32

15.1K 1.3K 50
                                    

~Happy Reading~

Sampai malam Meta menunggu kabar Satria, terakhir kali lelaki itu memberi kabar siang tadi. Akhir-akhir ini keduanya memang tidak intens untuk sekedar mengirimkan pesan, Meta sibuk dengan kerjaan akhir tahun nya dan Satria juga entah kenapa.

Seperti siang tadi dimana Satria bahkan lupa jika dompetnya masih dibawa Meta setelah makan siang bersama, selepas mengantar Meta ke kantor lelaki itu langsung pamit kembali ke kampus.

"Udah tau pacarnya pelupa, dia malah ikutan pikun gini, kenapa sih?" Meta meletakkan dompet coklat milik Satria di meja sebelum akhirnya keluar kamar.

"Dia nggak terlalu suka manis, tapi coklat kan bisa boost mood dia." Pikir Meta sambil menimbang-nimbang dua jenis coklat berbeda di dapur rumahnya.

"Mau ngapain? Ibu sudah masak jamur itu, kamu nggak suka?" Salah satu kebiasaan ibu-ibu yang Meta hapal sampai saat ini adalah overthinking ketika si anak tidak makan banyak atau tidak memakan masakanya, seperti saat ini.

Gadis itu menggeleng,"Suka kok, aku mau buat kue nih, nanti ibu cobain."

"Nggak deh, kamu kalau buat pasti ada coklat atau krimnya," jawab wanita baruh baya di belakang Meta dengan tidak minat.

"Lagi viral loh ini buk." Meta mulai menyiapkan bahan pastry yang kali ini akan dia buat untuk pertama kalinya, semoga saja berhasil.

"Nggak suka, eneg duluan ibu." Wanita itu menggeleng dengan wajah ngeri, mengingat rasa yang lumayan dia tidak suka, apalagi anak gadisnya itu suka sekali masak kue dengan krim samai lumer-lumer.

Meta berdecak,"Ibu sukanya sejenis kue semprit sih."

"Nah itu enak,' jawabnya sambil tertawa, itu adalah kue wajib rumah ini ketika lebaran.

"Nanti aku kirim Mas Satria aja." Karena memang tujuan awal agenda membuat makanan kali ini adalah Satria, setelah sekian kali Meta menangkap gurat lelah dan bingung pada lelaki itu tiap ketemu, dan tidak lupa sifat pelupanya yang tiba-tiba muncul.

"Yang banyak kalau begitu," pesan ibu di angguki Meta, dengan harapan mungkin lelaki itu akan bercerita sesuatu nantinya.

Mas Satria

Maaf lupa pegang HP, baru pulang belanja

Kening Meta berkerut melihat notifikasi di layar smartphone nya, tunggu... lelaki itu tidak membawa benda penting, pergi berbelanja? sedangkan dompetnya masih dibawa Meta sekarang.

"Dia bayar pakai apa belanjaannya?" Tapi nanti dia akan tanya saja langsung, Satria ini tidak tertolong lagi pikunnya.

Setelah itu Meta melanjutkan pekerjaannya untuk membuat isian pastry nya, dan akhirnya memutuskan menggunakan dark coklat supaya tidak terlalu manis untuk Satria makan.

"Ini katanya resep yang pasti berhasil, kalau sampe gagal awas aja." Maklum, beginilah jika masak bermodalkan tutorial di aplikasi toktok.

Meta melanjutkan membuat wadah untuk setiap piece pastry, pokoknya semua harus terlihat sempurna.

"Hmmmm." Gadis itu sampai menggeleng tidak percaya ketika membuka oven, bau sedap tercium menggugah selera.

Hanya dengan baunya saja membuat dia bahagia dari mengisi tiap pastry itu, menghias, membungkus sampai mencuci peralatan masak -dimana itu bagian yang Meta tidak suka- pun menjadi lebih ringan, hormon dopamine nya meningkat begitu cepat.

***

Meta selesai dengan catokan di tangannya, hari ini dia dengan long dress kuning dan sedikit meng-styling rambutnya. Tidak lupa membawa keranjang untuk membawa pastry buatannya, gadis itu tersenyum ketika merasa semuanya sempurna.

Hari sudah gelap sebenarnya, karena matahari baru saja terbenam setelah Meta selesai dengan masakannya.

"Tapi tidak apa, justru mungkin mereka bisa makan malam bersama," pikir Meta sambil keluar rumah.

Jalanan cukup terang walaupun tidak sering berpapasan dengan orang, dia hampir saja membuka pagar rumah Satria jika saja dia tidak menangkap ada seorang wanita sedang lalu lalang di rumah itu.

Meta memutuskan bersembunyi di balik pohon sambil mengamati,"Siapa? mataku gak salah liat kan ya?"

Ketika Meta mengintip lagi, wanita di rumah Satria itu juga sedang melihatnya dari teras.

"Meta." Gadis itu terlonjak kaget, sudah gelap dan sepi lalu tiba-tiba ada suara disertai tepukan di bahunya.

Tapi dia bernafas lega,"Mas..." Ternyata Satria dan Pak Edi .

"Ayo masuk dulu." Satria membuka pagar rumah, mempersilahkan gadis di depannya masuk, sepertinya dia harus menjelaskan beberapa hal.

"Saya pulang dulu kalau gitu mas, misi mbak." Pak Edi justru pamit pulang melihat situasi di antara kedua anak muda di hadapannya ini.

Satria mengangguk,"Ayo." Ajaknya kali ini merangkul pinggang Meta untuk segara masuk ikut dengannya.

Wanita yang sedari tadi diam di teras rumah itu kini tersenyum, melihat perlakuan anak lelaki nya dia sedikit banyak bisa membaca,"Ini Meta Ma."

Wanita paruh baya itu tertawa kecil, benar dugaannya,"Owalahh, tadi kirain siapa kok ada orang di luar tapi nggak masuk." Sebenarnya sempat kaget melihat wanita dengan rambut panjang dan long dress berdiri di bawah pohon depan rumah anaknya tadi, beberapa hari di desa ini tidak ada horornya perasaan.

Dengan inisiatifnya, dia merangkul gadis yang selama ini hanya dia dengar dari cerita anaknya saja sambil berjalan masuk,"Ayo masuk, saya Mama nya Satria, nah itu kakaknya."

Anak pertamanya sedang menyiapkan makan malam di meja, mendadak bingung karena diperkenankan, dan siapa pula gadis asing yang baru datang ini?.

"Duduk dulu kita makan malam." Bahkan dengan suka rela Mama Satria menarik kan kursi untuk Meta duduk, gadis itu jadi mati

"Ahh ini ada sedikit." Meta meletakkan bawaan-nya di meja, dia sampai bingung ingin mengatakan apa, saking mendadaknya pertemuan ini terjadi, Meta nge-blank.

"Ya ampun, makasih lohh." Sedangkan Syakira juga sama bingungnya, Mamanya senang sekali sepertinya.

Wanita itu mengulurkan tangan,"Syakira."

"Meta." Dengan segenap jiwa raga gadis itu berusaha menutupi gugupnya, dan berharap wanita di hadapannya ini tidak menyadari seberapa dingin tangannya.

Tatapan Syakira beralih pada adiknya, seolah bertanya,'Siapa?".

"Pacarku." Satria menjawab dengan keras, membuat Meta semakin malu saja.

Kakak perempuan nya meringis tidak enak,"Maaf ya, Satria nggak pernah cerita ke aku sih."

Tidak banyak obrolan ketika makan malam, semua masih berjalan aman-aman saja sepertinya, kedua anggota keluarga Satria ramah, ini bisa dibilang lampu hijau kan?.

Satria adalah orang pertama kali yang akhirnya menyentuh pastry bawaannya,"Mama mau coba? Meta buat sendiri."

Pipi Meta memerah malu, padahal hanya informasi sederhana begitu yang di ungkapkan Satria. Sepertinya gadis itu akan susah tidur malam ini, apa yang harus dilakukan Meta selanjutnya untuk keluarga Satria ya?.

BERSAMBUNG...
Aku kayaknya belum pernah ya buat cerita yang pasangan berkonflik banget gituuu wkwk
Kek lempeng aja nihhh🤔
Semoga suka dan see you next part
Salam

Peony 🌷

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang