1

438 27 2
                                    

Dua muda mudi itu duduk di pinggir pantai dengan suasana senja yang indah. Tak ada pembicaraan seperti biasanya. Hanya si pemuda datang menjemput lalu mereka keluar menuju tempat-tempat yang ingin pemuda itu datangi dan yah, seperti sekarang. Duduk tanpa pembicaraan.

Lalu, kenapa seorang Choi Lia mau menemani Pemuda Na Jaemin itu setiap saat? Katakanlah dia tertarik - ralat - menyukai pemuda Na itu. Meskipun dia tahu pemuda itu mencintai gadis lain. Ya, apalah dirinya dibanding Karina. Si cantik di kelasnya yang penuh dengan prestasi dan salah satu idola sekolah.

Sedangkan Lia? Dia hanya anak biasa yang tak memiliki penampilan menarik sama sekali. Selain itu juga Lia terkenal galak. Wajahnya yang selalu datar dan terkesan dingin membuat anak-anak lain enggan berteman dengannya. Meskipun aslinya jika sudah kenal seperti teman-teman kelasnya, Lia itu benar-benar sangat lucu dan banyak tingkahnya. Setidaknya itulah penilaian anak-anak sekitarnya.

Lia menoleh saat merasakan tangannya digenggam oleh Jaemin dan sedetik kemudian tengkuknya ditarik dan yah... Jaemin menciumnya. Lagi. Sayangnya karena perasaan sialannya itu dia tak pernah menolak ciuman pemuda itu. Bukan ciuman singkat, melainkan disertai lumayan dan belitan satu sama lain.



Apalagi Jaemin mulai mengikis jarak mereka dan entah sejak kapan pemuda itu sudah memindahkan Lia ke pangkuannya. Menyesap rasa satu sama lain seakan mereka dua insan yang tak bisa terpisahkan padahal disekolah mereka bagaikan dua anak yang nampak tak saling mengenal satu sama lain.



Beberapa saat angin berhembus agak kencang menyadarkan Lia. Saat dia hendak mendorong tubuh Jaemin, pemuda itu malah mengeratkan rengkuhannya dan pegangannya di tengkuk Lia seakan enggan melepaskan sampai akhirnya mereka sama-sama mulai kehabisan udara barulah pemuda Na itu melepaskannya. Menyatukan kedua kening mereka sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya. Hebatnya, mata mereka tetap saling bertatapan satu sama lain seakan apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesalahan.

Perlahan, ibu jari Jaemin mengusap bibir Lia yang nampak agak membengkak. Ya, pemuda itu memang sangat jago dalam hal berciuman. Dia selalu membuat bibir Lia menunjukkan kalau dia kisser sejati.

''Jae-''

Belum selesai Lia berbicara, Jaemin sudah menariknya dalam pelukan. Pelukan hangat yang sayangnya terasa menyakitkan untuk Lia. Iya, andai mereka melakukannya dengan status yang bisa Jaemin berikan, mungkin Lia akan menikmatinya. Sayangnya dengan kondisi mereka seperti ini, Lia hanya merasa Jaemin hanya menjadikannya pelampiasan disaat pemuda itu butuh.




''Maaf...''





Lagi-lagi ucapan penuh penyesalan itu membuat hati Lia makin sakit. Jelas sekali jika Jaemin mengucapkannya untuk menunjukkan ''ketidak sengajaan'' atas apa yang dia lakukan tadi. Dan bodohnya Lia selalu saja membiarkannya. Dia malah mengeratkan pelukannya dengan tangan melingkar di leher Jaemin sedangkan tangan pemuda itu melingkar di pinggang Lia masih dalam posisi dipangkuan.


Mereka bertahan seperti itu hingga matahari benar-benar tak tersisa sedikitpun cahayanya. Sambil sesekali Lia rasakan Jaemin menciumi lehernya. Terasa penuh sayang namun baginya hanya bagaikan luka goresan sisanya.





''Bisa gak sehari aja kamu anggep aku spesial?''











.
.
.






''Darimana kamu?''




''It's not your business...''

Lia hendak masuk kedalam rumah namun tangannya dicekal oleh pemuda berbadan tinggi yang usianya lebih tua 8 tahun darinya itu. Bisa dilihat tatapannya yang tajam menahan emosi untuk Lia.



Unknown || EndWhere stories live. Discover now