6

122 18 0
                                    

Kantin. Satu tempat yang sangat menyenangkan sekaligus mengesalkan bagi Lia.




Kenapa?







Dia iri...








Sekaligus cemburu...









Mark dengan kekasihnya Yeri, Sungchan dengan Yuna dan Jaemin yang masih berusaha menempeli Karina. Pemandangan indah namun menyesakkan. Mood makan Lia sedikit berkurang karenanya. Namun dia harus memaksakan karena bisa jadi masalah kalau dia kekurangan nutrisi nanti.




Sesekali matanya sempat bertatapan dengan yang lain namun segera dia abaikan dan berpura-pura fokus pada makanannya. Mungkin jika dia tak melakukan itu, dia akan lupa makanan apa yang sedang dimakannya mengingat lidahnya pun seakan ikut mati rasa.





''Lo mau gue pesenin minuman lain, Lia?'' tanya Yeji sedikit khawatir dengan cara makan sahabatnya itu. Pasalnya Lia sendiri nampak enggan menatap setiap suapan yang masuk ke mulutnya. Bahkan sesekali Yeji melihat Lia hanya mengaduk-aduk lauk pada nasinya bagaikan semua yang ada dalam nampan itu hanyalah mainan.







''Hhmmm? Gausah Ji...'' jawab Lia tersenyum tipis lalu kembali memasukkan sesendok makanan dalam mulutnya.




''Lo akhir-akhir ini gak banyak makan daging. Sayur mulu yang sering lo ambil...'' ucap Ryujin sambil menoel-noel lauk di nampan Lia.




''Rendah lemak biar jantung gue sehat...''






''Idih...gaya an banget lo peduli sama kesehatan jantung mendadak. Biasanya juga masa bodo makan makanan berlemak...'' ledek Ryujin membuat yang lain tertawa pelan.




''Biar entar kalau gue mati, jantung gue bisa dipake orang lain...''




''Kagak ada yang mau nerima jantung lo. Beban hidup lo banyak entar dugun-dugun jantung mulu bawaannya....'' ledek Ryujin lagi.





''Jantung gue sehat kali! Udah terverifikasi nih sama dokter. Ada suratnya pula!''



''Bacot! Makan tuh yang enak biar kenyang. Bukan makan yang gak enak terus jadi males makan. Kenyang kagak enek iya...''




''Ryujin bener Lia. Lo mana biasa makan sayur aja kan. Lo bilang lo gak terlalu doyan sayur...''



''Dulu. Sekarang udah gak. Jantung gue berharga soalnya...''




'' jantung mulu yang lo omongin. Berapa sih harga jantung lo? Biar gue beli!''





''Gratis...! But sorry! udah ada yang booking...'' jawab Lia meledek Ryujin membuat perdebatan mereka berlanjut terus sedangkan Yeji dan Chaeryoung hanya tertawa melihatnya.









''Im happy to see your smile...''












.
.
.











''Lia...!''






Gadis itu segera berlari pelan mendekati pria bermotor itu dengan tatapan herannya mengabaikan teman-temannya yang kebingungan sekarang. Pasalnya Lia menghampiri seorang pria yang mereka perkirakan berusia 25 tahunan itu. Sejak kapan Lia mau berteman dengan pria setua itu?






''Kak Taeyong ngapain disini? Tau darimana aku disini?'' tanya Lia heran.




''Ada aja. Ayo, kita jalan-jalan!'' ajak Taeyong sambil menyerahkan Helm pada Lia membuat gadis itu sedikit bimbang sekarang.





''Gak deh kak,maaf. Ntar kak Johnny jemput soalnya...''



''Terus abis itu kamu mau ngurung diri dirumah? Gak bosen? Mending sama aku aja. Kita muter-muter...''





Lia berpikir sejenak mendengar ucapan Taeyong, pria yang baru dikenalnya kemarin itu. Sepertinya Taeyong bisa dipercaya. Toh kemarin saja mereka menghabiskan waktu menyenangkan dan bisa membuat Lia lupa sejenak akan masalahnya.




''Gimana? Mau gak? Kalau kamu gak maupun aku tetep bakal maksa!'' ucap Taeyong yang membuat Lia menoleh dan tertawa pelan.





''Oke lah! Traktir makan tapi ya?!''




''Gampang! Ayo na-''





Belum selesai Taeyong berbicara, seseorang lebih dulu menarik lengan Lia membuat gadis itu tersentak dan menoleh. Nampak lah Sungchan menatapnya tajam dan Lia juga melihat Yuna berada disebelahnya. Sial. Sandiwara lagi.



''Apaan sih, Chan!'' keluh Lia sambil menyentakkan lengannya namun pegangan Sungchan masih lebih kuat.




''Lo mau kemana? Dia siapa?'' tanya Sungchan dengan nada mengintimidasinya.




''Bukan urusan lo. Udah sana kalian pulang aja!''




''Lia! Entar abang lo nyarin lo lagi...'' ucap Yuna mengangkat suara juga.




''Bilang aja gue ilang dan entar pulang sendiri lagi. Kalau gak mau, cuekin aja dia!'' jawab Lia santai sambil memakai helmnya.




''Diem disini, tunggu bang Johnny dateng!'' titah Sungchan menahan kesalnya. Dia sadar kalau dia tak suka melihat Lia pergi bersama pria itu.




''Ets... Santai... Tenang aja. Lia aman kok. Aku cuma mau ajak dia jalan-jalan biar gak-''




''Izin sama kakaknya baru bawa dia keluar!'' ucap Sungchan tegas yang cukup mengagetkan Taeyong. Pria itupun turun dari motornya dan berdiri di depan Sungchan. Meskipun kalah tinggi, Taeyong tak gentar menatap mata pemuda yang lebih muda itu.




''Kamu gak tau apapun tentang Lia. Yang dia butuh in sekarang adalah ketenangan dan teman bercerita. Dengan sikapmu ini, dia sama sekali gak akan tenang. Entah siapa kamu dan apa hubunganmu dengan Lia, biarin Lia milih keputusannya. So, Lia. Kamu mau nunggu disini atau ikut aku?''




Taeyong dan Sungchan menatap Lia sedangkan gadis itu menatap keduanya bergiliran. Satu lagi tambahan, Jaemin yang berdiri tak jauh dibelakang sana membuat Lia menelan ludah kasar.






Tapi lagi-lagi satu hal menyadarkan Lia ketika Yuna merangkul erat lengan Sungchan dan Karina datang berdiri dekat dengan Jaemin. Sedikit senyuman pedih dia tampilkan sampai akhirnya mengambil keputusannya.




''Gue ikut kak Taeyong...''




''See?''



''Lia!''





''It's not your business! Lo pada urusin urusan lo sendiri dan biarin gue ngurus urusan gue sendiri. Kak Johnny nelfon, blok aja nomornya kalau kalian ngerasa keganggu!''




''Bang Johnny bakal khawatir sama lo!''




''Dia gak khawatir sama gue! dia khawatir sama dirinya sendiri. Lo gak tau apapun tentang gue jadi jangan sok tau apa yang harus gue putusin! Ayo kak!''





Dengan kesal Lia menghempaskan lengannya dan bersama Taeyong menaiki motor besar pria itu lalu pergi dari sekolah membuat yang lain heran. Aneh tentu saja. Siapa pria yang membawa Lia dan kenapa Lia bisa bersikap seagresif itu tentang saudaranya? Padahal biasanya Lia hanya menurut saja jika tentang Johnny.





''Ada yang salah disini...''






















.
.
.














Unknown || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang