4

28.2K 2.3K 30
                                    

~Happy Reading~
Tandai jika ada typo atau kesalahan ya

Meta melihat seluruh penjuru rumah dengan alis mengkerut, heran kenapa tidak ada suara sama sekali bahkan TV sekalipun, lebih sepi dari seminggu lalu saat Arya akhirnya mulai merantau. Satu minggu ini juga dia sudah mulai bekerja di salah satu perusahaan di bidang keuangan, kembali pada rutinitas nya berangkat pagi pulang sore, bedanya di rumah selalu ada Bapak dan Ibu, tidak lagi sepi.

"Ini pada kemana sih?" Meta terus memasuki rumah, melihat segala ruangan masih dengan tas kerjanya.

Ketika keluar dari belakang rumah,"Eh, udah pulang." Meta tersentak, ibu nya ini datang-datang mengagetkan sekali.

"Dari mana?"

"Rumah Mery, dia hari ini lahiran jadi ya kita bantu-bantu persiapan acara di rumah." Owalah ibu hamil satu itu sudah melahirkan rupanya, di desa Meta ada beberapa hal yang perlu di siapkan ketika ada kelahiran, dan sebagai orang yang lebih tua, ibu Meta dan ibu-ibu lain membantu menyiapkan selagi keluarga sibuk dengan ibu dan bayinya.

"Besok jenguk ya kalau anak sama si Mery udah pulang." Walau bagaimana pun di sini tetangga sudah seperti saudara, pernah ada permasalahan bagaimanapun harus tetap berinteraksi.

"Gampang, besok aku sempetin beli kado deh," kata Meta sebelum akhirnya pergi ke kamar, dia harus segera membersihkan makeup dan memakai pakaian nyaman rumahan.

Setelah mandi dan memakai rangkaian perawatan wajah, Meta menyiram tanaman dalam pot-pot mini di kamarnya, memberi makan ikan miliknya. Dengan perasaan bahagia dia mencium bunga-bunga potong yang baru saja dia beli, membuang bunga layu di vas berisi air dan membuang air ke luar jendela.

"Meta!" Mendengar teriakan dari luar jendela, gadis itu memutuskan melihat keluar.

Yang di sambut wajah marah kedua orang tuanya, dan pandangannya otomatis menangkap lelaki dengan pakaian formal berkaca mata tengah mengusap rambutnya yang basah, bisa Meta pahami jika air yang dia buang tadi mengenai lelaki itu, terlihat dia mencium air yang mengenai rambut dan beberapa bagian tubuhnya dengan wajah tidak enak.

Bapak dari Meta langsung mengambil tindakan, menggiring lelaki itu untuk segera memasuki rumah, "Mas Satria, ayo masuk dulu di bersihin."

Masih dengan wajah tidak menyenangkan, Ibu mengisyaratkan pada anak gadisnya tampa suara,'Ambilin handuk.'

Meta cukup tau diri, dia segara meraih handuk pink bersih dalam lemarinya, berlari keluar menuju ruang tamu. Gadis itu mendekat dimana Satria berdiri, mengulurkan handuk di tangannya tampa mau melihat wajah lelaki di hadapannya.

"Maaf," kata Meta lirih, melirik Satria dengan ekor matanya. Wajah lelaki itu bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun, yang terpenting Meta sudah mengungkapkan permohonan maafnya.

Berbeda dengan ibunya yang masih kesal bukan main,"Tadi kamu ngapain sih kak?!" Satria datang untuk membantu melihat kebun belakang rumah mereka, malah berakhir kena siram oleh Meta.

"Mau ganti air sama bunga baru." Meta mengulum bibirnya gugup, pasti bau air yang mengenai berbau tidak sedap.

Diliriknya Satria yang masih sibuk mengeringkan rambutnya, pertemuan mereka sepertinya tidak pernah baik.

***

Setelah merasa penampilannya sempurna dengan dress panjang serta cardigannya, Meta membawa parcel berisi peralatan bayi dan membawanya keluar rumah. Perlahan menutup pintu utama rumah, berjalan menuju rumah tetangga yang berbahagia, siapa lagi kalau bukan Bima dan Mery.

Baru sampai di depan pagar saja sudah ramai minta ampun, hari ini ada tasyakuran kelahiran putri mereka, sehingga para tetangga berkumpul membantu persiapan dan tamu-tamu berdatangan.

"Assalamualaikum, permisi." Dengan memasang wajah semanis mungkin ketika memasuki rumah, apalagi ketika mendapat beberapa sapaan.

Tetapi dia harus fokus mencari tuan rumah, kebetulan sekali telinganya menangkap suara ibunya,"Ah, Meta sini-sini nak."

Meta memberikan parcelnya pada Mery, ibu muda itu hanya tersenyum, berterima kasih atas kunjungan dan hadiah yang Meta berikan.

"Duh ini anak gadisnya Ratna?" Entah siapa wanita di depannya itu, tetapi Meta hanya tersenyum ketika wanita itu menepuk-nepuk bahunya dan tertawa akrab.

Wanita itu bertanya, mencoba memulai percakapan,"Sama siapa ke sini?"

"Ah-" Belum sempat Meta menjawab pandangan mereka tertuju pada manusia yang baru muncul di belakang nya, mau tak mau Meta turut menoleh, mendapati Satria datang dengan senyum tipis dan mengangguk sopan.

"Makasih loh pak." Lelaki itu hanya mengangguk dan memberikan gumaman sebagai jawaban, dan dengan senyuman tipis sekali kepada Bima yang menerima bingkisannya.

Mereka berdua memisahkan diri dari gerombolan wanita di sana, menuju sisi lain ruang tamu. Bahkan Meta sudah lupa jika dia mendapat pertanyaan, semua orang sepertinya terdistraksi dengan keberadaan Satria.

"Ohiya tadi Meta sama siapa ke sininya?" Wah akhirnya ada yang ingat lagi dengan dirinya di sini.

"Sendiri, kan bapak juga udah di sini dari tadi."

"Baru pulang kerja?" Meta mengangguk mengiyakan.

"Eh, Meta kerja di perusahaan Prima kan?"Lagi-lagi Meta mengangguk mengiyakan, kali ini menatap Mery yang setelah sekian lama akhirya membuka suara kepada nya.

"Ha, Temen Kak Bima juga ada yang kerja di sana, kepala devisi pemasaran gitu." Entah mengapa Meta merasa Mery bersemangat sekali, bahkan gadis itu bisa melihat binar dari mata lawan bicaranya sekarang.

"Mau di kenalin nggak?" Meta tersenyum paksa mendengar tawaran ibu baru itu, ingin rasanya Meta berteriak jika dia tidak butuh bantuan mereka untuk menemukan jodohnya.

"Iya nanti kapan nyusulnya?" Tuhkan, mulai menyebar ke orang-orang lain.

"Iya nih, Meta jangan kerja mulu." Meta tertawa pelan, menyelipkan rambut pada belakang telinganya. Dia tau niat mereka mungkin tidak menyakitinya, tapi melihat wajah Mery rasa tersinggung nya meningkat drastis, senyumnya puas sekali.

"Ah anak sekarang sih emang karir dulu, nggak apa-apa." Rasanya Meta ingin memeluk wanita paruh baya itu, kalimat yang keluar dari bibirnya menjadi penutup perbincangan tengang Meta sore itu.

Setelah di persilahkan untuk tidak berada di lingkup tadi, Meta memutuskan keluar rumah menghirup udara dan melihat-lihat untuk mengalihkan rasa kesalnya.

Entah berapa kali dia membuang nafas kesal, dilihat-lihat sudah seperti naga yang siap mengeluarkan api dari hidungnya. Apalagi ketara sekali bibir manyunnya itu, yang walaupun akan tetap tersenyum ketika di sapa.

Tampa sadar sikunya menyenggol salah satu pot tanaman yang berada di sampingnya, Meta tersentak menatap ke bawah, untuk melihat apa yang dia rasa senggol. Satria sigap menangkap benda itu sebelum terjatuh, untung saja dia sedang berada di dekat sana saat itu.

Lelaki itu meletakkan kembali pot ke tempat semula, dengan sedikit mengusap daun tanaman, tatapannya beralih pada Meta yang masih menatap gerak-geriknya dengan perasaan kaget,"Hati-hati."

Bersambung...
Akhirnya kelar juga, seminggu ini aku emang lagi kurang produktif, hariku dipenuhi glundang-glundung di kasur 😂
Segini aja semoga sukaaaa dan dapet feelnya, sampai part ini gimana menurut kalian cerita ini?
BTW ganti judul yak wkwk karena awal publish itu kesannya buru-buru, jadi ini judul, cover bahkan nanti blurb juga menyusul diganti biar lebih menarik dan ga kalah rame sama karya sebelumnya 🤗
Terima kasih yang udah baca, see you next part
Salam

Kuncup Peony 🌷

Flower Romance [End]Where stories live. Discover now