8

104 19 0
                                    

Lia berlari cepat lalu menaiki motor Taeyong dan menerima helm dari pria itu. Ini masih pukul 5 pagi dan dia sudah melarikan diri saja dsri rumah. Berhubung ini hari libur dan tak ada jadwal apapun, dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan lalu pergi dengan Taeyong sesuai janji mereka kemarin.







''Apa dia belum bangun?'' tanya Taeyong setelah Lia memakai Helmnya dan dia mulai menjalankan motornya menjauh.








'' kalau udah, aku gak akan ada disini. Dia tidur di kamarku semalem...''




Taeyong sedikit kaget dengan ucapan Lia.



''Tapi dia saudara tirimu Lia. Kamu harus tetap jaga jarak dengannya. Jangan terlalu menyamakannya dengan saudara kandung...''




''aku tau. Lagian aku juga gak pernah tau rasanya punya saudara kandung...'' jawab Lia santai. Sedikit dia merasa kedinginan mengingat itu masih jam 5 pagi membuatnya tanpa sadar mencengkram lebih erat pinggang pria di depannya. Taeyong yang menyadari itupun menarik tangan Lia supaya masuk kedalam sakunya. Setidaknya itu akan terasa lebih hangat karena ada hotpack disana.






''Mau kemana kita?''







''Berasa denger Dora the Explore aja...'' ucap Lia terkekeh pelan yang membuat Taeyong juga tertawa.




''Masih pagi. Tempat makan juga belum ada yang buka jam segini. Mau lihat matahari terbit?'' tanya Taeyong sambil melirik ke arah spion untuk melihat reaksi Lia.



''Kemana aja terserah....''






Taeyong tersenyum mengangguk lalu menjalankan motornya menuju timur dimana ada satu tempat yang dia ketahui menjadi lokasi terbaik untuk melihat matahari terbit.










Haneul Park. Keduanya tengah menikmati cahaya Jingga sang surya yang baru bangkit dsri peraduannya. Sedikit memberi kehangatan namun masih kalah dengan angin yang meniup rerumputan disana. Taeyong melirik Lia yang terlihat masih sedikit gemetaran lalu tertawa pelan. Ia mendekat dan memberikan pelukan hangat dari belakang membuat Lia sedikit kaget dengan perlakuan Taeyong. Pria yang bahkan lebih rua setahun dari kakaknya itu.




''Kak...''






''Ssstttt....nikmati saja pemandangannya.....'' ucap Taeyong sambil mengeratkan pelukannya. Walaupun ini bukan pertama kalinya dia memberikan pelukan untuk Lia mengingat dua hari sebelumnya pun dia memeluk Lia karena tangisannya yang menyesakkan bagi Taeyong.








''Apa pekerjaan kakak?''






''Apa itu penting?'' tanya Taeyong balik sambil meletakkan dagunya di ceruk leher Lia, menatap langit jingga yang amat indah juga baginya.








''Gak juga. Cuma, belakangan kak Taeyong terus nemenin aku. Apa bos kakak gak marah nanti kakak bolos kerja?''





Mendengar itu Taeyong tertawa pelan. Ternyata Lia masih memiliki sisi polos dibalik kuat dan tangguh dirinya.




''Itu gak penting. Yang terpenting aku ada buat menemanimu disaat-saat kamu butuh seseorang sebagai penguat. Dan aku lah orangnya...''





''Jangan jatuh cinta padaku...''






''Kamu sudah bilang itu setiap hari...''





''Siapa tau kakak lupa...''





''Aku juga gak peduli....'' jawab Taeyong santai membuat Lia menggeleng pelan.



''Seenggaknya aku udah memperingati...''




''Tenang saja. Apa yang kamu takutkan akan aku pastikan gak akan terjadi. Aku yang akan menahan mu disini. Bahkan kalau perlu aku akan bawa kamu pergi...''










''I'm not that special ...''





''But that you're in my life....''








''Why?''







''Mungkin karena aku melupakan peringatan mu?'' jawab Taeyong dengan santainya membuat Lia kaget. Tidak. Jangan lagi. Lia tak mau terjebak lagi dengan kata-kata yang nanti akhirnya akan membuatnya sakit. Atau bahkan mungkin Taeyong yang bisa sakit nanti.







''Lupain itu...''







''I can't... ''









''Kak...''







Taeyong memutar tubuh Lia hingga mereka berhadapan sekarang. Saling menatap satu sama lain seakan mencari satu titik kejujuran maupun kebohongan diantara masing-masing.





''Please... Belive me. I can give you something that you want it all the time....''








''But my life isn't enough for-''






''I will make sure you're will still by my side until your last breath...''





Lia menatap mata Taeyong yang hanya menampilkan kesungguhan dan kekuatan disana. Seakan sejalan dengan ucapannya. Entah apa yang membuat pria itu menyukainya.


Seharusnya dia bertanya juga pada Sungchan dan Mark. Apa pada Jaemin juga? Ah, pemuda itu selalu menganggap semuanya yang terjadi diantara mereka adalah kesalahan.




''I can't promise. You know they are still-''






''I don't care! Mereka menjadikan kamu sebagai pilihan kedua, tapi kamu akan bisa merasakan menjadi yang pertama dan satu-satunya denganku. Belive me. Aku gak akan membiarkanmu berakhir seperti yang mereka pikirkan...''






Taeyong menangkup wajah Lia dan memberikan usapan pelan di kedua pipi gembil gadis manis itu.






Sejak pertama dia menghabiskan waktu dengan Lia, saat itu juga dia merasa benar-benar berguna dan dibutuhkan. Bagaimana dia bisa memantaskan diri untuk menjadi sandaran terkuat bagi gadis yang dalam keadaan goyah dan siap hancur itu.



Baginya, Lia layak untuk diperjuangkan. Layak untuk digenggam dan layak untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan. Dan Taeyong akan mewujudkan itu semua. Dia akan menjadikan Lia ratu.



Masa bodo jika orang akan menganggap mereka sugar dady dan baby nya. Masa bodo tentang siapa Lia di dunia nyata dimana dia menjadi simpanan pemuda yang sudah memiliki kekasih. Yang taeyong mau, Lia tetap bertahan karenanya. Membuat hidupnya terasa lebih berguna secara langsung. Yang Taeyong tau, Lia adalah gadis yang tulus dan keinginan sederhananya, untuk mendapatkan cinta yang tulus.







Lia memasukkan dirinya dalam dekapan Taeyong yang tentu saja dipererat oleh Pria itu. Satu kecupan dia berikan pada pucuk kepala Lia dan elusan penuh kasih sayang. Melupakan tujuan awal mereka untuk menyaksikan matahari terbit yang kini sudah merubah langit menjadi berwarna kuning terang.







''Buat dirimu bahagia, aku pun akan melakukannya. Jangan khawatirkan hal lain karena aku akan menjaga kebahagiaanmu itu...''



















.
.
.















Unknown || EndWhere stories live. Discover now