15

110 14 0
                                    

''Aku mau setelah ini jangan biarkan seorangpun melihat mayatku...''







''Aku mau setelah operasi ini, langsung masukkan aku kedalam peti dan jangan ada seorangpun yang boleh melihatku...'' ucap Lia dengan tatapan dingin di depan keluarganya, dua dokter yang akan mengoperasinya, dua suster dan seorang pengacara yang menjadi saksi semuanya.




Sang pengacara yang mendengar itu menoleh pada tuan Seo dan istrinya juga Johnny. Tuan Seo mengangguk namun tidak dengan Johnny dan nyonya Choi atau lebih dikenal dengan nyonya Seo sekarang.







''Bagaimana kalau-''






''Aku sudah menyetujui semuanya. Melakukan semua perintah dan aturan kalian. Jadi sekarang giliran kalian menyetujui keinginanku. Setelah operasi ini, aku tak ingin seorangpun melihatku apalagi teman-temanku. Walaupun aku sudah mati, aku tak mau sampai air mata mereka menyentuhku dna membuat kematian ku tak tenang...'' ucap Lia lugas memotong kalimat mamanya yang akhirnya diangguki oleh yang lain.








Lia menatap terakhir kalinya semua orang disana dan terkahir pada Johnny. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia memberikan senyum terbaiknya ke arah pria itu. Pria yang katanya mencintainya namun tak pernah sepenuhnya Lia rasakan.




''Kamu... tidak takut?'' tanya nyonya Seo yang membuat Lia menoleh dan merubah raut wajahnya menjadi tatapan datar.






''Kenapa aku harus takut? Aku bakal ketemu papa, nenek dan kakek. Lebih baik berada disana dengan sedikit orang yang mencintaiku. Daripada disini bersama banyak orang yang sayangnya tak ada satupun yang menginginkanku. Bahkan ibu kandungku sendiri...'' ucap Lia dengan tatapan datar pada mamanya. Menyakitkan rasanya bagi nyonya Seo mendengar ucapan Lia. Tapi entah kenapa rasa bencinya pada Lia jauh lebih mendominasi selama ini.





''Seandainya waktu bisa diulang, aku harap waktu itu papa gak ngelindungin aku dsri tabrskan mobil itu supaya aku yang meninggal dan kalian bisa hidup bahagia...'' ucap Lia lagi sambil mengalihkan pandangannya pada langit-langit ruangan. Sedikit senyuman terukir diwajahnya tatkala mengingat bagaimana kalimat terakhir papanya sebelum menutup mata.







''Papa titip mama. Lakukan apapun yang membuat mama bahagia, karena itu adalah janji papa ke mama...''













''Kami akan membawanya ke ruang operasi...'' ucap seorang dokter setelah yakin Lia tak ingin mengatakan apapun lagi.





Kunci roda brankar terangkat dan mulai di dorong oleh suster menuju pintu keluar. Semua mengikuti seakan mengantarkan Lia menuju tempat terakhirnya bernafas nanti. Namun sebelum pintu ruang operasi terbuka, Johnny lebih dulu menahan ranjang yang digunakan Lia membuat semua menoleh termasuk Lia.







Pria itu tak bisa lagi menahannya. Setidaknya untuk terakhir kalinya, dia berjalan berdiri disebelah Lia menatap adik tirinya yang lima tahun terakhir mewarnai hari-harinya yang suram.







''Can I hug you? Just one time, please. I begging you...'' lirihnya dengan suara bergetar dan mata yang sudah memerah. Sungguh dia tak bisa membayangkan lagi hidupnya tanpa Lia.






Gadis itu mengangguk pelan dan tersenyum sambil merentangkan tangannya. Setidaknya pria yang menjadi kakak tirinya itulah satu-satunya tempat dimana dia bisa melihat cahaya hangat dirumah.






Tanpa menunggu lama, Johnny langsung memeluk erat Lia dan suara isakannya langsung terdengar membuat para dokter dan suster juga pengacara merasakan sedikit nyeri di dadanya. Sungguh, siapapun akan merasakannya jika melihat dan mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka.








Perpisahan.....












Nyonya Seo memejamkan matanya hingga air matanya menetes sedangkan tuan Seo hanya menatap datar.




Dia tahu, apa yang terjadi antara Johnny dan Lia. Itu sebabnya dia menjodohkan Johnny dengan Jennie. Sejak awal, dia memang menargetkan Lia sebagai calon pendonor organ untuk putrinya, Jihan. Dan dia tahu kalau mamanya lah kelemahan Lia. Walaupun saat ini dia merasa sedikit kasihan pada putranya itu. Entah kapan terakhir kali dia mengingat Johnny menangis. Saat istrinya pergi mungkin? Saat itu usia johnny baru 11 tahun dan sangat dekat dengan mamanya. Kini dia melihat putranya menangis lagi karena seorang gadis yang berhasil meluluhkan dinginnya sifat pria besar itu.










''Aku harap di kehidupan selanjutnya aku bisa bertemu lagi denganmu dalam keadaan yang berbeda. Supaya aku bisa menjagamu dan memberikanmu kebahagiaan untuk menebus kesalahanku ini...''







Lia tersenyum simpul dan mengusap pelan punggung lebar Johnny, memberikan kelembutan yang dulu sering dia berikan.





''Tolong bilang sama temen-temen ku, aku sayang sama mereka. Aku gak pergi, jiwaku selalu ada sama mereka setiap saat. Termasuk sama kak John...'' bisik Lia pelan membuat Johnny makin merasakan sakit di dadanya.






''I love you...''





''Me too...''










Johnny terpaksa melepas pelukannya saat tuan Seo menepuk bahunya lalu menatap brankar itu memasuki ruang operasi membuatnya memejamkan mata menahan sakit yang makin terasa.







''John...''










''Aaarrgghh....!''










Johnny menghempas tangan papanya lalu pergi dari sana. Percuma juga dia menunggu jika Lia tak mengizinkan siapapun melihat tubuh kakunya nanti. Dia butuh waktu sendiri. Selamanya mungkin. Dia merasa menjadi orang yang tak berguna sekarang. Tak bisa menjaga Lia yang seharusnya dia jaga.












''Dunia ini terlalu kejam untukmu, Lia...''





















.
.
.


















Unknown || EndWhere stories live. Discover now