17

132 14 5
                                    

Mark duduk menatap tulisan tangan terakhir milik gadis yang selama ini selalu menjadi candunya itu. Penyesalan memang datang diakhir, itulah yang baru dia alami sekarang. Andai saja dia bisa memilih untuk mempertahankan Lia dan melepas Yeri, mungkin Lia masih memiliki semangat untuk mempertahankan hidupnya dari orang-orang egois disekitarnya.







Mark sudah mencoba menghubungi Johnny namun pria itu sama sekali tak menjawab pesan dan panggilannya. Setidaknya memberi tahu dimana Lia sekarang. Mengingat pihak sekolah pun kaget mengenai surat yang berisi pengunduran dirinya menandakan sekolah tak tahu apapun.







Mark bahakan bertanya pada pelayan rumah dan hanya sedikit yang mereka beri tahu karena merekapun tak banyak mengetahui apapun.






''Yang saya tahu, nona Lia diminta untuk menjadi pendonor jantung dan ginjal untuk nona Jihan, adik kandung tuan Johnny. Saya masih ingat bagaimana diawal Lia menolak dan dia sering dipukuli setiap hari. Bahkan sampai dia sudah menyetujuinya pun, dia tetap dibenci dirumah ini. Dia disuruh makan dan minum yang sehat juga obat-obatan lain supaya organ tubuhnya tetap sehat. Tak ada siapapun yang membelanya disini. Tuan Johnny pun harus secara diam-diam menenangkannya. Saya rasa nona Lia sudah menyerah pada hidupnya...''







Mark terus menerus mengulang membaca pesan tulisan Lia itu berharap semua tulisan itu berubah atau bahkan menghilang digantikan dengan wujud Lia dihadapannya. Sungguh dia takut, dia takut Lia benar-benar tak kembali meskipun sudah jelas jawabannya Lia tak akan kembali.




''Why... Why you never tell me about your pain. About your fucking life. How can you do this to me? How could you leave me like this? Don't you know how hurts its feel? Aku mau ragamu yang disini, bukan cuma bayangmu. Aku mau kamu yang disini, Lia. Do you know how much I need you now?! I really-really need you, Lia!''





Tak jauh darinya, Jaemin, Sungchan, Ryujin Yeji dan teman-temannya Lia yang lain sudah memenuhi halaman rumah besar itu. Berita mengenai kondisi Lia sudah menyebar diantara group kelas yang akhirnya membuat semuanya ikut khawatir. Ayolah, Lia anak baik dimata mereka. Teman yang galak tapi suka membantu. Banyak kebaikan Lia yang mereka rasakan. Bahkan tawa gadis itupun masih menjadi salah satu yang bisa membuat teman-temannya ikut tertawa gemas.




Karina mencoba menenangkan Jaemin yang sejak tadi menelungkup kan wajah diantara kakinya sedangkan Sungchan memilih berdiri diantara tiga sahabat Lia bagaikan penjaga. Mereka saling membutuhkan dan harus saling menguatkan sekarang.







Sampai akhirnya, mobil Johnny datang diikuti sebuah mobil ambulance yang menurunkan sebuah peti berwarna abu-abu membuat tangis semua orang disana pecah juga termasuk para pelayan dan penjaga rumah. Mimpi buruk mereka sejak tadi pagi kini terbukti nyata saat Johnny dengan wajah lemas bersama teman-temannya membantu membawa peti mati itu untuk dipindahkan kedalam rumah. Sesuai dengan salah satu pesan Lia yang lain sebelum dia dimakamkan. Kedua orang tua Lia tak terlihat karena lebih memilih menunggu Jihan di rumah sakit dan menyerahkan semuanya pada Johnny.




Tak ada yang bisa berbicara lagi. Hanya suara isak tangisan yang terdengar. Mereka yang ada hanya bisa saling menguatkan satu sama lain meski rasanya sangat sulit.










































Mark melayangkan satu tinju di wajah Johnny hingga pria itu tersungkur ke lantai membuat beberapa orang berteriak kencang karena kaget.





''How can you do this?! Apa Lia pernah ada ngelakuin kesalahan sama lo,bang?! Lo...lo ngorbanin Lia yang jelas-jelas manusia masih hidup dan sehat buat adik lo?! Lo dan keluarga lo ini manusia atau bukan?!'' bentak Mark dengan wajah memerah penuh air mata.






''Mark...ini bukan salah Johnny...'' ucap Ten sambil membantu Johnny berdiri dengan Jaehyun dan Taeil.







''Terus kalau bukan salah dia, salah siapa?! Kita semua tau Lia itu anak baik-baik. Maybe she's not smart as Jihan. But she is deserve to be alive! Why...Why don't you understand! How much time I say... Please jaga Lia. Lo tau kenapa,bang? Karena gue sayang...gue cinta sama Lia. Lo tau itu?!''





Sontak pernyataan Mark membuat semuanya menoleh. Bangchan dan Hangyul yang mendengar sahabatnya itu mengutarakan perasaannya hanya bisa menundukkan kepalanya. Ya...memang saatnya Mark mengakui itu, meskipun sudah terlambat sekarang.







''Lo...! Berani lo cinta sama Lia?! Gue udah pernah bilang sama Lo jangan deketin Lia. Lo tau kenapa?! Karena Lia punya Gue!'' bentak Johnny sambil menarik kerah baju Mark yang tentu saja langsung dipisah oleh yang lain. Mark dan teman-temannya tentu kaget mendengar ucapan Johnny. Seorang kakak menyukai adiknya?








''Lo pikir kenapa gue selalu mati-matian nyuruh lo semua nyari Lia tiap dia ilang? Kenapa gue overprotektif sama dia gak peduli in apa kata orang? Karena gue gak mau ada orang lain yang milikin Lia! Gue mau semua orang jaga jarak dari dia!''







''Lo egois tau gak, John! Lo bikin adek lo sendiri korban di semua sudut. Korban dari keluarga lo, korban dari perasaan lo, korban dari keegoisan lo! Bahkan sampai akhir hidupnya Lia sama sekali gak punya penopang buat tetep semangat pertahanin hidupnya!'' bentak Ten yang ikut kesal sekarang.









''Ya...gue emang egois... Tapi lo gak pernah ngerasain di posisi gue! Saat orang yang lo cinta ada di deket lo tapi gak bisa lo miliki dan satu-satunya cara ya gue gak mau Lia sama orang lain juga supaya dia terus ada di deket gue!''




''Lo gak tau kan gimana rasanya waktu hidup gue hancur kehilangan mama gue lalu Lia dateng ke rumah ini ngasi hidup gue warna baru yang bikin gue semangat lagi. Gue...gue gak bisa ngelepas Lia. Apalagi waktu gue tau Lia setuju buat donorin jantungnya buat Jihan. Gue makin takut kehilangan Lia...'' ucap Johnny lirih diakhir kalimat dengan tubuh yang sudah terduduk di lantai.



Dia yang paling terluka disana karena dia yang paling pertama mencintai Lia. Dia yang merasakan sakit saat cintanya hancur di tangan papanya sendiri dan bahkan dia harus melihat senyuman terakhir cintanya. Jika saja dia tak ingat pada adiknya Jihan, dia akan lebih memilih menyusul Lia sejak tadi.




Semua orang disana tak bisa bicara lagi mendengar ucapan Johnny. Bahkan Jaemin dan Sungchan sama kagetnya. Pantas saja Lia menghindari pertemuan mereka dengan Johnny. Lia memilih pergi diam-diam dari rumah jika mereka menjemput. Lia tak pernah mau jika teman-temannya mengantarnya pulang atau mengerjakan tugas di rumahnya. Itu karena Johnny. Cinta Johnny pada gadis itu terlalu membutakan dirinya. Walaupun tetap saja tak bisa mengalahkan ketakutannya pada papanya.









''Lebih baik kita segera makamkan Lia sebelum malam. Gak ada gunanya lagi berdebat masalah cinta disini, karena Lia udah gak ada lagi. Dia juga gak akan seneng kalian ribut kayak gini. Ayo...'' ucap Taeil menengahi sekaligus mengarahkan anak-anak lain untuk mempersiapkan acara doa.








Dari berbagai sisi, Sungchan, Jaemin, Mark, Johnny, Ryujin, Yeji dan Chaeryoung menatap peti mati yang sudah terkunci itu. Seperti permintaan Lia, dia tak ingin petinya dibuka.




''Mungkin dengan kepergian mu, penderitaan mu juga berakhir Lia. Kami merelakan mu. Jadi bahagia lah disana dan jadilah sumber kebahagiaan untuk mereka disana. Aku yakin, senyummu tak akan luntur lagi dan hanya tawa bahagiamu yang akan menggema setiap saat...''











.
.
.




















Unknown || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang