Bab 44 : Dendam yang terbalaskan

221 8 0
                                    

"Lo tau dia siapa?"

"Mana gue tau, terus gue tanya siapa?" Kedua laki-laki remaja itu berargumen, kala melihat ketua geng nya memberhentikan motornya dekat sebuah mobil mewah BMW.

Ada negosiasi atau berbicara apalah itu, para anggota yang berada jauh dari sisi dua orang itu bertanya-tanya, apalagi para sahabatnya. Merasa aneh dengan ketua mereka, katanya ingin tawuran, kenapa bertemu dengan sosok yang berada didalam mobil?

"Lo beneran?" Red mengangguk pasti, raut wajahnya nampak biasa dan ada rasa takut setitik pun.

"Gue udah pikirin mateng mateng" Red menjeda, ia mengeluarkan asap rokok berbau nikotin itu dari dalam mulutnya. "Walaupun bisa aja nanti melenceng dari list, gunanya ada lo. Lo bisa cegah gue 'kan?"

Red berharap penuh dengan sepupunya yang ada dihadapannya. "Lagian gue bantu lo, yang kena bakal gue. Tenang aja"

"Lo gila? Lo masuk penjara kalo dia lo bikin cacat sesuai dengan keinginan lo?"

"Palingan gue dibuang di rumah Kakek pihak Bunda, penjara gue disana" Red sudah memikirkan beberapa plan untuk kedepannya, walaupun melenceng nantinya, ia juga memikirkan planning lainnya.

Red tahu jika keluarga dari ibunya sangat-sangat tegas dan disiplin, kakek, saudara ibunya, sepupunya, dan lainnya. Semua keluarga nya lebih condong ke politik atau seorang pengabdi negara. Kakeknya seorang TNI Laut, ayahnya pasti akan marah dan ia akan di usir dan di suruh tinggal bersama kakeknya yang sedikit kejam itu.

Ricuh, erangan, benda keras mengenai kulit hingga sobek. Itu menjadi jeritan, ringisan, erangan pada malam ini.

Ricuh, semuanya saling menyerang satu sama lain. Tim lawan ia akui kewalahan, sebab tak ada abaab apapun, mereka hanya sedang berkumpul cuma beberapa orang. Tiba-tiba sosok Red datang dan menyeret anak yang menjadi incarannya.

Memukul anak bernama Emilio, memukuli nya secara bertubi-tubi, mata Red memerah menahan amarah. Ia seperti seorang hewan buas yang ingin mencabik-cabik dan mengoyak kulit korbannya.

Red memukul dada, menendang perut Emilio. Laki-laki itu nampak kewalahan dengan kebrutalan Red, para teman-teman Emilio nampak panik seketika mereka memanggil bala bantuan, entah dengan siapa yang pasti ada salah satu dari mereka yang sedang menelpon. Dan berhasil di gagalkan oleh para teman-teman sepupu nya.

"Sini lo"

"Bajingan, lo udah gak berani kalo gini?"

Emilio hampir pingsan, rambutnya tertarik hingga ingin tercabut rasanya. Red menarik dan menyeret Emilio dengan menjambak rambut laki-laki itu.

Menghempaskan tubuh Emilio di trotoar, Red menginjak tangan Emilio dengan keras dan beberapa kali. Laki-laki itu mengerang kesakitan, rasanya tulang lengannya ingin patah.

Tak sampai sana, Red menarik kerah kaos Emilio agar laki-laki itu bangun dan melihat wajahnya, terlihat teler dan banyak luka di wajahnya yang penuh warna merah kehitaman. "Lo udah bunuh dua orang, lo pikir lo bangga?"

"Lo harus tau konsekuensinya bangsat!" Wajahnya memerah dan ada rasa kesal bercampur luka dan sedih.

"BANGSAT!"

Red memukul wajah itu bertubi-tubi, kurang rasa puas dalam dirinya. Red membenturkan kepala Emilio ke trotoar secara bergantian dan menyeluruh, seperti orang kesetanan yang kehilangan akal. Red membenturkan wajah, kepala bagian belakang bahkan samping.

Melihat Red yang sudah tidak stabil lagi, membuat sepupunya yang merangkap sebagai ketua geng itu langsung menyeretnya menjauhi Emilio, bisa-bisa laki-laki itu mati dan Red dalam masalah besar.

RED FLAG [TAMAT]Where stories live. Discover now