14. Lampir

724 109 44
                                    


Sudah enam hari Odaxe terjebak di dalam lubang gelap. Odaxe nyaris putus asa. Dia tahu dirinya bisa menyembuhkan diri tanpa makan dan minum. Setiap lambungnya meronta membutuhkan gizi, Odaxe akan dengan mudah menyamankan pencernaan, kemudian bertahan selama beberapa jam sampai tubuhnya kelaparan lagi.

Odaxe bersandar ke dinding gua yang dingin, lembap, dan dipenuhi lumut. Dia menarik napas panjang sambil kembali menatap lubang masuk yang tinggi itu dari tempatnya duduk. Berbagai cara sudah Odaxe lakukan untuk memanjat ke luar. Menggunakan permukaan dinding yang tak rata sebagai pijakan? Sudah. Namun di ketinggian sepuluh meter, batunya terasa licin sehingga Odaxe terjatuh ke bawah, ke atas bebatuan keras bekas lahar Gunung Merapi. Tulang punggungnya patah semua, tetapi Odaxe bisa langsung menyembuhkannya.

Sebagai lelaki yang lahir keenam dari bangsanya, Odaxe beruntung dianugerahi kekuatan menyembuhkan diri. Lumayan bermanfaat pada saat seperti ini, tetapi tak bisa digunakan bertarung secara aktif.

Enam hari lalu, Odaxe terpojok di area hutan kaki Gunung Merapi bersama pengawalnya, diserang oleh sekumpulan gundul pringis dan banaspati hingga dirinya jatuh ke dalam lubang. Andai saja Odaxe lahir pertama, mungkin tubuhnya akan bertarung kuat dan tangguh, sehingga dia bisa menyelamatkan diri dan pengawalnya. (Bahkan mungkin Odaxe tak akan membutuhkan pengawal.) Andai saja Odaxe lahir kesembilan, mungkin Odaxe bisa bergerak gesit dan lincah, melemahkan semua gundul pringis dan banaspati itu sebelum dirinya jatuh ke dalam lubang.

Atau kalau mau lebih nyaman, andai saja Odaxe lahir telat satu urutan, menjadi lelaki ketujuh, Odaxe akan punya kekuatan mengkloning musuh hingga dua tiga kali lipat. Dia akan menggandakan setiap banaspati dan gundul pringis itu, lalu memerintahkan mereka menyerang musuh sebenarnya. Dengan begitu Odaxe bisa duduk dengan santai mengamati setiap kloningannya membinasakan para penyerang.

Tapi Odaxe hanyalah seorang healer. Yang bisa dia lakukan hanyalah menyembuhkan diri setiap tubuhnya digigit gundul pringis atau dibakar banaspati. Tak ada serangan agresif yang bisa Odaxe lakukan untuk melemahkan lawan.

Odaxe berjalan lagi ke bawah lubang, menengadah ke atas dan melihat hari sudah siang—tapi entah pukul berapa sekarang. Tampaknya pengawal Odaxe sudah mati di atas sana. Tak peduli sebanyak apa pun Odaxe mentransfer kekuatan ke pengawalnya, kalau kekuatannya pasif sebagai penyembuh semata, mungkin dia sudah mati juga di atas sana. Berkelana sendirian tanpa petunjuk.

Saudara-saudaraku ..., apa kalian masih hidup? Aku tak mendengar kabar apa pun dari kalian selama enam hari terakhir. Tolong beri aku petunjuk.

....

Semalam, hujan mengguyur kaki Gunung Merapi. Hujannya lumayan deras sehingga beberapa bagian dasar lubang tergenang air. Odaxe meminum genangan air hujan itu, nyaris menyeruput seekor ular yang sedang berenang, kemudian Odaxe duduk bertumpu tangan sambil menatap ke lubang gua di atas.

Sampai berapa lama aku harus terjebak di sini?

Akankah aku mati di sini?

Kekuatannya akan habis pada satu hari. Apalagi jika tak ada lelaki untuk dinikmati. Satu-satunya cara men-charge kekuatan Surgalokanya, Odaxe harus berhubungan seks seraya menikmati fetish-nya. Kalau tak ada lelaki menarik yang available, Odaxe akan menjadi manusia biasa yang rapuh dan mortal.

Tinggi lubang itu sekitar ... dua puluh meter. Sangat-sangat tinggi seperti menatap atrium mal, dengan lubang berdiameter satu meter saja. Cahaya matahari bisa masuk ke dalam untuk menerangi bagian kecil lubang. Namun hanya area sini saja. Area lain lubang tak ada cahaya sama sekali. Maka dari itu, Odaxe tak berani menjelajah lubang-lubang gua yang lain.

Maschalagnia (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang