huaaa!!!" Racau Renata.

"Kamu udah sadar, Renata?"

Renata berhenti merengek saat mendengar perkataan itu. Ia melihat Dokter yang menjaga UKS masuk kedalam ruangan dan duduk di kursinya.

"Menurut, Dokter?! Saya udah bangun atau masih cosplay jadi mayat?!" Kesal Renata.

Mendengar kata saya dari mulut Renata, Dokter itu langsung berdiri. Ia mendekati gadis itu dan memegang keningnya karena merasa terkejut.

"Dokter ngapain sih?!" Kesal Renata.

"Ini.. kamu kan? Kamu Renata kan?" Tanya Dokter itu tak percaya.

"Bukan! Saya Rosalinda!"

"Wow!"

"Ck! Dokter Olaf, stres ya?"

"Hah? Olaf? Nama saya Elsa, Renata."

Mendengar itu, Renata menepuk keningnya. Ia lupa jika dirinya kembali ke masa lalu dan tentunya film yang ia sebutkan itu belum di tanyangkan.

"Btw, Dokter. Saya kenapa bisa ada disini?" Tanya Renata mengalihkan obrolan.

"Kamu tadi pingsan. Dibawa sama teman sekelas kamu." Jawab Elsa.

"Teman sekelas? Siapa?"

"Kalo gak salah, namanya.. Na, na.."

"Nayla?"

"Ah, iya! Nayla!"

Renata tersenyum. Matanya berkaca-kaca karena mengingat sahabatnya itu. Dulu, ia dan Nayla tidak pernah bertegur sapa. Bahkan, dirinya pernah membenci gadis itu karena merasa iri.

Hingga suatu kejadian, ia dan Nayla menjadi dekat karena terjebak didalam kelas yang terkunci. Dari kejadian itu, dirinya menjadi bersahabat baik dengan Nayla sampai sekarang dan tidak pernah ribut sedikitpun.

"Saya pingsan karna apa, Dokter?" Tanya Renata kembali.

"Tadi kamu berantem. Trus, kamu didorong sampe masuk kedalam tong sampah yang ada didepan kelas." Jawab Elsa.

"Masuk kedalam tong sampah Maksudnya?"

"Kamu nyungsep. Kepala kamu masuk kedalam tong sampah dan pingsan."

Merasa takjub, Renata tertawa sambil bertepuk tangan. Ia merutuki alasannya pingsan dan dilarikan ke UKS.

"Apes banget nasib gue! Dimasa depan gue pingsan karna nyungsep masuk kedalam got! Lah dimasa ini, gue pingsan karna nyungsep masuk kedalam tong sampah!" Batin Renata.

Melihat jam di dinding, Renata langsung berdiri. Ia merapikan seragamnya dan berpamitan untuk pulang. Karena hari sudah sore, dirinya mengambil tas didalam kelas. Lalu, ia memilih pulang dengan taksi kerumahnya.

Sesampainya dirumah, Renata berdiri kaku didepan pintu. Matanya berkaca-kaca saat melihat sosok laki-laki yang baru saja duduk di sofa ruang tamu sambil membaca koran.

"P-papa.." Gumam Renata.

Berjalan perlahan kearah laki-laki itu, Renata langsung memeluknya dengan erat. Ia menangis tersedu-sedu dan membuat Papa nya terkejut.

"Rena, kamu kenapa?" Tanya Papa Renata.

"P-pa- hiks.." Ucap Renata terisak.

"Pa- loh? Rena kenapa, Pa?" Tanya Mama Renata yang baru datang.

"Gak tau, Ma. Tiba-tiba Rena datang dan nangis gini."

Renata melepaskan pelukannya. Ia memperhatikan kedua orang tuanya secara bergantian dan menghapus air matanya.

"Papa Tio dan Mama Gina." Ucap Renata.

Tio dan Gina memandang bingung Renata. Mereka berdua merasa aneh dengan putri semata wayangnya dan memilih diam memperhatikan saja.

"Rena janji. Rena akan jadi anak yang baik dan berbakti sama Papa dan Mama." Ucap Renata.

Setelah mengatakan itu, Renata menatap Tio. Ia menyalami tangan laki-laki itu dan memeluknya kembali.

"Rena gak akan marah dan benci sama Papa lagi. Rena gak akan egois karna Papa sibuk kerja." Sambungnya.

Mendengar itu, Tio mengusap puncak kepala Renata. Ia tersenyum dan mencium kepala anaknya dengan sayang.

"Kalo gitu, Rena masuk kedalam kamar dulu ya. Rena mau mandi, trus ganti baju."

Tio dan Gina menganggukkan kepalanya. Mereka masih tidak percaya dengan perubahan sikap Renata yang mendadak dan bersikap dewasa seperti ini.

"Dia kenapa ya, Ma?" Tanya Tio.

"Gak tau, Pa. Tapi, mudah-mudahan dia bisa bersikap seperti ini terus." Jawab Gina.

Sementara didalam kamar, Renata mengeluarkan ponselnya setelah menutup pintu. Ia membolak-balikkan ponsel itu sambil berjalan ke meja belajarnya.

"Gila, gue masih gak percaya. Gue kembali ke empat belas tahun yang lalu. Dimana telponan masih pake gratisan nelpon sesama, SMS, dan ngirim foto pake MMS." Ucap Renata.

Melihat kalender, Renata berdecak. Ia sangat malas kembali ke masa putih abu-abu nya. Tetapi.. disatu sisi, ia sangat bersyukur karena bisa bertemu kembali dengan Tio.

"Gimana cara gue memulai hari besok? Males banget gue!" Keluh Renata.

Membuka laci meja belajarnya. Ia mengambil sebuah foto dari dalam sana dan merobeknya tanpa berpikir panjang. Lalu, ia membuang foto itu kedalam tong sampah yang ada disebelahnya.

"Najis banget gue! Cuih! Mendingan cari sugar daddy!" Ucap Renata berapi-api.

Setelah mengatakan itu, Renata berjalan memasuki kamar mandi. Ia lebih baik membersihkan tubuhnya dan menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya dimasa ini. Karena, dulu ia tidak pernah mau berdekatan dengan Tio dan Gina. Maka, inilah kesempatannya untuk melakukan itu semua tanpa perduli dengan hal apa yang akan terjadi besok dan seterusnya dikehidupan barunya.

17 Januari 2023

[TERBIT] The Past (Transmigrasi Ke Masa Lalu)Where stories live. Discover now