1. Mascha

3.6K 166 27
                                    


Nama lelaki itu Mascha. Bukan penduduk Bumi. Tempat asalnya bernama Surgaloka. Namun sejak 1942, dia sudah turun ke permukaan untuk menyelesaikan sebuah misi. Tugasnya selesai pada 1945 tetapi Mascha tetap berada di permukaan untuk membersihkan residu dari misi yang diselesaikannya. Sama seperti seseorang memasak di dapur, setelah makanan tersaji, dia masih harus membersihkan bahan yang tak terpakai, sisa air rebusan, atau minyak bekas menggoreng. Pada 1950, misi pembersihannya selesai tetapi sebuah pesan muncul.

Mascha tak bisa pulang.

Mascha dan kesebelas saudaranya harus tetap berada di lokasi misi hingga Surgaloka memanggilnya kembali. Tak ada penjelasan apa pun kecuali perintah untuk menjauhi pantangan. Tata cara tinggal di Bumi juga dia dapatkan dan jalankan sepanjang 70 tahun terakhir dengan lancar.

Tanpa kekacauan.

Itulah alasannya tangan Mascha bergetar saat melihat huruf-huruf di selebaran sedot WC itu bergerak membentuk pesan. Secara harfiah, ini kontak pertama yang Mascha dapatkan dari atas sana setelah pesan larangan pulang. Kata EMERGENCY hanya memperparah kepanikan Mascha.

"Lur, lagi di mana?" sapa Victor di telepon.

"OTW balik. Kenapa?"

"Dari?"

"Starbucks."

"Yang Braga, kan?"

"Asia Afrika."

"Halah, sama, deket. Gini, Lur .... Ada yang mau 'pengobatan' sama manéh."

"Enggak bisa," jawab Mascha tegas.

"Ganteng pisan, Lur."

"Enggak."

"Straight tulen!"

"Enggak."

"Muscle. Rajin nge-gym."

"Enggak."

"Ketekna seksi."

"Enggak."

"Eh? Tumben manéh banyak bilang enggaknya, Lur? Serius ini butuh bantuan manéh."

"Aku lagi enggak bisa ngasih pengobatan dalam waktu dekat. Apalagi malam ini."

"Bentar ," bujuk Victor memelas. "Aing udah depan apartemen manéh."

Mascha berhenti berjalan. "Fuck," gumamnya pelan. Dia menatap layar ponselnya, menatap nama Victor di situ, dan mencari cara menolak permintaan ini. "Aku ... aku lagi enggak bisa, Victor. Aku mau ada meeting entar malam. Terus aku mau nyiapin materinya," bual Mascha sambil kembali berjalan.

"Dia berani bayar duit juga," tambah Victor. "Tiga digit. Aing dapat 1%-na gapapa, Lur. Manéh ambil 90%-na. Please. Aing pengin beli sepatu Adidas yang baru."

"Apa penyakitnya?"

Victor bicara dengan suara pelan, seperti berbisik. "AIDS." Jeda sejenak. Victor bicara dengan suara pelan lagi, "Orangnya mau kawin dan enggak pengin ketahuan positif HIV. Kemaren tes VCT hasilnya positif, CD4 rendah."

Mascha melihat jam di layar ponselnya. Pukul 18.23. Untuk mengobati penyakit itu butuh terapi yang lebih intens, karena yang dilawannya adalah virus. Setidaknya butuh dua jam kalau mau hasil maksimal. Padahal, pukul sepuluh nanti, Mascha sudah harus bersiap meeting bersama saudara-saudaranya. Kalau situasi EMERGENCY itu serius, sejujurnya, Mascha tak ingin melakukan pengobatan apa pun karena setiap aktivitasnya bisa meningkatkan risiko.

Maschalagnia (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang