15. Kanjeng

868 139 112
                                    


Pada abad keenam sebelum masehi, sebuah metode eksekusi yang brutal dan memalukan digunakan secara sistematis oleh bangsa Persia. Metode itu diperkenalkan oleh Bangsa Asiria dan Babilonia, untuk menghukum mati para kriminal dengan cara paling keji, yaitu membuat korbannya tersiksa dan merasakan kematian perlahan-lahan. Aleksander Agung membawa metode eksekusi itu ke Mediterania Timur untuk digunakan secara luas di Roma.

Tiga puluh tahun sejak masehi dimulai, seorang figur yang ketersohorannya abadi dieksekusi dengan cara yang sama. Beliau menjadi simbol cinta kasih dan penghapusan dosa-dosa manusia. Pengorbanan dirinya dalam eksekusi itu mengingatkan miliaran manusia untuk tetap beriman kepada Tuhan.

Beliau adalah Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Dieksekusi dengan cara penyaliban.

Metode yang sama yang diterapkan nenek lampir kepada Mascha dan Odaxe. Kedua lelaki Surgaloka yang lahir saat Virgo merajai konstelasi itu dipaku dan dililit kawat ke sebuah palang yang melintang vertikal dan horisontal. Tangan mereka terentang di masing-masing ujung kayu yang membentang panjang. Pergelangan tangannya dipaku dan dililit kawat berduri, sementara pergelangan kaki diikat dengan kawat lain yang berduri juga. Kedua kaki Mascha dan Odaxe dibiarkan menggantung tanpa pijakan, membuat tangannya terpaksa menopang bobot tubuh mereka ....

... dan itu rasanya menyakitkan.

"Lepas ... kan ...," pelas Odaxe, setengah menangis. "Lepaskan .... Hiks ..., hiks .... Ampun ...!"

Nenek lampir itu hanya tertawa melihat keduanya menderita. Mascha dan Odaxe telanjang bulat di depan makhluk-makhluk jahat itu. Menggantung dengan darah bercucuran dari pergelangan tangan dan kakinya. Meskipun mereka sanggup menyembuhkan setiap luka itu dengan segera, tetapi luka baru kembali muncul dan menyiksa mereka. Keduanya tak bisa memutus tangan dan kaki untuk melepaskan diri. Kawat itu dibalut api yang menjadi bahan bakar neraka. Kokoh memerangkap siapa pun yang diikatnya.

Baik Mascha maupun Odaxe kelelahan. Tubuh mereka pucat dan keringatan. Napas mereka hampir habis. Mascha tak sanggup lagi membuka matanya. Kelopak mata Mascha menutup setengah untuk menghemat energi, agar dirinya bisa terus terjaga.

Dia sudah kalah.

Dia tak berdaya saat seluruh banaspati dan gundul pringis itu menangkap dirinya dan Odaxe, lalu menyalibnya di tengah-tengah gua. Selama berjam-jam, keduanya digantung hingga kelelahan. Setiap makhluk di sana hanya diam mengamati, menunggu keduanya mati.

Sejak awal, Mascha mencoba bertanya kepada nenek lampir itu, siapa mereka dan mengapa mereka mengincar bangsa Surgaloka. Namun nenek lampir itu tak menjawab. Dia hanya duduk di singgasananya sambil menyeringai seperti manekin. Bibirnya tersungging dari telinga ke telinga. Pupil matanya yang putih bergerak kanan-kiri mengamati mana yang akan mati duluan, Mascha atau Odaxe.

"Kenapa ...?" desah Mascha kelelahan. "Kenapa ... kalian ...."

Tahu dirinya akan mati, Mascha memaksa diri untuk tetap bertanya dan mencari tahu. Tahu nenek lampir itu tak akan menjawab apa pun, Mascha tetap berusaha keras. Setidaknya, Mascha dapat mati tanpa rasa penasaran.

"Kenapa kalian ... mengincar ... kami ...?"

Nenek lampir itu tetap tak mengatakan apa pun. Dia tetap asyik menatap Mascha dan Odaxe menunggu keduanya meregang nyawa.

....

Tak lama dari pertanyaan itu, sesosok makhluk lain muncul ke dalam gua. Kedatangannya ditandai dengan derap kereta kencana yang menggema dari lorong yang tadi dilewati Mascha dan Odaxe. Seluruh makhluk halus di ruang itu berdiri dan merendahkan diri. Banaspati melayang lebih rendah. Gundul pringis menggelundung setengah bersembunyi. Nenek lampir itu berlutut di depan singgasananya.

Maschalagnia (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang