5

135 17 0
                                    

Sesuai ucapannya. Lia saat ini sedang berada di perpustakaan mengecek beberapa buku baru yang akan menggantikan buku lama tak layak baca lagi. Bukan hanya dirinya saja. Sebenarnya dia sudah mendapatkan perintah itu sejak semalam bersama tiga teman osis lain. Ada Jihoon, Junkyu, dan Lily yang semuanya dari kelas berbeda.



''Letakkan disana...''



Jihoon mengoper setumpuk buku yang langsung disusun oleh Lia. Sedikit membingungkan bagi yang lain karena Lia tak banyak bicara, atau lebih tepatnya tak berbicara sama sekali sejak tadi. Dia hanya mendengarkan arahan dan langsung bekerja tanpa mengucapkan sepatah katapun.



Lia memang tipe anak sedikit bicara, tapi bukan artinya sama sekali tak pernah bicara. Apalagi bersama mereka yang notabenenya sudah akrab dengan Lia sejak mereka satu organisasi. Mereka tahu kalau Lia aslinya itu suka bercanda. Itu sebabnya sangat aneh jika dia mengunci rapat mulutnya hari ini.




''Lo baik-baik aja, Li?'' tanya Junkyu setelah mereka menyelesaikan semuanya sekaligus membereskan sampah sisa packingan.



''Hhmmm...'' jawab Lia hanya dengan anggukkan dan deheman saja.


''Gausah bo'ong... ''

''Iya...keliatan soalnya...'' tambah lily dan Jihoon yang membuat Lia tersenyum tipis.


''Capek aja gue. Capek gak jelas. Makanya gue bingung bilangnya gimana...''


''Lo lagi banyak pikiran?''


''Iya...biasanya juga gue gitu kalau lagi banyak pikiran. Capek tanpa alasan padahal gak ngapa-ngapain. Gak mood juga buat belajar...''



''Maybe... Makanya gue mau bantu disini...'' jawab Lia santai sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.



''Keknya di umur segini kita emang rawan banyak pikiran,ya? Gue pikir cuma gue yang sering mikirin hal-hal kecil yang malah jadi besar...'' ucap Lily sambil memandangi sepatunya.




''Kita masih masa puber. Emosi gak stabil, dan labil juga. Jadi wajar kata mama gue...'' balas Junkyu menjelaskan.






''Jun, temenin gue ke kantin beli minum yok! Kalian berdua mau minum apa?'' tanya Jihoon sambil bangkit dari duduknya.






''Cola deh gue...''





''Gue air putih dingin aja...'' jawab Lia sambil merogoh sakunya dan mengulurkan uang pada Jihoon.



''Gausah...kita pake uang OSIS. Gas Jun...!''





''Woke!''





Kedua pemuda itupun pergi dengan Lia dan Lily yang memperhatikan sambil terdengar kekehan dari mereka karena cara berjalan Junkyu yang memang lucu sekali dilihat.






''Lia...''




''Hhmmm?''





''Gimana kabarnya?''







Lia terdiam sejenak mendengar pertanyaan Lily.





''Cepet atau lambat dia bakal sekolah lagi kok. Lo kangen sama dia?'' tanya Lia sambil melirik ke arah Lily. Lily tak langsung menjawab dan kembali menundukkan kepalanya seakan mencoba mengingat sesuatu.





''Bokap gue udah cerita...''






Lia kembali melirik ke arah Lily dan nampak gadis itu memasang wajah murungnya kali ini.






''Kita emang gak deket banget Li. But, gue harap lo gak ngelakuin itu...''






Lily mengangkat wajahnya menatap Lia sedangkan yang ditatap menunjukkan senyum yang nampak tanpa beban sama sekali.





''It's oke. Lo bisa-''





''You better then her. You must to know it. We're friend now. How can I act like I dont know anything when I know everything?''







Kini mata Lily mulai berkaca-kaca membuat senyum Lia sedikit luntur. Lia memilih berpindah duduk disebelah Lily lalu menggenggam tangan rekan OSIS nya itu erat.



''Lo gak perlu bersandiwara seakan lo gak tau apapun. Malah gue perlu bantuan lo setelah itu buat bicara sama yang lain disaat gue gak bisa ngasi penjelasan apapun sama mereka...''





''Everyone loves you here, Lia. We love you. We care about you...''



''But you know why I do this...''



''Come with me and my dad...'' ucap Lily menggenggam kedua tangan Lia. Kini air matanya sudah tak terbendung lagi dan wajah cantiknya sudah memerah sempurna.





''I Can't... ''






''My dad always talks about you. He always spoke with trembling voice. I know what that's mean. And I'm scared to...''




Lia menarik Lily dalam pelukan saat akhirnya gadis berambut pendek itu menangis cukup kencang membalas pelukan Lia.










''Please...think about it again, Lia. Kita bisa cari jalan keluar lain...''





Lia tak menjawabnya. Dia hanya memberikan usapan pelan pada punggung Lily yang bergetar. Matanya terasa perih namun dia tak mau membuat orang lain berpikir kalau dia lemah.




''Minuman da-..... Lily? Dia kenapa?'' tanya Junkyu panik datang bersama Jihoon yang sama bingungnya melihat Lily menangis dalam pelukan Lia.






''Kan tadi lo bilang, mood remaja puber itu gak stabil. Ya gini salah satunya...'' jawab Lia santai sambil tertawa pelan yang bodohnya diangguki oleh dua pemuda lain.





''Nih...minum dulu biar enakan,Ly. Minuman manis bisa bikin mood naik...'' ucap Junkyu dengan suara lucunya memberikan minuman kaleng pesanan Lily.



Gadis itupun bangkit dari pelukan Lia dan menghapus air matanya lalu menerima minuman dari Junkyu.




''Thanks Jun...'' ucapnya sambil tersenyum tipis sekilas yang diangguki oleh Junkyu.



''Ni minuman lo, Lia...''



''Hhmmm...thanks Jun....'' ucap Lia sambil memberikan senyum lebarnya.






''Emang bener ya. Cewek moodnya lebih ancur dari kita yang cowok. Tadi aja lo yang murung. Sekarang Lily yang murung...'' ucap Jihoon heran lalu meminum minuman isotoniknya.





''Lo belum pernah sih ngerasain jadi cewek...'' ledek Lia jahil.




''Ogah gue mah... Ngeliat lo berdua aja capek gue....''




Yang lain tertawa mendengar gerutu an Jihoon dan tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sejak awal sudah memperhatikan mereka. Bahkan mendengar semua percakapan mereka.







''Everything will be oke...''

















.
.
.


















Unknown || EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora