HMB 27

30.8K 2.9K 279
                                    

Jaemin menggeliat dari tidur lelapnya, matanya perlahan terbuka, menatap langit kamar yang samar akan cahaya. Dia alihkan pandangannya ke arah jam dinding di atas nakas.

Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi tapi entah mengapa perutnya merasa lapar. Dia bawa tubuhnya untuk duduk di ranjang seraya mengusapi perutnya. Dia lihat Jeno masih mendengkur menyelami mimpinya.

Beberapa detik termenung, Jaemin putuskan beranjak dari ranjang secara perlahan, tak ingin menimbulkan kebisingan yang membuat Jeno bangun. Dia keluar dari kamar menuju dapur dan melihat apa yang bisa dia makan.

Tapi yang keluar dari bibirnya hanya decakan halus karena hanya menemukan mi, telur dan rumput laut instan. Ada beberapa sayuran dan bahan makanan mentah. Jaemin terlalu malas untuk memasak tapi dia sangat lapar.

Merasa tak tertarik dan tak berselera, dia naik lagi ke lantai atas.

“Ish, menyusahkan saja. Minta makan dini hari” Omel Jaemin seraya menapaki anak tangga.

Saat membuka kembali pintu kamar, dia lihat Jeno asik bergelung di balik selimut. Dia embuskan nafas lalu dengan malas menghampiri Jeno.

“Jeno” Panggil Jaemin seraya mengguncang pundak kekasihnya.

“Jeno” Panggil Jaemin kali ini dengan nada lebih tinggi karena Jeno tak juga bangun.

Merasa suara sang kekasih menusuk indra pendengarannya dan mengganggu mimpi indahnya membuat Jeno perlahan menggeliat dan terbangun.

“Uhm, Jaemin. Kenapa?” Tanya Jeno, suaranya parau karena belum sepenuhnya sadar.

“Aku lapar” Rengeknya.

Jeno tersentak mendengar rengekan Jaemin, akhirnya dia dudukkan tubuhnya dan menatap Jaemin yang berdiri di tepi ranjang.

“Aku lapar, Jeno” Omel Jaemin.

“Apa tidak ada makanan di dapur?” Tanya Jeno.

“Tidak mau. Aku mau makanan lain”

“Mau makan apa Jaemin? Ini jam... Dua?” Jeno bertanya-tanya seraya melirik jam di atas nakas dan terkejut karena Jaemin merengek lapar di waktu dini hari.

“Ayo keluar dari cari makanan. Ada food streetkan?” Tanya Jaemin.

“Tapi itu jauh Jaemin”

“Ayolah, ini anakmu yang meminta!”

Jeno menghela nafas mendengar penuturan Jaemin.

“Baiklah. Ayo” Ajaknya seraya menyibak selimut yang membalut tubuhnya dan beranjak.

Ia putuskan mencuci wajahnya lebih dulu agar lebih segar, begitu pula Jaemin. Setelah bersiap, keduanya turun untuk menuju gedung parkir lalu melaju dengan mobil Jeno mencari spot jajanan.

Sepanjang perjalanan, Jaemin hanya diam. Satu tangannya bertumpu pada pintu mobil dan menyangga dagunya. Jeno sempat menoleh dan tersenyum melihat wajah bosan itu. Tangannya kemudian terulur menyentuh perut Jaemin dan mengusapnya membuat Jaemin tersentak.

“Aigo, anak Daddy sedang lapar. Kau sampai membuat Papamu sebal” Kekeh Jeno.

“Anak Daddy yang baik. Jangan membuat Papamu kesal ya?” Ucap Jeno.

Dia tersenyum selama bicara pada buah hatinya di dalam perut Jaemin, meski sesekali dia masih melirik jalanan. Sikap Jeno ini membuat Jaemin tersentuh.

Dia benci mengatakan bahwa ada getaran di hatinya merasakan kehangatan sikap Jeno. Seolah dia suka akan perhatian itu.

“Apa sih” Gerutu Jaemin sebal. Dia kembali menyangga dagunya dan menatap keluar.

My Hot Married Boss [NOMIN]✓Where stories live. Discover now