Bab 10 : Maafin Red ya

641 91 17
                                    

"BANGUN KAMU ANAK SIAL"

Gadis itu kelabakan, wajahnya kaget. Degupan jantungnya berdetak dengan tempo yang tidak seharusnya.

Dibangunkan dengan paksa membuat gadis itu pusing, kepalanya pusing secara tiba-tiba. Sepertinya, pasokan darahnya tidak beraturan.

"Papa?"

Linglung nya saat melihat sang Papa yang melakukan percobaan membunuhnya, dengan cara membangunkan orang secara mendadak, untung saja Jia tidak henti jantung.

Apakah dengan dirinya mati, Papa nya akan ingat atau malah semakin melupakan wajah ini?

"Bangun! Kamu bisa telat sekolah, kalo bikin uang Saya habis!! Kamu harus tau aturan"

"Iya Pah"

Parau nya dengan suara serak khas bangun tidur, setelah melihat Papa nya berjalan keluar. Jia buru-buru menyiapkan dirinya, jika ia tidak ingin di maki Papanya pagi-pagi buta seperti ini.

Setelah memakai seragam nya dengan lengkap Jia tersenyum manis di cermin, gadis itu menahan sakit di sudut bibirnya yang sedikit bengkak, akibat pukulan Papanya kemarin.

Gadis itu mengambil Cardigan putih di dalam lemarinya, entah kenapa cuaca hari ini cukup dingin di perkotaan yang cukup padat.

Jia menghentikan langkahnya kala di anak tangga terakhir, melihat ruang makan yang di isi tiga keluarga yang Cemara, dengan menikmati sarapan pagi yang indah.

Tanpa si pengganggu, dirinya.

"Papah? Jia sarapan gak?"

Gadis itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya serta menahan lapar. Jia menautkan kedua jarinya, berharap dan berdoa, jika Papa nya membolehkan dirinya makan.

"Beri dia"

"Ini untukmu" Maya menyodorkan potongan roti separuh dengan olesan selai cokelat.

"Roti?" Jia mengambil roti tersebut dan melihat ke piring Ziva, sang adik.

Yang dimana memakan nasi, dengan lauk yang membuat Jia sedikit ingin mencicipinya. Bahkan ada susu, Roti, camilan lainnya di dekat gadis cantik itu.

"Gak suka? Sudah baik saya ngasih kamu makan" Mino menatap tak suka, apalagi saat melihat Jia yang menatap lekat Ziva seperti itu.

"Eng, enggak kok Pah, Jia suka" balasnya dengan senyuman.

Seperti biasa, jika dirinya menjawab tidak ada yang akan melihat wajahnya atau sedikit saja mendengar perkataannya.

"Kamu boleh pergi" usir Mino tak suka jika gadis itu masih tetap di antara keluarga nya.

"Saya tidak suka jika ada orang mati kelaparan di rumah saya, itu reputasi saya. Ngerti?" tekannya membuat Jia mengangguk kaku.

"Jia pamit berangkat ya, Pa, Ma"

Tak ada jawaban membuat dirinya kecewa, entah apa salahnya yang pasti dirinya memang salah di dilahirkan ke dunia ini. Benar-benar kesalahan yang membuat orang disekitarnya sial.

••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RED FLAG [TAMAT]Where stories live. Discover now