Bab 37 : The Joker (1)

156 10 0
                                    


Jangan lupa vote, comment, dan follow akun ini yaa!!

JANGAN LUPA SHARE STORY RED DIMANA AJA, IG/FB/TIKTOK/WA/GROUP KELUARGA/CRUSH/ TETANGGA/ ANAK BUAYA

~••~

"Kamu kenapa disini!?"

"Malu maluin!" Maya menyentak lengan Jia dengan wajah mengancam, dan mata yang melotot.

Sedangkan Jia langsung menangis di sela-sela makannya yang tertunda, beberapa orang yang makan malam di warung pecel itu menatap sosok ibu yang memarahi anaknya.

"Kamu utang ke Bu Ina! Malu maluin saya tau gak?"

Bu Ina di pemilik warung pecel yang sudah memberi makan Jia tiga kali dari kemarin itu berjalan menghampiri Maya yang sedang memarahi Jia, merasa kasian. Sebab ia juga mempunyai sosok putri yang selisih umurnya tak jauh berbeda.

"Bu" coleknya di bahu Maya, hingga wanita itu menoleh.

"Jangan dimarahin gitu dong anaknya, kasian, utangnya aja gak seberapa. Pecel sayur nya aja harganya enam ribu sama bakwan nya dua, dua ribu"

"Gak sampek sejuta, kemarin saya juga liat kesini dengan wajah babak belur. Emang habis kenapa anaknya?"

Maya menahan tangannya yang berada di bahu Jia, terkesan meremas nya karena telah membuatnya malu dan menyalurkan emosinya. Mereka bertiga tiba-tiba menjadi topik perbincangan beberapa warga di komplek, berceletuk kala tak sengaja melihat Jia dengan wajah yang penuh luka, badan kurus, bahkan ada beberapa tetangga yang sempat janggal dengan teriakan orang tersiksa.

"Enggak kok Bu Ina, Jia nya aja yang nakal"

Suara lirih gemetar itu mengalihkan kedua ibu yang sedang berselisih, Bu Ina melihat dengan air wajah kasian melihat anak remaja itu.

"Maaf Ma, Jia kalo banyak salah. Gak bakal Jia ulangi lagi kok" tiba-tiba air mata yang sudah menggenang itu luruh, Jia langsung menangis sesenggukan meminta maaf Maya. Ingin berlutut, namun sebuah tangan dan pelukan menghentikannya.

Bu Ina langsung membawa Jia ke pelukannya dengan mengelus surai serta punggung gadis itu. "Gak dibayar gapapa kok Bu May, Jia nya aja cuma makan disini tiga kali"

Jia memeluk erat wanita paru baya itu, ingin cekikikan. Namun ia tahan dan lebih mengeluarkan suara lirih-an tangis yang menyedihkan, membuat siapapun pasti merasa iba. Senyum kemenangan menjadi saksi nya dan nafsu kesenangannya, senyum manis itu terukir di bibirnya dan disela-sela bahu Bu Ina yang membelanya mati-matian didepan wanita itu.

Orang-orang mulai memperhatikan.

"Kenapa marah banget sih?"

"Jia padahal yang yang baik loh, nolong saya juga jeng"

"Iya anak sebaik itu kok sampai di gituin sih, masih mending anaknya nurut gak bangkang"

"Anak aku aja yang keluyuran tiap malem, dan minta uang jajan ayahnya minimal tiga ratus aja. Gak aku marahin tu sama suami, palingan di nasehatin"

"Iya, sampe segitunya marahi nya"

Sudah capek, ini dunia nyata. Tidak seperti dunia novel yang hanya bersabar demi menilik kebahagiaan, Jia akan mengambil kebahagiaan nya sendiri, ia sudah bersabar sejak kecil, ia sudah beberapa tahun tersiksa dan mengalami sakit di sekujur tubuhnya.

Jia hanya ingin Ayah dan Ibunya iba dengannya dengan kasih sayangnya, ingin sekali. Padahal ia selalu memberikan yang terbaik untuk keduanya, bahkan organnya. Apakah ia tidak mendapat kebahagiaan walau sedikit?

RED FLAG [TAMAT]Where stories live. Discover now